Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Fun and Fine

Seorang Kompasioner

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kontribusi dan Tanggung Jawab Negara di Sektor Pendidikan

16 Juli 2024   17:02 Diperbarui: 16 Juli 2024   18:14 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di negara manapun, masalah pendidikan itu penting.

Tujuan akhir dari proses mengenyam pendidikan itu bukan sekadar untuk mencari kerja, tapi juga untuk meningkatkan kapasitas dari sumber daya manusia, baik di segi kuantitas maupun kualitasnya.

Keterkaitannya secara global misalnya, pendidikan atau pun keterampilan sumber daya manusia (SDM) sebagai tenaga kerja ini, sewajibnya terus dilakukan agar selalu 'update', tak tertinggal, dan tetap mengikuti tren/ standar internasional, terutama pada era Artificial Inteligence (AI) yang tengah berlangsung saat ini.

Sesuai 'janji' negara untuk menyejahterakan rakyatnya, maka suatu negara tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya dalam membiayai pendidikan rakyatnya (mandatory spending), termasuk di Indonesia.

Gambar 1. Suasana di sebuah SMP/dokpri
Gambar 1. Suasana di sebuah SMP/dokpri

Pendidikan formal yang memadai pada tingkat dasar sudah lama ditanggung oleh negara, misalnya BOS (Bantuan Operasional Sekolah).

Realisasinya bisa dalam bentuk pembebasan iuran SPP di tingkat SD dan SMP, ataupun berupa bantuan buku-buku referensi. Intinya, semua sekolah SD dan SMP Negeri wajib menyelenggarakan pendidikan gratis.

Alokasi anggaran di bidang pendidikan tersebut mengiris porsi kue APBN dengan persentase sebesar 20% dari APBN atau setara Rp 665,02 triliun.

(Bandingkan dengan persentase anggaran anggaran kesehatan yang lebih kecil, yakni sebesar 5,6% dari APBN atau senilai Rp 186,4 triliun)

Gambar 2. Dana Pendidikan -- APBN/kompas.com
Gambar 2. Dana Pendidikan -- APBN/kompas.com

Namun pada kenyataannya, masih saja terjadi kendala dalam memperoleh kesempatan bersekolah bagi putra-putri bangsa di berbagai penjuru Nusantara ini.

Pendidikan tetaplah merupakah 'beban' yang SULIT sekaligus MAHAL bagi sebagian rakyat Indonesia.

SULIT: artinya terdapat berbagai kendala di segi transportasi, atau ketersediaan guru pengajar, bahkan juga pada akses jaringan internet. Terlebih lagi, hal ini terasa di daerah 3T (Tertinggal, Terluar, Terdepan).

MAHAL: artinya biaya pendidikan anak yang ditanggung orang tua, pada kenyataannya tak terlepas dari belitan komersialisasi dan privatisasi di dunia bisnis pendidikan, terutama di jenjang SMA (Sekolah Menengah Atas)/ SMK, atau terlebih lagi di tingkat perguruan tinggi.

Ketimpangan dalam memperoleh kesempatan pendidikan pun tak terelakkan, sehingga Pemerintah harus meminimalisasi kesenjangan (lack) tersebut, terutama di daerah 3T.

Sejatinya, Pemerintah bertanggungjawab atas tata kelola dana tersebut, dari Pusat hingga diterima oleh tangan/ pihak yang berhak, di antaranya yakni kepada para jajaran para pendidik maupun anak-anak didik di negeri ini, termasuk ditujukan untuk infrastruktur pendidikan (gedung sekolah, dan lain-lain).

Sudah sewajibnya, dana pendidikan tidak dicampuradukkan dengan aspek politik yang lain, agar tidak terjadi komplikasi di dunia pendidikan (misalnya, dialihkannya dana pendidikan menjadi 'dana-dana yang lain').

Selain itu, Pemerintah harus terus mendorong penerimaan pajak sebagai salah satu sumber pendapatan negara, demi membiayai pendidikan (mandatory spending). Selain itu Pemerintah juga selayaknya mendisiplinkan penyaluran dan penggunaan dana tersebut agar konsisten, merata, dan inklusif sehingga semua putra/ putri bangsa Indonesia dapat memperoleh haknya.

                 -------------

Singkatan:

SD: Sekolah Dasar

SMP: Sekolah Menengah Pertama

SMA: Sekolah Menengah Atas

Referensi:

Bahan tulisan ini diambil dari berbagai media

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun