Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Mudik Cerdik Pilihan

Mahmud Yunus dan Baiturrahman di Sungayang

6 Juni 2019   12:31 Diperbarui: 6 Juni 2019   13:27 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mesjid Baiturrahman Sungayang (dok.Pribadi)

Minangkabau bukan Indonesia. Minangkabau hanyalah bagian dari  Indonesia.  Namun, Indonesia tanpa Minangkabau bagai sayur tanpa garam. Daerah ini telah begitu banyak mewarnai perjalanan negara Indonesia. Putera-puterinya memberikan konstribusi tidak kecil pada bangsa ini, terutama pada awal kemerdekaan.

Ke sanalah --Ranah Minang-  saya melangkahkan kaki. Sebagai pertanda saya telah kembali dari sana. Inilah oleh-oleh saya untuk semua sahabat.

Kunjungan kali ini, ke Kabupaten Tanah Datar.

Jika disebutkan kabupaten Tanah Datar, tentu, bayangan sebagian orang tentang Istana Pagarruyung. Karena Istana inilah Icon Ranah Minang. Namun, sedikit orang yang mengenal Mesjid Baiturrahman  dan Mahmud Yunus dari Tanah Datar. Hebatnya lagi,  kedua legend  yang saya sebutkan tadi berasal dari  satu Nagari yang disebut dengan Nagari  Sungayang.

Nagari adalah istilah untuk desa di Pulau Jawa. Dengan  sejumlah kampong --RW- yang terdiri dari Balai Diateh, Balai Gadang, Galanggang Tangah, Sianau Indah dan Taratak Indah. Belakangan,  Sungayang dijadikan sebagai Ibu kota kecamatan dari kecamatan Sungayang.

Jika kita dari Bukittinggi, Nagari Sungayang dapat dicapai dengan Bus (angkutan umum) dengan mengambil tujuan jurusan Batu Sangkar --Ibu kota Kabupaten Tanah Datar-.  Lalu, turun di simpang tiga Sungai Tarab. Sesaat setelah melewati  Pakan (pasar) Sungai Tarab.  

Simpang tiga tempat kita turun, dikenal juga dengan simpang tiga "Tiga Batur". Karena inilah simpang menuju Nagari Tiga Batur.

Dari simpang tiga Tiga Batur, perjalanan dapat dilanjutkan dengan menggunakan ojek ke Nagari Sungayang dengan ongkos lima belas ribu rupiah. Saya sarankan, ketika anda mulai naik ojek, siapkan kamera. Karena pemandangan yang terpapar selama kita dalam perjalanan dengan ojek, sayang untuk dilewatkan begitu saja. View alam dan view rumah gadang yang ditemui dalam perjalanan, adalah sesuatu banget untuk begitu saja dilewatkan, tanpa diabadikan.

Singkat cerita. Tibalah kita di Mesjid Baiturrahman.

Inilah salah satu Mesjid tertua di Sumatera Barat. Namun, sayang jejak Mesjid lama sudah tidak bersisa lagi.

Bayangkan, Mesjid lama yang dibangun pada rahun 1892 harus roboh akibat gempa bumi hebat, lalu atas inisiatif  Datuk Gadang Majo Lelo, masyarakat sepakat untuk kembali  membangun pada tahun 1910. Pembangunan Renovasi Mesjid Baiturrahman yang dimulai tahun 1910 itu akhirnya selesai pada tahun 1916.

Kemudian, Mesjid Baiturrahman kembali roboh ketika terjadi gempa besar Padang Panjang pada tahun 1926. Lalu, kembali di bangun dengan sedikit perubahan pada atap. Atap yang awalnya lima tingkat diganti dengan tiga tingkat. Peristiwa ini ditandai dengan peran besar pemuda yang baru pulang dari Mesir. Mahmud Yunus.

Sejak itu, Mesjid Baiturraman  menjadi pusat kegiatan agama, pendidikan dan aktifitas masyarakat  Sungayang. Hingga, tidak mengherankan, ketika masa pendudukan Jepang, di Mesjid ini dibentuk dan dilatih pemuda-pemuda yang bergabung dalam Barisan Pemuda Mesjid Baiturrahman. Pemuda-pemuda yang dilatih di Mesjid Baiturraman ini kelak bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat. Cikal bakal Tentara Nasional Indonesia.

Kondisi Sungayang yang berada di kaki Gunung Merapi, menyebabkan sering terjadi gempa dahsyat dan akibatnya Mesjid Baiturrahman sering mengalami perbaikan, bahkan rehab  total. Itulah alasan logisnya, mengapa Mesjid Baiturrahman tidak menyisakan bentuk Aslinya.

Mahmud Yunus yang disebutkan  memiliki andil besar pada renovasi Mesjid Baiturrahman pada tahun 1926. Ternyata, memiliki andil cukup besar untuk Negara Indonesia.

Prof.Dr. H.Mahmud Yunus lahir di Sungayang pada 10 Februari 1899 dan meninggal 16 Januari 1982 di Jakarta. Beliau menulis 75 judul buku. Termasuk "Tafsir al-Qur'an"  Jasa terbesar beliau, memasukan pelajaran agama pada sekolah-sekolah pemerintah --negri-. Buku-buku beliau, hingga kini, masih menjadi rujukan pada sekolah-sekolah agama tingkat Aliyah dan perguruan tinggi.

Beliau juga menjabat Rektor pertama  IAIN Syarif Hidayatullah, yang kini menjadi UIN Syarif Hidayatullah.

Beliau juga, menjadi pertama  IAIN Imam Bonjol Padang, yang kini menjadi UIN Imam Bonjol Padang.

Sebagai pertanda bahwa Mesjid Baiturrahman sayarat dengan nilai etos perjuangan dan keilmuan, pada sekolah agama yang berada di komplek  Mesjid Baiturrahman terdapat Perpustakaan dengan koleksi buku yang nyaris  lengkap. Perpustakaan yang mengingatkan para jamaah dengan tokoh yang lekat dengan Mesjid Baiturrahman, Perpustakaan Mahmudiyah. Wakaf Prof.Dr. Mamud Yunus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Mudik Cerdik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun