Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memperhatikan Jalan-jalan Tracy Trinita (1)

12 September 2022   06:49 Diperbarui: 12 September 2022   07:05 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

1

Musim Pandemi 

Matamu masih Nefertiti 

Pipimu apel dari kebun ibumu  

Kedua tanganmu mengais angkasa

Bibir merahmu lipstik kesayangan 

Kau menertawakan singleness   

Kau kencani dirimu di layar seluler  

Kau kencani Tuhan tempat kau jatuhkan cinta

2

From Runway to God's Way 

Sampai usia empat belas di Bali  

Ibumu mengantarmu bermain-main 

Milan, Tokyo, Paris, New York

Mengajarmu cara berjalan yang benar

Sepatu-sepatu tidak menyakiti kakimu    

Tuhan menontonmu di runway ke runway

Duduk di kursi paling depan 

Mata tersenyum kakimu jenjang

Mulut tertawa pinggangmu lenggang

Ia bertepuk tangan langkahmu ringan   

Sampai kau mengenal kekuatan kakimu 

Sampai kau mengenal sepatu-sepatumu

Lalu Tuhan menarikmu 

Berjalan di runway-Nya 

3

Are You Done with Me, God?

Satu investigasi hancurkan berhala 

Anak perempuan hilang di laut Bali 

Tiap Februari ia ke pantai menangis 

Mencari berhalanya kembali 

Lelaki tiga puluh tiga tahun matanya suram

Berkata apa yang hilang di laut biarkan hilang  

Lihat hatimu sumur kering, marah dan putus asa 

Pulanglah, istirahatlah 

Enam bulan berlalu 

Anak perempuan kembali ke pantai 

Kenakan kain musim semi topi sisi lebar 

Ia menjelma gadis tropis    

Pencariannya telah usai 

Matanya telah melihat Tuhan 

4

Rio de Janeiro 

Bocah ranum nenek Brazilnya berkata 

Tuhan ciptakan dunia dalam enam hari 

Pada hari ketujuh Tuhan khususkan 

Rio de Janeiro 

Pada hari-hari jeda ia terkenang Rio de Janeiro 

Melihat Tuhan di tiap sudut kota    

5

Tahun 2002

Kau miliki segalanya pada usia dua puluh dua 

Jatuh cinta pada bunga bakung di lembah 

Terpikat pada bintang timur cemerlang  

6

Mazmur 51

Ravi mendatangimu di sepotong mimpi siang hari 

Memintamu menuliskan Mazmur 51 yang belum 

Sempat ditulisnya seperti Daud menulis 

Kau memandangnya luka yang menganga 

Aku belum selesai menangis katamu 

Ia lebih rumit dari mata kuliah penderitaan di kelas 

Ketika kau berhasil menuliskannya 

Kau tidak lagi memikirkan apakah surga apakah neraka 

Kediaman Ravi saat itu 

*

Balige, awal Maret 2022

Catatan:

Tracy Trinita adalah model remaja yang hits tahun 1990-an, tinggal di Bali. Pertama ia memenangi lomba model Elite majalah remaja Mode, dan terpilih ke New York. Setelah itu ia menjadi model international, dikenal karena keunikan wajahnya, dan menjadi pujaan remaja Indonesia dan dunia.

Lama tidak mengikuti beritanya kecuali posenya sekilas-sekilas di brand-brand fashion dunia.  Pada satu hari ia bicara tentang Tuhan. Terkejut dengan perubahan ini, saya membacanya, ternyata ia telah menyelesaikan sekolah teologi di Inggris selama tiga tahun. Sejak itu saya memperhatikannya. 

Tahun 2013, ia bergabung di satu lembaga pelayanan RZIM (Ravi Zacharias International Ministry), yang dipimpin oleh Ravi Zacharias (1946-2020), pastor India berkebangsaan Amerika. Pendeta Ravi sangat berkarisma, ia menulis 30 buku, berkhotbah di depan jutaan orang, melayani umat selama 40 tahun. Ratusan rekaman videonya ditonton langsung oleh ribuan orang. Banyak tokoh kristen mengaku banyak dipengaruhi olehnya. Saya termasuk salah satu pengagumnya.

Pada Mei tahun 2020 Ravi meninggal dunia akibat kanker. Setelah ia meninggal banyak perempuan mengaku telah mengalami kekerasan seksual oleh Ravi. Tahun 2021 RZIM meminta lembaga hukum Miller & Martin untuk melakukan investigasi mengenai kemungkinan kebenaran skandal tersebut. 

Miller & Martin mewawancara ratusan perempuan termasuk terapis pijat di banyak lokasi dan data dari empat hape pribadi Ravi. Atas investigasi tersebut, terbukti Ravi telah melakukan banyak sekali kejahatan seksual atas ratusan perempuan di banyak tempat, terutama di Thailand. Lembaga RZIM meminta maaf kepada dunia, akan meniadakan semua yang berkaitan dengan Ravi, termasuk buku dan rekaman, dan menutup lembaga. 

Dunia terkejut atas temuan itu, termasuk saya. Lalu teringatlah saya pada Tracy Trinita. Mencari medsos IG-nya, mengikutinya, dan mencari tahu keadaan dan komentarnya sekitar skandal RZ. 

Saya mendengarkan Tracy, turut menangis ketika badai itu menerpa keluarga besar RZIM di Indonesia. Dan saya mengagumi, dan berterima kasih dengan cara Tracy menanggapi masalah yang sangat sangat sensitif dan kontroversial itu, termasuk perasaannya, sampai saya menuliskannya dalam puisi-puisi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun