Kemudian, Mesjid Baiturrahman kembali roboh ketika terjadi gempa besar Padang Panjang pada tahun 1926. Lalu, kembali di bangun dengan sedikit perubahan pada atap. Atap yang awalnya lima tingkat diganti dengan tiga tingkat. Peristiwa ini ditandai dengan peran besar pemuda yang baru pulang dari Mesir. Mahmud Yunus.
Sejak itu, Mesjid Baiturraman  menjadi pusat kegiatan agama, pendidikan dan aktifitas masyarakat  Sungayang. Hingga, tidak mengherankan, ketika masa pendudukan Jepang, di Mesjid ini dibentuk dan dilatih pemuda-pemuda yang bergabung dalam Barisan Pemuda Mesjid Baiturrahman. Pemuda-pemuda yang dilatih di Mesjid Baiturraman ini kelak bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat. Cikal bakal Tentara Nasional Indonesia.
Kondisi Sungayang yang berada di kaki Gunung Merapi, menyebabkan sering terjadi gempa dahsyat dan akibatnya Mesjid Baiturrahman sering mengalami perbaikan, bahkan rehab  total. Itulah alasan logisnya, mengapa Mesjid Baiturrahman tidak menyisakan bentuk Aslinya.
Mahmud Yunus yang disebutkan  memiliki andil besar pada renovasi Mesjid Baiturrahman pada tahun 1926. Ternyata, memiliki andil cukup besar untuk Negara Indonesia.
Prof.Dr. H.Mahmud Yunus lahir di Sungayang pada 10 Februari 1899 dan meninggal 16 Januari 1982 di Jakarta. Beliau menulis 75 judul buku. Termasuk "Tafsir al-Qur'an" Â Jasa terbesar beliau, memasukan pelajaran agama pada sekolah-sekolah pemerintah --negri-. Buku-buku beliau, hingga kini, masih menjadi rujukan pada sekolah-sekolah agama tingkat Aliyah dan perguruan tinggi.
Beliau juga menjabat Rektor pertama  IAIN Syarif Hidayatullah, yang kini menjadi UIN Syarif Hidayatullah.
Beliau juga, menjadi pertama  IAIN Imam Bonjol Padang, yang kini menjadi UIN Imam Bonjol Padang.
Sebagai pertanda bahwa Mesjid Baiturrahman sayarat dengan nilai etos perjuangan dan keilmuan, pada sekolah agama yang berada di komplek  Mesjid Baiturrahman terdapat Perpustakaan dengan koleksi buku yang nyaris  lengkap. Perpustakaan yang mengingatkan para jamaah dengan tokoh yang lekat dengan Mesjid Baiturrahman, Perpustakaan Mahmudiyah. Wakaf Prof.Dr. Mamud Yunus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H