Berjingkat Subur melewati ruang tengah, lalu dengan sangat perlahan membuka pintu kamar dimana Somad tidur. Subur tak ingin membangunkan Somad. Ada rasa iba yang sangat dan tak terkatakan, melihat tubuh renta Abang tertuanya. Sudah dua minggu ini Somad tinggal di rumahnya.
Namun, kemana Somad, tempat tidur kosong, hanya selimut yang teronggok diatas kasur, serta bantal yang terlihat lusuh, isyarat bahwa bantal, telah digunakan. Perlahan pintu ditutup kembali, lalu subur menuju beranda rumah.
Terlihat, Somad duduk seorang diri, tampak kopi yang tinggal separuhnya di atas meja, agaknya kopi sisa malam tadi, sebelum Somad pamit untuk tidur. Masih dengan kebiasaan buruknya, nampak rokok menyala di bibir Somad.
"Abang belum tidur?" subur menyapa Somad, duduk dikursi lain. Di depan meja yang sama.
"Eh... kau Subur. Belum.." Jawab Somad, menggeser kursinya, memberi ruang untuk kursi Subur.
"Ada yang dipikirin Bang?" Tanya subur lagi. Ada yang berubah pada Abangnya, Somad setahu Subur dulu, terlihat gagah, ditakuti dan selalu menganggap remeh segala hal. Kini terlihat selalu murung, kikuk dan kaku.
"Gak.. Bur"
"Abang jangan sungkan-sungkan."
"hehehe... iya Bur"
"Saya adik Abang. Abang tinggal di rumah adik Abang, adik kandung Abang"
"hehehe.... Iya Bur"