Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Fun and Fine

Seorang Kompasioner

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Selamat Tinggal, Nopol Cantikku... (1)

15 Oktober 2021   09:45 Diperbarui: 15 Oktober 2021   09:52 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

     Papa terlalu baik untuk menanyakan apakah aku tidak ingin bekerja, sembari mencari jodoh, atau melanjutkan kuliahku yang terputus. Sebenarnya bukan putus, tapi cuti yang kepanjangan. Niat cuti satu semester karena berkabung atas wafatnya mama beberapa tahun yang lalu, berlanjut lagi karena aku terasa belum ingin kembali ke bangku kampus. Apalagi rasa lara saat itu bertambah kala Hendra memutuskan ikatan tali kasih kami. Ia lebih memilih seorang gadis dengan lesung pipit yang sangat dalam dan lekuk tubuh yang super menawan. Pernah ketika kulihat mereka berdua berjalan memasuki mobil milik mantanku tersebut, aku sempat menerka-nerka, kupikir mereka akan menuju ke tempat pendaftaran Miss Universe.

     Ratusan benang kenangan dan ribuan syak wasangka seperti ini membuatku nekad mengambil cuti lagi. Demikian seterusnya, hingga tak sadar bahwa aku sudah terhitung mundur dari kuliah.

      Papah sakit-sakitan setelah mama berpulang, hingga aku banyak menghabiskan hari-hariku mendampinginya. Namun setelah badai berlalu, hari-hari menjadi normal kembali. Namun aku terlanjur terikat dengan sukarela, untuk membantu papa yang sudah pensiun itu, hingga mungkin jika suatu saat papa memperoleh pendamping yang baru. Walaupun toh hingga detik ini papa tidak memperlihatkan tanda-tanda ke sana. Maka tak salah kiranya, jika aku memberinya 'hadiah' atas manifestasi kesetiaan beliau pada almarhum mama.

     Berangsur-angsur aku dan papa menerima keadaan masing-masing, dan lebih sering duduk bersama. Di antara aku dan papa terdapat ikhtiar saling menjaga satu sama lainnya, berusaha memurnikan jiwa, seolah-olah tak ada suatu pun yang menyedihkan ataupun yang perlu disesali telah terjadi.

              Minggu ini begitu sibuknya aku membantu persiapan papa mengunjungi keluarga besar di Tegal, Jawa Tengah. Ke kota tersebutlah, papa biasa berkunjung untuk bersilaturahmi dengan budhe dan pakdhe yang memang berdomisili di sana. Jika sudah berkumpul bersama sedemikian rupa, papa banyak mengobrol bernostalgia masa muda mereka hingga berdiskusi mengenai masa-masa tua yang tengah menjelang.

Aku mengantar papa dengan bus eksekutif, menginap sehari saja di Tegal, dan pulang sendiri, karena papa masih kerasan dan memang ada urusan mengenai tanah di sana.

              Setiba di rumah, seharian aku tertidur karena tubuh ini lumayan lelah, pegal dan kaku duduk di bus dengan menggunakan masker, terasa asupan oksigen tidak maksimal.

              Dengan tubuh yang kembali pulih dan bugar di pagi berikutnya, rasa lapar mengajakku ke dapur untuk mempersiapkan makan siang yang sesederhana mungkin, menikmatinya tanpa berlama-lama, dan aku segera memeriksa daftar rencana di agenda biruku. Tiba-tiba tulisan yang mengingatkan untuk memperpanjang STNK mobil papa, membuatku sigap bangkit dari kursi makan, menggapai ponselku, dan menghubungi pak No, bekas sopir papa dulu.

"Pak No, tolong saya ya,"aku membuka pembicaraan. Pada percakapan berikutnya, aku memintanya untuk membantu mengurus perpanjangan STNK lima tahunan, itu berarti wajib menggosok nomer rangka mesin dan casis segala rupa.

     Terus terang, aku tidak begitu mahir mengemudi di luar kompleks perumahan. Mobil papa sudah amat tua, karenanya paling-paling hanya kugunakan untuk berbelanja ke mini market sekitar rumah saja atau mengantar papa ke klinik kesehatan terdekat. Kemacetan lalu lintas Jakarta yang terkenal 'bikin tua di jalan', plus mobil tua dalam arti sesungguhnya - buatan tahun 2001 - adalah beberapa alasanku untuk minta bantuan pak No.

"Maaf mbak Ina, sebenarnya saya agak sibuk. Mengapa tidak pakai biro jasa aja mbak?" tawarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun