Al-Qur’an bagi umat Islam, merupakan suatu yang sangat Istimewa. Di Dalamnya merupakan teks panduan dalam meraih kehidupan yang selamat. Baik di dunia maupun di akherat. Mengamalkannya, merupakan kewajiban, demikian juga mempelajarinya. Bahkan membacanya saja memperoleh pahala.
Sedangkan, mereka yang mampu menghafalkan al-Qur’an secara keseluruhan akan memperoleh keistimewaan yang tiada tara dari Allah SWT. Itu sebabnya, berbagai lapisan masyarakat berbondong-bondong berupaya menghafalkan al-Qur’an.
Buku yang berjudul “60 Hari Hafal Al-Qur’an” merupakan salah satu jawaban dari keinginan masyarakat yang ingin menghafalkan al-Qur’an.
Anggapan yang berlaku pada umumnya, bahwa menghafalkan al-Qur’an, memerlukan waktu lama, hingga bertahun-tahun. jika demikian kondisinya, maka hanya santri pondok pesantren saja yang mampu melakukannya. Bagaimana dengan mereka yang bukan siswa pondok pesantren? Mereka yang tidak memiliki cukup waktu tersedia. Maka, buku “60 Hari Hafal Al-Qur’an” coba memberikan solusi dari masalah terbatasnya waktu. Tentunya, jika seluruh guidance yang diberikan pada buku “60 Hari Hafal Al-Qur’an”, diikuti dengan disiplin oleh penuh oleh pembaca. Tak peduli siapa mereka. Karyawankah, kaum pedagang, kaum professional atau bahkan masyarakat awam sekalipun.
Bahkan penulis buku “60 Hari Hafal Al-Qur’an” Saiful Aziz Al-Hafiszh, D.Pd.I mengatakan, bahwa waktu enam puluh hari adalah waktu yang flexible, kita masih dapat menambah atau menguranginya sesuai target masing-masing. Jika kita bersungguh-sungguh, tidak mustahil dalam waktu kurang dari enam puluh hari, kita mampu menyelesaikan hafalan al-Qur’an. Demikian pernyataan penulis buku.
Untuk menghafal al-Qur’an perlu dipersiapkan hal-hal sebagai berikut;
Satu, Mengikhlaskan niat. Hendaklah niat yang kita tetapkan ketika hendak menghapal al-Qur’an adalah dalam rangka mendapatkan keridhaan dan pahala dari Allah SWT.
Dua, Tobat. Hendaklah kita selalu menginstrospeksi diri. Jika kita masih berlumuran dosa, hendaknya kita bertobat dahulu sebelum menghafal al-Qur’an.
Tiga, Memohon pertolongan kepada Allah dengan menghiba, dan sangat berharap agar dijadikan penghafal al-Qur’an.
Buku ini juga memuat hal-hal tekhnis yang harus dilakukan dalam rangka menghafal al-Qur’an. Namun, saya tak akan menuliskannya dalam resensi buku ini, pertimbangannya selain pembaca akan jenuh, juga sifatnya sangat bersifat tekhnis, sehingga diperlukan banyak catatan kaki untuk mengerti istilah-istilah yang dimaksud.
Sebagai penghantarnya saja, saya tuliskan bagaimana cara memperoleh hafalan satu halaman al-Qur’an hanya dalam waktu sepuluh menit.
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sbb;
Satu, Tahyiah Nafsiyah (Mempersiapkan diri). Kita harus mempersiapkan diri terlebih dahulu baik Jasmani maupun Rohani. Seperti, berwudhu terlebih dahulu, menghadap ke arah Kiblat, lalu berdo’a pada Allah agar diberikan kemudahan dan Taufiknya. Lalu, pilih tempat yang aman dari gangguan.
Dua, Taskhin (Pemanasan). Otak perlu dipanasi terlebih dahulu dengan mengulang-ulang hafalan yang pernah dihafal. Dengan demikian otak menjadi sedikit panas dan timbul keinginan untuk menambah hafalan baru.
Tiga, Tadabur dan Tafakkur (mentadaburi dan menghayati). Letakkan mushaf al-Qur’an dihadapan kita, bacalah ayat yang ingin kita hafal tanpa mengucapkannya. Pahami dan renungi sebisa mungkin maksud dan arti ayat. Kemudian, gambarkan isi ayat di dalam pikiran kita.
Empat, Tarkiz (Fokus dan Konsentrasi). Fokuskan pandangan kita pada ayat yang ingin kita hafal. Seakan-akan kedua mata kita adalah lensa kamera. Potretlah ayat yang ingin kita hafal. Perhatikan awal hingga akhir kata yang terdapat dalam ayat itu. Jangan sampai terjadi kesalahan dalam menghafal baik lafal maupun hukum membaca.
Lima, Tanafus (Mengambil nafas dalam-dalam). Setelah pandangan kita fokus kepada ayat yang ingin kita hafal. Ambillah napas dalam-dalam.
Enam, Tartil, Tajwid, dan Tan-Ghim (membaca dengan Tartil, dan suara indah sesuai Tadjwid). Bacalah ayat yang ingin kita hafal dengan tartil sesuai tadjwid dan suara indah sambil menghayati kandungan ayat.
Tujuh, Tikrar (Mengulang-ulang ayat yang ingin kita hafal beberapa kali). Ulangi ayat-ayat itu hingga kita mampu menghafalnya.
Delapan, Tahfizh (Menghafal). Mulailah menghafalnya dengan menghayati kandungan ayat tanpa melihat mushaf. Ulangi terus proses menghafal hingga kita mampu membaca ayat yang kita hafal tanpa melihat mushaf hingga benar dan lancer.
Sembilan, Tarabuth (Menggabungkan). Gabungkan ayat pertama dengan ayat kedua hingga semua ayat yang ada dihalaman tersebut mampu digabungkan. Kemudian gabungkan halaman satu dan halaman yang lain, begitu selanjutnya.
Sepuluh, Tatsbith dan Muraja’ah (Memantapkan hapalan). Setelah melakukan penggabungan antara ayat dan ayat hingga menjadi satu halaman, mantapkan hafalan kita dengan banyak melakukan muraja’ah.
Sebelas, Tawakal. Setelah kita melakukan proses menghafal, bertawakallah pada Allah. Sebab, barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.
Saiful Aziz al-Hafizh, S.Pd.I. lahir di Jakarta, 23 September 1982. Sekarang tinggal di Surakarta bersama isteri dan ketujuh anaknya. Pendidikan dasarnya ia tamatkan di SD 02 Petang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan (1995). Pendidikan sekolah menengah pertama di SLTPN 239 Tanjung Barat, Jakarta Selatan (1998). Setelah itu, ia nyantri di Pesantren al-Mukmin Surakarta. Lulus pada tahun 2002. Pendidikan S1 diselesaikan di IAI Al-Ghuraba Jakarta pada tahun 2014.
Aktivitas keseharian penulis adalah menulis buku, berdakwah, mengajarkan al-Qur’an dan menterjemahkan kitab-kitab bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Hingga kini, telah empat puluh kita berbahasa Arab telah beliau terjemahkan.
Judul : 60 Hari Hafal al-Qur’an
Penulis : Saiful Aziz Al-Hafizh, S.Pd.I
Tanggal Terbit : Mei 2016
Penerbit : Tinta Medina. Solo.
Tebal Halaman : XIV + 250 hlm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H