Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Memperhatikan Jalan-Jalan Tracy Trinita (2)

12 September 2022   12:02 Diperbarui: 12 September 2022   12:07 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

7

Si pendosa berkepribagian ganda tidak bertanggung jawab atas jalan-jalan di depanmu 

Kau punya sepatumu sendiri, Tracy 

Berjalan maju atau mundur 

Kau menentukan  

8

Sepatu 

Tracy memiliki seratus pasang sepatu 

Yang disimpannya di dalam lemari kaca 

High heels 11 cm 5 cm 2 cm

Sneakers dan boots dan casuals   

Masing-masing punya peruntukan sendiri 

Tidak berkelahi 

9

Pohon Model 

Adalah Pohon Model 

Ravi dan Tracy di antara ranting-rantingnya 

Ravi lebih dulu Tracy kemudian 

Ranting Ravi besar dan kuat 

Ranting Tracy baru dan segar  

Saat ranting Ravi lepas dari Pohon  

Tracy punya dua pilihan 

Lepas atau lekat 

Pohon hanya diam 

10

Rule #1  

Kau jadikan Ravi landasanmu membangun tabernakel di belakangnya kakimu melangkah di jalan sempit yang sedikit orang tahu kau yakin kakinya kuat mampu berdiri di muka jutaan orang bertahun-tahun tanpa pipi bersemu sampai dunia bongkar aib seumur hidup kau tak percaya hoax fitnah menjadi kebenaran kau kecewa dia bukan salah hanya kau tidak sadar peraturan nomor satu miliknya.      

10 

Perang Ukraina & Rusia 

Ia menutup mulutnya pada hal yang tidak ia pahami sejarahnya 

 

11

Filter 

Kemolekan adalah bohong dan kecantikan sia-sia 

Berulang kali kau katakan itu di IG Live

Dengan rambut rapi tersisir dan bibir merah bergincu 

12

I am just a tropical girl saved by the Lord 

Pada suatu hari seorang gadis kampung dari Bali berjalan di jalan kucing di New York

Mata seluruh dunia melihatnya  

Tinggi 1,79 cm

Pinggang 62 cm

Pinggul 90 cm 

Mau bertanding ketenaran denganku, tanyanya

*

Balige, awal Maret 2022

Catatan:

Tracy Trinita adalah model remaja yang hits tahun 1990-an, tinggal di Bali. Pertama ia memenangi lomba model Elite majalah remaja Mode, dan terpilih ke New York. Setelah itu ia menjadi model international, dikenal karena keunikan wajahnya, dan menjadi pujaan remaja Indonesia dan dunia.

Lama tidak mengikuti beritanya kecuali posenya sekilas-sekilas di brand-brand fashion dunia.  Pada satu hari ia bicara tentang Tuhan. Terkejut dengan perubahan ini, saya membacanya, ternyata ia telah menyelesaikan sekolah teologi di Inggris selama tiga tahun. Sejak itu saya memperhatikannya. 

Tahun 2013, ia bergabung di satu lembaga pelayanan RZIM (Ravi Zacharias International Ministry), yang dipimpin oleh Ravi Zacharia (1946-2020), pastor India berkebangsaan Amerika. Pendeta Ravi sangat berkarisma, ia menulis 30 buku, berkhotbah di depan jutaan orang, melayani umat selama 40 tahun. Ratusan rekaman videonya ditonton langsung oleh ribuan orang. Banyak tokoh kristen mengaku banyak dipengaruhi olehnya. Saya termasuk salah satu pengagumnya.

Pada Mei tahun 2020 Ravi meninggal dunia akibat kanker. Setelah ia meninggal banyak perempuan mengaku telah mengalami kekerasan seksual oleh Ravi. Tahun 2021 RZIM meminta lembaga hukum Miller & Martin untuk melakukan investigasi mengenai kemungkinan kebenaran skandal tersebut. Miller & Martin mewawancara ratusan perempuan termasuk terapis pijat di banyak lokasi dan data dari empat hape pribadi Ravi. Atas investigasi tersebut, terbukti Ravi telah melakukan banyak sekali kejahatan seksual atas ratusan perempuan di banyak tempat, terutama di Thailand. Lembaga RZIM meminta maaf kepada dunia, akan meniadakan semua yang berkaitan dengan Ravi, termasuk buku dan rekaman, dan menutup lembaga. 

Dunia terkejut atas temuan itu, termasuk saya. Lalu teringatlah saya pada Tracy Trinita. Saya mencari medsos IG-nya, mengikutinya, dan mencari tahu keadaan dan komentarnya sekitar skandal RZ. 

Saya mendengarkan Tracy, turut menangis ketika badai itu menerpa keluarga besar RZIM di Indonesia. Dan saya mengagumi, dan berterima kasih dengan cara Tracy menanggapi masalah yang sangat sangat sensitif dan kontroversial itu, termasuk perasaannya, sampai saya menuliskannya dalam puisi-puisi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun