Hari belum sepenuhnya malam, baru menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Sejak siang tadi Jakarta diguyur hujan, sudah dua hari ini Jakarta diguyur hujan dengan intensitas tinggi. Proyek tempat Edo kerja sudah berubah menjadi kolam besar, semua permukaan tergenangi air. Tak ada aktifitas yang dapat dilakukan, kecuali menyedot air keluar area proyek. Pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mekanik. Dan itu artinya, tak ada pekerjaan yang dapat Edo kerjakan.
Jam dua, hampir seluruh karyawan pulang, termasuk Edo, kecuali mekanik dan satpam. Mekanik mengeluarkan air keluar areal proyek dan satpam mengamankan areal proyek.
Namun, pulang cepat bukan berarti Edo segera tiba di rumah. Macet disebabkan spot-spot banjir dibeberapa tempat, membuat segalanya berubah. Kemacetan mengular kemana-mana, hingga perjalanan pulang yang biasanya hanya butuh satu setengah jam, malam itu butuh waktu tujuh jam, hingga Edo tiba di rumah jam Sembilan lewat. Luluh lantak rasanya badan Edo, lelah secara fisik karena macet dan lelah pshykis akibat terjebak dalam antrean panjang hingga tiba rumah.
Selesai mandi dan makan malam, sambil rehat Edo, melihat acara TV yang isinya di dominasi laporan banjir yang terjadi siang tadi. Banjir kali ini, ternyata benar-benar besar dan melumpuhkan Jakarta. Pantas saja, perjalanan pulang tadi hingga tujuh jam.
******
"Sebel ikh..." kata Yuli, sembari memonyongkan mulutnya.
"Maksudnya gimana Yul?" balas Edo, tak tahu apa yang dimaksudkan Yuli.
"Kalo cuma mau dipandang doang, ngapain ke sini? Kan di WA juga bisa"
"Ooo.. githu"
"Kalo cuma mau ngobrol doang, ngapain ke sini? Kan Chatting juga bisa"
"Ooo.. githu"