Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Setelah Demo, Lalu Apa?

15 Oktober 2016   08:40 Diperbarui: 15 Oktober 2016   09:34 3704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demo Jum'at Kemarin (Edit dari TV One)

Tua-Muda, Laut-Gunung, Anak-Bapak, menghasilkan keindahan, jika saja kita mampu membingkainya dalam 'Harmoni
Tua-Muda, Laut-Gunung, Anak-Bapak, menghasilkan keindahan, jika saja kita mampu membingkainya dalam 'Harmoni
Bagaimana dengan Ahok? Terserah kita mau memposisikannya dimana, jika diposisikan sebagai pasir atau koral, maka dominannya Ahok hanya akan memperlemah konstruksi bangunan Pemerintahan. Jika diposisikan sebagai semen, maka dominannya Ahok hanya akan membuat birokrasi tidak efektif, berbiaya mahal dan jika terjadi kesalahan sulit untuk diperbaiki.

Jika beban pemerintah sudah demikian berat, dibutuhkan besi. Dalam hal ini, bisa saja pribadi-pribadi di luar Pemerintahan, ormas atau lembaga-lembaga nirlaba. Namun, kehadiran “Besi”. Juga, memiliki keterbatasan. Harus tidak melebihi batas maksimal yang diizinkan. Jika tidak, hanya akan membawa kehancuran pada konstruksi Pemerintahan.

Kesimpulannya, buatlah harmoni dalam Pemerintahan DKI. Masing-masing memiliki fungsi dan manfaat yang terukur dalam komposisi dan struktur Pemerintahan DKI. Jangan ada yang dominan.  Keluar dari komposisi yang harmoni hanya akan menghasilkan kondisi disharmoni dan berakibat kelemahan.

Contoh disharmoni dapat digambarkan, bagaimana Ahok dengan pakaian Dinas dan perjalanan Dinas, bukan menyampaikan program DKI untuk masa yang akan datang, serta menyampaian target apa yang mesti diraih oleh Pemda DKI. Tetapi, malah menyampaikan persoalan “memilih atau tidak memilih”. Padahal masa kempanye belum dimulai. Persoalannya, semakin runyam ketika besi dalam konstruksi bangunan yang mestinya memberikan tambahan kekuatan. Terdiri dari besi yang kebanyakan memiliki kandungan “karbon”. Akibatnya, salah-salah penanganan. Konstruksi akan roboh.  Kejadian yang semua kita, tidak menginginkannya.

Marilah, kita semua mau menjadi cerdas. Pelajaran kemarin merupakan sesuatu yang mahal. Sudah saatnya menciptakan harmoni, hindarkan kegaduhan-kegaduhan yang tidak perlu. Baik oleh mereka yang berada di Pemerintahan DKI apapun fungsi dan jabatannya dalam Pemerintahan DKI,  maupun masyarakat DKI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun