Dalam sejarah peradaban manusia, selalu terjadi pertempuran. Dengan segala  bentuk dan variasinya. Pertempuran itu, terus berlangsung dan tidak pernah berakhir.
Berharap akan berhentinya pertempuran, suatu yang musykil. Pertempuran ini, akan kekal, Â selama manusia itu sendiri ada.
Layaknya sebuah pertempuran. Maka, tentu ada pihak yang kalah dan ada yang menang. Menang dan kalah antara kedua kontestan pertempuran, silih berganti. Pihak yang menang akan menunggangi pihak yang kalah. Tidak lantas memusnahkan atau membunuhnya. Membunuh pihak yang kalah sama musykilnya dengan menghilangkan pertempuran itu sendiri.
Pemenang, memiliki kepentingan pada pihak yang kalah. Keinginan pemenang akan lebih cepat terealisir dengan memanfaatkan pihak yang kalah. Memusnahkan pihak yang kalah justru dibeberapa hal, menghilangkan kemungkinan tercapainya keinginan sang pemenang.
Itulah pertempuran antara gelap dan terang. Antara kepentingan Allah dan kepentingan setan, akal sehat melawan akal dungu, antara nafsu angkara murka dengan nafsu mutma'innah.
"aduhai celaka aku!" teriak Qabil. Tak percaya dia dengan apa yang telah dilakukannya. Ketika, Habil saudara kandung Qabil telah menjadi seonggok mayat yang kaku dan membiru setelah dibunuh oleh Qabil. Inilah, pembunuhan yang pertama terjadi di muka bumi, sebagai akibat ketika nafsu mengalahkan akal sehat.
Qabil yang dirasuki nafsu serakah dan tidak terima (iri hati) atas perjodohannya dengan kembaran Habil, menjadi gelap mata. Pertempuran antara akal sehat dan nafsu terjadi, ketika itu, akal dikalahkan oleh nafsu.
Sekembalinya para sahabat dari pertempuran besar, Perang  Badr, mereka dibuat terkejut dan bingung. Rasulullah ketika itu, mengatakan :
"Kalian baru pulang dari pertempuran kecil dan akan menghadapi pertempuran  dahsyat" Â
"Pertempuran apa itu ya Rasul" tanya Sahabat.
"Melawan hawa nafsu kalian sendiri" jawab Rasul.