Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Kompasianer

“...aku menulis bisa jadi karena kedukaan-ku, atau ..mungkin juga akibat kesukaan-ku...”

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Isu Perdagangan Internasional 2022: Keretakan dan Pembentengan

7 Juli 2022   15:19 Diperbarui: 7 Juli 2022   15:50 3367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih jauh, tindakan agresi semacam itu dikhawatirkan terpicu di tempat lain. Jika saja hal ini dapat dianalogikan sebagai bencana gempa bumi, setiap kejadian peperangan berpotensi mengakibatkan pergerakan lempeng tektonik geopolitik.

 Prognosis dengan skenario pesimisme memperkirakan bahwa beberapa lempengan akan terus terpisah, menyerpih, menjauh - sebagai ilustrasi atas  terpecahbelahnya ekonomi global menjadi blok-blok yang berbeda dalam ideologi, sistem politik, standar teknologi, sistem pembayaran dan perdagangan lintas negara, bahkan mata uang cadangannya. Ini memicu proses divergen lebih dalam lagi. 

Embargo, perseteruan dagang, sanksi dagang, maupun blokade di bidang finansial/ perbankan pun menghantui perekonomian dunia.

Fenomena lainnya adalah terjadinya kelangkaan suplai komoditas tertentu di beberapa negara, sehingga untuk memenuhi kebutuhan domestiknya sendiri, Pemerintahnya pun menutup ekspor komoditas tersebut, misalnya CPO di Indonesia dan ayam potong di Malaysia.

Sebelumnya, memang sudah lama banyak pihak yang menyalahkan ketergantungan berlebihan terhadap perdagangan internasional (hyper-globalization) seperti yang dilansir dalam sebuah laporan World Bank   yang ujung-ujungnya berpotensi mengancam kedaulatan (misalnya, pangan) dan sekuriti nasional.

     Tak ayal, jargon/ istilah yang mengandung sentimen negatif terhadap perdagangan internasional ataupun globalisasi tersebut, kini semakin luas didengungkan, antara lain: 

  • Deglobalisasi
  • Fragmentasi
  • Disintegrasi
  • Reshoring
  • Decoupling
  • Bipolar, tripolar
  • Near-shoring
  • Friend-shoring

     Istilah du jour 'Friend-shoring' -- telah diperbincangkan banyak pihak, salah satunya oleh Janet Yellen (Amerika Serikat) -- yang maknanya kurang lebih adalah suatu pembatasan perdagangan atas komoditas/ input-input yang vital dari/ke negara-negara yang sebelumnya dipercaya menjadi partner dagang negara-negara maju, demi mengurangi resiko terhadap rantai pasokan negara maju tersebut.  

Citra buruk yang tak terelakkan dari friend-shoring ini yakni menganaktirikan negara-negara mitra dagang yang miskin dan tak berdaya. Sikap memilah-milah teman ini dipandang amat tidak terpuji.

II.  Pembentengan atau hambatan perdagangan

Hal ini dilakukan dengan cara menerapkan tarif, kuota, dan sebagainya, pun dapat juga dengan cara memanfaatkan slogan-slogan yang mengandung nasionalisme. Misalnya saja, di Amerika Serikat ditebarkan penyemangat "Buy American", atau di Indonesia dikampanyekan sebagai program "Aku Cinta Produk Indonesia". Acap kali untuk melengkapinya, ditempuh pula kebijakan pengganti barang impor/ import substitution.

Salah satu bentuk tembok penghalang perdagangan yang cukup 'populer' adalah tarif, yang digambarkan sebagai berikut:

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun