Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sepotong Kayu, Kau atau Aku

21 November 2018   19:33 Diperbarui: 21 November 2018   19:49 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*****

20 November

Tiba-tiba cuaca berubah sangat cepat. Cahaya bulan tertutup awan pekat, tampak kehitaman yang pekat diantara cahaya rembulan yang sempat terlihat Bae. Laut yang awalnya tenang setenang riak tepian kini berubah ganas.

Ombak setinggi empat meter datang menerjang Bae dan Bayu. Mereka berdua terbawa pada puncak gelombang, lalu dengan kecepatan tinggi meluncur ke bawah. Bayu memegang erat sepotong kayu yang mereka miliki, bagai seorang bayi memegang tubuh sang Bunda, mendekap sekuat yang mampu dia lakukan. Tidak mau berpisah walau satu sentipun. Ini bukan lagi soal kasih dan sayang. Tetapi, soal nyawa. Melepaskan pegangan pada sepotong kayu, sama halnya melepaskan seutas parasut ketika kita terbang dari ketinggian lima ratus meter. Lepas pegangan sama dengan lepas nyawa, mati.

Bae menggigil hebat menghadapi situasi ini. Dia tidak kedinginan, disebabkan air laut. Tetapi, Bae sedang berperang dengan dirinya sendiri. Inilah, saat penentuan itu. Mereka hanya berdua, ditengah laut bebas. Ditengah badai gelombang ganasnya ombak lautan. Bahkan di malam gelap gulita. Tidak seorangpun yang menyaksikan apa yang terjadi.  

Inilah, saatnya dia mengambil sepotong kayu itu. Tokh, itu kayu yang dia miliki sendiri, sebelum dia menolong Bayu. Kayu yang akan menolong nyawa Bae, sekaligus melenyapkan sang pesaing. Tidak ada yang salah dalam tindakannya. Kayu miliknya, tidak yang dia rebut dari Bayu, Bayu yang malang, yang akan melenyapkan dirinya menjadi bagian dari lautan yang tidak bertepi ini. Juga akan membuka kemungkinan Bae akan berjodoh dengan Muti. Mutiara kecilnya yang nyaris disambar Bayu. Kini, sang Elang itu, nyawanya berada di tangan Bae.

Kembali ombak besar datang, mereka berdua terbawa ke puncak gelombang  setinggi enam meter, lalu dengan kecepatan tinggi, terhempas pada dasar gelombang. Ketinggian hempasan ke bawah itu, setinggi dua kali ketika naik, itu artinya dua belas meter, setara dengan ketinggian gedung empat lantai. Bayangkan! Meluncur cepat dari gedung ketinggian empat lantai, hanya bergantung pada sepotong kayu.

Nyaris, Bae menarik kayu yang sepotong  itu. Lalu, sedetik kemudian, Bayu akan gelapan di tengah ganasnya ombak. Kemudian, hilang. Bersatu dengan alam, terkubur dilautan yang tidak bertepi.

Namun, seketika muncul wajah Haji Rauf, wajah Bapak, Wajah Emak dan wajah sang kekasih, Mutiara. Satu-satu mereka muncul, satu-satu mereka menatap wajah Bae, tatapan mereka, tatapan tajam yang mengatakan, kaulah sang pembunuh itu. Kau lah yang menggagalkan acara pernikahan lusa. Anak yang tidak tahu membalas budi dan kekasih yang berhati kejam, begitu yang terbaca Bae pada tatapan Muti.

Tidak tersedia cukup waktu. Jika mereka berdua tetap berpegangan pada kayu yang sepotong itu. Maka, mereka hanya akan tenggelam berdua. Kini, pilihan hanya dua. Kau atau aku. Bae atau Bayu.

Perlahan, Bae melepaskan pegangannya. Biarlah aku yang mengalah, bathin Bae. Demi haji Rauf, demi Bapak, demi Emak dan yang terakhir, demi kau yang terkasih, Muti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun