Selain memajang berbagai perlengkapan astronot, seperti sepatu, helm, makanan dan minuman astronot, NASA juga memarkir kendaraan truknya yang sudah dimodifikasi menjadi museum berjalan. Di dalam truk tersebut, pengunjung bisa melihat dan memegang batu yang diambil dari bulan (moon rock).
Petugas yang berjaga di meja NASA juga sibuk melayani pertanyaan-pertanyaan dari siswi. Saat melihat lihat berbagai atribut astronot yang dipajang, pikiran saya langsung teringat ke sosok Ibu Pratiwi Sudarsono.Â
Saya rasa generasi yang lahir tahun 70'an dan 80'an awal pasti ingat dengan sosok beliau yang dulu hampir menjadi astronot Wanita Indonesia bahkan di Asia.Â
Setelah puas berkeliling dan mencoba beberapa aktivitas sains, kemudian kami masuk ke area perkuliahan. Di sesi panel ini, terdapat 2 pembicara yang masing masing adalah ilmuwan NASA, dan satu lagi seorang professor Kimia dari Rice University. Mereka sangat antusias menceritakan soal hobi hingga akhirnya memiliki karir seperti sekarang.Â
Sekitar pukul 12.00, kami dan para peserta mulai mengantri mengambil makan siang. Karena sedang berpuasa, makan siang pun kami simpan untuk nanti berbuka.Â
Usai sesi makan siang, dilanjut mendengarkan pidato utama/keynote dari Dr. Nicola Fox, Direktur dari NASA Heliophysic Science Division. Sambil santai duduk di kursi lipat dan ada yang duduk di rumput, para peserta antusias mendengarkan pengalaman Dr. Nicolas Fox yang sangat inspiratif.
Sesi workshop, sesi yang paling ditunggu tunggu. Setelah dipanggil satu persatu oleh panitia, kami pun bersama sama berjalan kaki menuju gedung di sebelah untuk sesi workshop. Untuk kelompok Engineering / Robotics, sesi pertama diisi oleh instruktur dari NASA.Â
Anak anak secara berkelompok disediakan satu SPHERO, robot kecil berbentuk bola yang bisa dikontrol dengan handphone. Dan mereka diminta mendesain robot tersebut sedemikian rupa sehingga bisa mengambil mainan kecil berbentuk astronot dari lantai.Â
Tiap kelompok disediakan berbagai perlengkapan seperti selotip, gelas plastic, pipe cleaner, stik es krim kayu; dan mereka bebas mendesain, asal robot mereka bisa memungut benda berupa mainan astronot plastik.Â
Tiap kelompok, dengan daya kreasinya, membuat beragam desain dan mempraktikkan apakah desain mereka berhasil memungut mainan astronot tersebut dari lantai.Â