Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini Bukan Soal Berlebihan

11 Juni 2019   19:02 Diperbarui: 11 Juni 2019   19:07 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja di Danau Singkarak (dok Pribadi)

Makin tinggi "derajad" seseorang, makin tinggi kebutuhannya pada Asesories. Itu sebabnya, harga secangkir kopi pada kedai kopi hanya sepersepuluh harga kopi yang sama ketika dihidangkan di coffee Shop.

Pada kasus lain. Ketika penghuni Neraka hendak dipindah ke Syurga. Sang penghuni merasa minder dan menolak. Biarlah dia di neraka saja. Tubuhnya yang hitam legam terbakar api, rasanya tidak pantas untuk masuk Syurga, dimana penduduk Syurga berkulit putih bersih. Pakaiannya yang compang camping, tidak layak untuk disandingkan dengan pakaian penduduk Syurga.

Padahal, Allah tak melihat pada tubuh yang hitam legam dan pakaian yang compang camping. Allah hanya melihat pada hati sang kandidat syurga yang sudah bersih karena dicuci dengan api Neraka selama ini.

Berlebihankah Allah, ketika memindahkan sang hitam legam dengan pakaian compang camping ke Syurga? Jawabnya tidak berlebihan. Karena dia memang sudah pantas untuk memperoleh fasilitas itu, sudah pantas untuk mendapat kasih sayang yang berjibun itu.

Jangan katakan Allah berlebihan. Sebab, ketika kata berlebihan itu kau ucapkan. Itu artinya, kau terbelenggu dengan masa lalumu, kau sedang berusaha untuk  menikmati siksa yang kau terima selama ini. Kau belum mampu untuk move on, memasuki dunia yang sama sekali baru dengan dunia masa lalu mu.

Yang dibutuhkan seorang untuk memasuki dunia yang sama sekali baru, bukan menolak dunia baru itu. Melainkan, merubah maindseat yang ada di kepalanya selama ini. Merubah pola pikir, bahwa saya bukan pengemis yang meletakkan nilai sepiring makanan di atas segalanya, termasuk tempat dimana makanan itu, layak untuk disantap. Juga, saya bukanlah  seorang penghuni Neraka yang menikmati segala kesengsaraan dengan dalih itu bagian dari takdir hidupku.

Tetapi terimalah semua, sebagai takdir baru. Takdir yang memang pantas untuk diterima.

Jika masih menganggap diri kurang pantas. Maka, langkah terpendek untuk itu, pantaskan diri dengan perilaku baru. Prilaku pengemis berganti perilaku tamu agung, perilaku penghuni Neraka menjadi perilaku Syurga.

Dalam hidup ini, apa yang tidak mungkin?

.

Wallahu A'laam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun