Jangan lupa bahwa arus balik pun tak kalah berduyun-duyunnya dengan arus keberangkatan pada semua moda transportasi.
Terjadilah peak-season.
*
Berlandaskan kedua karakteristik tersebut di atas, yakni pengorbanan ekonomi (uang) maupun non-ekonomi (berupa convenience/ kemapanan hidup), maka aktifitas mudik ini pun penulis simpulkan mengalami kenaikan kelas, walau hanya berlaku untuk bulan Ramadhan -- Syawal saja.
Terjadi switching hierarki/ prioritas dari kebutuhan tersier (yang bisa ditangguhkan) menjadi kebutuhan sekunder (yang harus segera ditunaikan). Namun, sifatnya memang temporer/ sementara, karena setelah Idul Fitri maka rekreasi kembali menjadi kebutuhan tersier (luxurious) bagi kalangan tertentu (the poor).
Ada juga hal menarik yang perlu dikaji. Hipotesa sebelumnya menyatakan bahwa switching kebutuhan sekunder menjadi tersier, disebabkan oleh tinggi rendahnya tingkat pendapatan seseorang (variable ekonomi), menjadi tidak relevan disini. Pergeseran kebutuhan ini lebih disebabkan oleh tradisi/ adat (variable non-ekonomi).
PENUTUP
Secara alamiah, pergeseran atau switching dari satu urgensi kebutuhan terhadap keperluan yang lain, tak dapat disangkal kerap terjadi di hati kita. Rasio akal begitu sarat dengan konflik kepentingan. Perenungan dan koreksi diperlukan untuk kembali ke track yang benar.
***
Catatan:
Tulisan ini sudah didokumentasikan pada blog pribadi penulis https://rasi0.wordpress.com/