Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Akulah Tuan dan Kaulah Pecundang

6 Juni 2019   15:44 Diperbarui: 6 Juni 2019   20:32 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sejarah peradaban manusia, selalu terjadi pertempuran. Dengan segala  bentuk dan variasinya. Pertempuran itu, terus berlangsung dan tidak pernah berakhir.

Berharap akan berhentinya pertempuran, suatu yang musykil. Pertempuran ini, akan kekal,  selama manusia itu sendiri ada.

Layaknya sebuah pertempuran. Maka, tentu ada pihak yang kalah dan ada yang menang. Menang dan kalah antara kedua kontestan pertempuran, silih berganti. Pihak yang menang akan menunggangi pihak yang kalah. Tidak lantas memusnahkan atau membunuhnya. Membunuh pihak yang kalah sama musykilnya dengan menghilangkan pertempuran itu sendiri.

Pemenang, memiliki kepentingan pada pihak yang kalah. Keinginan pemenang akan lebih cepat terealisir dengan memanfaatkan pihak yang kalah. Memusnahkan pihak yang kalah justru dibeberapa hal, menghilangkan kemungkinan tercapainya keinginan sang pemenang.

Itulah pertempuran antara gelap dan terang. Antara kepentingan Allah dan kepentingan setan, akal sehat melawan akal dungu, antara nafsu angkara murka dengan nafsu mutma'innah.

"aduhai celaka aku!" teriak Qabil. Tak percaya dia dengan apa yang telah dilakukannya. Ketika, Habil saudara kandung Qabil telah menjadi seonggok mayat yang kaku dan membiru setelah dibunuh oleh Qabil. Inilah, pembunuhan yang pertama terjadi di muka bumi, sebagai akibat ketika nafsu mengalahkan akal sehat.

Qabil yang dirasuki nafsu serakah dan tidak terima (iri hati) atas perjodohannya dengan kembaran Habil, menjadi gelap mata. Pertempuran antara akal sehat dan nafsu terjadi, ketika itu, akal dikalahkan oleh nafsu.

Sekembalinya para sahabat dari pertempuran besar, Perang  Badr, mereka dibuat terkejut dan bingung. Rasulullah ketika itu, mengatakan :

"Kalian baru pulang dari pertempuran kecil dan akan menghadapi pertempuran  dahsyat"  

"Pertempuran apa itu ya Rasul" tanya Sahabat.

"Melawan hawa nafsu kalian sendiri" jawab Rasul.

Itulah sebabnya, agama Islam mendefinisikan pertempuran atau usaha keras untuk untuk menggapainya disebut dengan Jihad.

"Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya" (QS. Al-Hajj:78).

Lalu, para mufassir (ahli tafsir) menjelaskan dan merunutkan klasifikasi jihad menjadi empat tingkatan.  Jihad pada level tertinggi Jihadun Nafs. Jihad memerangi hawa nafsu. Lalu berturut-turut, Jihadus Syaitan, Jihad melawan syetan. Jihadun Kuffar, jihad melawan orang kafir dan yang terakhir, Jihadul Munafiqun, jihad melawan orang kafir.

Mengapa nafsu menduduki ranking pertama? Karena nafsu merupakan bagian integral tubuh kita sendiri. Ada di dalam tubuh, dalam aliran darah, dalam pikiran, dalam pandangan, dalam hati bahkan dalam kilatan lintas  hayal manusia.

Sedangkan yang lain,  ada di luar diri. Jadi, mudah untuk dideteksi. Mudah dikenali ketika menghampiri.  Manusia dibekali dengan insting imun, sehingga sekecil dan sehalus apapun benda asing yang memasuki tubuh. Organ tubuh dengan otomatis melakukan penolakan.  Sinyal yang dikirim tubuh inilah yang menjadikan kita waspada dan tahu ketika sesuatu yang sifatnya dari luar tubuh masuk ke dalam tubuh.

Ketika diri sudah jadi pejabat, ada nafsu yang menginginkan agar jabatan yang disandang lebih tinggi lagi. Ada nafsu yang membisikan agar jabatan itu dipertahankan selama mungkin. Apapun caranya, lakukan.  Bahasa yang digunakan bisa bermacam. Dengan istilah taktik lah, terobosanlah, dan jika perlu lakukan kecurangan.

Ketika kekayaan sudah di tangan. Pertahankan terus, jika tidak dapat ditambah lagi. Lakukan segala usaha. Buat nego-nego, buat deal-deal tertentu, kurangi timbangan, lakukan riba, lakukan tipu daya, dekati penguasa lalu sogok.

Nah... ketika puasa sudah penuh kita laksanakan, taraweh selesai dikerjakan, al Qur'an selesai dikhatamkan. Maka, inilah momen kita mengalahkan nafsu yang menguasai kita. Akulah tuan, kaulah (nafsu) pecundang.

Jangan bunuh nafsu sebagai pihak yang dikalahkan. Tapi, manfaatkan dan tunggangi dia untuk mencapai derajad lebih tinggi.

Jika, nafsu ingin jadi pejabat, jadilah pejabat dengan menunggangi nafsu itu, lakukan dengan cara sehat, jujur dan gentleman. Genggam kekuasaan bukan untuk memperkaya diri dan golongan. Tapi, agar lebih berdaya guna mensejahterakan manusia semuanya.

Jika nafsu ingin kaya. Silakan kaya, dengan cara-cara jujur dan fair. Lakukan business yang tidak merugikan orang lain. Dengan kekayaan yang dimiliki, bukan untuk memuaskan nafsu angkara murka dan membesarkan perut. Namun, agar dapat lebih banyak lagi berbagi dengan nominal lebih banyak lagi, untuk lebih banyak manusia dan peradaban.

Kini, saatnya aku jadi tuan dan  kau pecundang. Bukan sebaliknya.

Wallahu A'laam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun