Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Fun and Fine

Seorang Kompasioner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurva Kemungkinan Produksi (Production Possibility Curve) pada Era Pandemi COVID 19

31 Mei 2021   21:15 Diperbarui: 31 Agustus 2023   11:17 4279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

      Kemunculan dan bertahannya pandemi Covid 19 hingga saat ini, merupakan bencana kemanusiaan dengan skala global. Saat perekonomian turut serta digebuk pagebluk tersebut, maka hampir semua sektornya lunglai, pasokan barang dan jasa menjadi tak lancar karena satu dari faktor produksi/ variabel input inti yakni labor (tenaga kerja) selain faktor lainnya  (kapital ataupun yang lain), telah dan sedang menjadi korban Covid 19, dan masih terus terancam oleh pandemi tersebut .

     Tsunami dahsyat dari pandemi mengakibatkan perlambatan ekonomi dalam jangka pendek, bahkan mugkin juga tengah memasuki jangka menengah, sedangkan jangka panjangnya masih belum bisa diketahui dengan pasti. Siklus produksi, kapsitas konsumsi , proses distribusi, dan juga perdagangan internasional (ekspor dan impor) di bawah tekanan serius.

      Kondisi ini mengakibatkan Kurva Kemungkinan Produksi (Production Possiblities/ PPC atau Production Possibilities Frontier/ PPF) bergeser ke arah kiri (inward), menjauh, menyurut ke belakang, atau mengalami penurunan, sebagaimana telah penulis singgung pada artikel singkat "Pandemi Covid 19, Dari Cobaan menjadi Godaan". (Klik disini)

      Seperti apa dan sejauh mana implikasi dari pergeseran PPC ini?

I. Sekilas Tentang PPC / PPF

     PPC dapat diartikan sebagai kombinasi yang berbeda-beda antara dua barang/ jasa yang dapat diproduksi di bawah kondisi full employment, dan di bawah asumsi sumber daya ataupun teknologi tertentu, yang mencerminkan banyaknya pengurangan variabel Y (yang dikorbankan) demi penambahan  variabel X.

Bentuk kurvaturnya adalah konkaf (concave to origin), sebagai refleksi dari increasing opportunity cost.

dokpri
dokpri
Gambar 1. PPF normal berbentuk konkaf

II. Pergeseran PPC/ PPF

Biasanya pada PPC terdapat 2 variabel, yakni barang 1 (sumbu X) dan barang 2 (sumbu Y), namun kurva PPC kali ini memiliki trade-off (barter) atau pilihan antara perekonomian (Economy/ E) pada sumbu Y, dan kesehatan (Health/ H) pada sumbu X. Jauh sebelum pandemi, PPC antara ekonomi dan kesehatan ini tetap relevan implementasinya. Misalnya saja, terdapat trade-off pilihan antara menaikkan jumlah/ kapasitas perindustrian atau menjaga kesehatan/ kualitas udara.

Pergerakan seputar PPC ada dua kategori. Pertama, bisa berbentuk pergerakan sepanjang kurva PPC itu sendiri (satu kurva yang sama), yang diakibatkan oleh perubahan selera, perubahan pola atau gaya hidup saja. Kedua,  bisa juga berupa pergeseran struktural PPC lama kepada bentuk PPC baru, sebagaimana yang terjadi pada era pandemi saat ini.

dokpri
dokpri
Gambar 2. Pergeseran Kurva PPC karena kontraksi ekonomi

Faktor-faktor lainnya yang menyebabkan pergeseran PPC (umumnya bersifat force majeure) :

  • Iklim/ cuaca buruk
  • Perang
  • Inequality
  • Penurunan GDP (Gross Domestic Product) atau pendapatan suatu negara
  • Perekonomian di bawah full-employment
  • Teknologi buruk yang menurunan kualitas atau kuantitas suplai
  • Imigrasi
  • Wabah penyakit

III. Pasca pergeseran PPC

Sepanjang garis kurva PPC, terdapat peluang pilihan, antara memilih memeluk materi (ekonomi) atau memeluk kehidupan (kesehatan publik melawan pandemi). Pemangku kebijakan dan semua pihak, diharapkan agar seimbang dan sebijak mungkin dalam memilih trade-off pada PPC baru tersebut, dengan tetap berpendirian teguh bahwasanya kesehatan lebih utama dari harta (health should come before wealth) untuk saat ini.

dokpri
dokpri
Gambar 3. Trade-off atau barter prioritas sebelum dan sesudah Pandemi

Keterangan Gambar

Titik K: posisi kesetimbangan sebelum pandemi

Poin EK: lokasi pilihan untuk mempertahankan perekonomian pada posisi Kesetimbangan semula (K), namun langkah ini akan menelan banyak korban yakni sebesar 'a' satuan pengukuran.

Poin HK: Pilihan menjaga tingkat kesehatan seperti Kesetimbangan sebelumnya (K), namun langkah ini akan menciutkan ekonomi, sebesar 'b' satuan pengukuran.

IV. PPC bentuk tidak lazim : Convex

Lokasi EK dan HK tidak terlalu feasible, maka kemungkinan posisi ekuilibrium yang baru akan terletak di antara titik EK dan HK.

     Pada analisis yang lebih mendalam lagi (fascinating discussion) ditemukan bahwa PPC pada era pandemi ini mengalami transformasi adaptif pada bentuk kurvaturnya, dari yang semula konkaf menjadi konveks. Bentuk kurva yang sejatinya berlawanan bentuknya dari PPC pada umumnya itu, diistilahkan sebagai 'hollowing out'  atau rongga lekukan. Kajian mengenai hal tersebut cukup menarik, selain isu lainnya yakni drift effects, yang diteliti oleh Joshua Gans.

(Sumber klik disini : https://www.bbntimes.com/global-economy/covid-19-production-possibility-frontiers )

dokpri
dokpri
Gambar 4. Hollowing out dari PPC

V. Mengapa harus berbentuk 'hollowing out' ?

     Pada gambar 4 di atas, garis kurva merah membentuk inward curve di bagian tengahnya (warna hijau), sehingga membentuk lekukan dengan bentuk kurvatur konveks, yang merepresentasikan slope/ kemiringan atau MRT  (marginal rate of transformation) dengan decreasing opportunity cost, semakin ke kanan (semakin turun ke bawah) maka slope atau kemiringannya (dE/dH)  juga semakin kecil atau semakin mendatar.

Slope = opportunity cost ratio = domestic exchange ratio

dokpri
dokpri
Gambar 5. Bagian PPC yang tidak normal berbentuk konveks (Hollowing-Out)

VI. Implikasi

dokpri
dokpri
Gambar 6.  Interpretasi hollowing-out dari PPC

Keterangan gambar:

Kurva biru: PPC pre-pandemi

Titik K : titik awal dari sebuah kesetimbangan ekonomi satu negara sebelum pandemi

Kurva merah : PPC baru, namun area yang fesibel terletak di tengahnya, yakni sepanjang E hingga H berbentuk konveks/ hollowing-out (kurva hijau)

 

6.1. Ekonomi Tinggi, Kesehatan Rendah?

     Pada locus sepanjang kurva antara E dan H di bagian kiri atas (yang masih berdekatan dengan titik E) menunjukkan lokasi negara-negara dengan Ekonomi (E) tinggi, namun Kesehatan (Health/ H) rendah.

     Negara dengan tingkat kesehatan rendah sebelum pandemi namun beraktivitas ekonomi tinggi tersebut, pada saat pandemi 'harus' mengorbankan perekonomiannya banyak sekali ketika ingin meningkatkan level kesehatan masyarakat (melawan pandemi). Logikanya, sebelumnya mereka tidak mempersiapkan diri menghadapi pandemi, endemi, karena selama ini 'keasyikan' memburu kemajuan perekonomiannya. Contohnya, bisa jadi India.

6.2.  Ekonomi Rendah, Kesehatan Tinggi?

     Pada locus sepanjang kurva di bagian kanan bawah (berdekatan dengan titik H) diinterpretasikan sebagai negara-negara yang 'menganut' Ekonomi (E) rendah namun Kesehatan (Health/ H) tinggi.

     Negara-negara yang memiliki tingkat kesehatan sangat tinggi, bukan melulu semata-mata diukur dengan pendekatan nilai kebendaan/ infrastruktur medis, namun bisa juga diukur dengan kedisiplinan dalam menjalankan PSBB (distancing), misalnya dengan tidak membuka perekonomian dengan luar negeri (lockdown nasional dan internasional), termasuk menutup perbatasannya. Tanpa perdagangan yang terbuka lebar, perekonomiannya diilustrasikan rendah. Di negara tersebut, peningkatan kesehatan (mengurangi angka prevalensi / penderita Covid 19) akan lebih 'murah dan mudah' dilaksanakan sehingga hanya menebusnya dengan  angka penurunan perekonomian yang 'sedikit' saja. Contohnya mungkin saja adalah negara-negara Pasifik, seperti Palau (yang mayoritas perekonomiannya relatif tertutup).

     Sebagai perbandingan, tampak bahwa untuk meningkatkan kesehatan sama-sama sebesar 'a' satuan pengukuran, titik-titik lokus di sebelah kiri atas (E tinggi, H rendah) harus mengorbankan ekonominya lebih besar  yakni sebesar 'b' satuan dibandingkan dengan yang di sebelah kanan bawah (E rendah, H tinggi) yakni sebesar 'c' satuan (b > c).

PENUTUP 

     Dianalogikan sebagai mikroskop yang membutuhkan lensa konveks, pada saat era pandemi ini PPC pada perekonomian pun juga berubah menjadi bentuk konveks, agar mampu 'melihat' makhluk berukuran mikroskopis, yang sebelumnya begitu tersamarkan oleh hipermetropi dari comfort zone kita.

     Namun kita tak perlu kehilangan semangat, karena hari demi hari kita masih bisa mengupayakan penyelamatan kehidupan, melalui kepatuhan pada protokol kesehatan semaksimal mungkin. Di dalam mengamalkan penjagaan jarak yang aman dalam bersosialisasi (sosial distancing) ataupun lock-down, kita tidak boleh setengah hati (half-way) agar tidak terimbas drift effects.

     Selanjutnya kita harus mengakhiri pandemi sesegera mungkin, di antaranya dengan vaksinasi. Begitu juga kita harus instropeksi, antisipasi semenjak dini, terhadap kejadian pandemik/ epidemik semacam ini, pada masa mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun