Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menapaki Jejak Soekarno di Ende

24 Juli 2016   12:59 Diperbarui: 25 Juli 2016   00:37 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam menunjukan pukul 15.20 Wita ketika peswat ATR menjejakkan kakinya dilandasan Bandara Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Satu-satu penumpang turun, termasuk saya.

Hanya dalam hitungan kurang setengah jam, seluruh penumpang sudah meninggalkan Bandara. Pesawat ATR hanya pesawat kecil saja, jumlah penumpang yang kurang dari enam puluh orang, ditambah Bandara Ende yang kecil pula, dengan landasan pacu yang hanya kurang lebih seribu seratus meter, plus keramah tamahan dan kesigapan awak Bandara, membuat semuanya selesai dalam sekejap.

Semua penumpang sudah pergi, sementara yang menjemput saya belum datang. Tepat di depan saya, ada Pos Polisi Bandara berdiri, ada Polisi dengan pangkat Kuning empat, dari nama yang tertampang saya tahu beliau dari Bali. I Made.....

Dari pembicaraan dengan beliau, saya tahu, Ende kota yang aman. Cerita sang Polisi itu, akhirnya terbukti. Ketika, selama saya berada di Ende. Bagaimana penduduk memarkir Sepeda motornya di tepi jalan, sementara sang pemilik sepeda motor bertamu selama berjam-jam di dalam rumah. Juga bagaimana penduduk Ende juga memarkir Sepeda motornya malam hari hanya di depan rumah saja.

Kantor Kepala Desa Kota Raja yang jaraknya hanya beberapa meter dari situs Bung Karno (dok.Pribadi)
Kantor Kepala Desa Kota Raja yang jaraknya hanya beberapa meter dari situs Bung Karno (dok.Pribadi)
Akhirnya, yang menjemput saya tiba, Kami segera menuju ke Kabupaten sebelah Ende, tepatnya kabupaten Nagekeo dengan ibu kotanya Mbay. Baru saja kendaraan meninggalkan Bandara, saya melihat sebuah Taman yang disebut dengan Taman Perenungan, lalu sekitar tiga ratus meter setelah Taman, ada pelang nama penunjuk arah, menunjukkan rumah dimana Soekarno pernah diasingkan. Terbersit keinginan untuk singgah.

Namun, perjalanan ini, bukan perjalanan wisata, melainkan perjalanan kerja. Saya hanya berharap, disela-sela kerja kelak akan  ada waktu mengunjungi kedua tempat bersejarah itu.

Dua hari kemudian, kesempatan itu datang, ada sesuatu keperluan yang harus dikerjakan di Ende, saya tak menyia-nyiakan kesempatan emas yang tersedia, pada saudara saya itu, saya membuat deal, bahwa kami akan singgah di Taman Perenungan dan rumah pengasingan Soekarno.

Perjalanan yang memakan waktu tiga jam dari Mbay menuju Ende, akhirnya usai, tepat pukul 6.40 pagi, saya segera memasuki kota Ende, itu artinya, lokasi yang menjadi tujuan sudah di depan mata. Hanya, waktu yang yang belum tepat, deal untuk mengunjungi tempat bersejarah itu, akan kami lakukan setelah urusan di Ende selesai. Sekali lagi perlu kesabaran.

Alhamdulillah jam sembilan pagi urusan selesai, kini waktunya mengunjungi Taman Perenungan dan rumah pengasingan Soekarno pun tiba.

Rumah pengasingan Soekarno dari sisi lain. (dok.Pribadi)
Rumah pengasingan Soekarno dari sisi lain. (dok.Pribadi)
Hal pertama yang kami lakukan, segera menuju kediaman dimana Soekarno diasingkan. Lokasinya berada di Jalan Perwira, kelurahan Kota Raja, Kecamatan Ende Utara. Ketika kami sampai, telah ada dua orang yang juga berniat sama dengan kami, menurut mereka, mereka datang dari Jakarta, tepatnya berasal dari Bekasi.

Namun sayang, pintu halaman situs rumah pengasingan Bung Karno, terkunci. Sehingga, kami hanya dapat memotret kondisinya dari luar, termasuk dua teman dari Bekasi tadi. Sadar akan kondisi demikian, saya segera menuju kantor kelurahan Kota Raja, yang letaknya hanya beberapa meter dari Rumah pengasingan Soekarno. Dengan menyebut asal kedatangan dan tujuan kedatangan, akhirnya pegawai kelurahan Kota Raja bersedia membantu kami, dengan menghubungi pegawai yang menjaga situs rumah pengasingan Bung Karno.

Dengan menunggu beberapa lama, akhirnya, pintu halaman terbuka, demikian juga dengan rumah pengasingan Bung Karno. Dengan demikian, saya dengan leluasa memasuki rumah kediaman Bung Karno. Rumah yang awalnya dimiliki oleh Bapak Abdullah Ambuwaru. Lalu, oleh Soekarno sendiri diresmikan sebagai Situs Bung Karno pada tanggal 16 mei 1954.

Situs Bung Karno yang saya datangi, merupakan Situs yang sudah mengalami renovasi, yang dilakukan pada 23 Juni 2012. Renovasi tersebut dilakukan secara total, mulai dari dinding, lantai hingga atap rumah, dengan tidak mengubah bentuk aslinya, hingga akhirnya diresmikan pada sabtu, 1 Juni 2013 oleh wakil Presiden Boediono sebagai penggagas awal renovasi situs Bung Karno.

Tempat tidur Mertua Soekarno (ibu Amsi) dan anak angkat Soekarno (Ratna Djuami). (dok.Pribadi)
Tempat tidur Mertua Soekarno (ibu Amsi) dan anak angkat Soekarno (Ratna Djuami). (dok.Pribadi)
Begitu memasuki rumah, mata ini langsung dihadapkan pada lukisan masyarakat Bali yang sedang menunaikan ibadah, lukisan yang berukuran besar itu, ternyata lukisan tangan hasil karya Soekarno. Lalu pada sisi kanan lukisan, ada ruang tamu, disana masih terlihat utuh meja kursi tamu dengan alas meja berbentuk marmer, yang semuanya hadiah dari Haji. M.H. Rotta.

Pada sisi lukisan yang merupakan ruang utama, ada setrika besi seberat 3 kg yang digunakan keluarga Soekarno, yang merupakan sumbangan dari Ibu Hajjah Aisyah. Di lemari yang sama ada juga cerek besi, serta kerekan air sumur, lengkap dengan nama-nama mereka yang menyumbangkan pada keluarga Soekarno.

Ada juga naskah drama “Rahasia Kelimutu”, ada biola yang digunakan Soekarno, meski kondisinya sudah agak rusak, sehingga saya bayangkan, tentunya, jika digunakan tak akan menghasilkan suara merdu lagi.

Sumur di belakang rumah Soekarno, disisi lain ada Kamar Mandi dan Dapur. (dok.Pribadi)
Sumur di belakang rumah Soekarno, disisi lain ada Kamar Mandi dan Dapur. (dok.Pribadi)
Juga terdapat salinan surat nikah Soekarno dengan Ibu Inggit Ganarsih pada 23 Maret 1923. Entah dengan maksud apa, saya juga tidak tahu persis, pada ruang yang sama terdapat juga surat salinan perceraian Soekarno dengan Ibu Inggit Ganarsih pada tahun 1942.

Pada sisi kanan ruang keluarga ada kamar tidur Soekarno dengan lemari pakaiannya hadiah dari Hajjah Sitti Maharani Sarimin binti H.M Saleh Banjar. Dan tempat tidur hadiah dari Haji Ahmad Ambuwaru.

Sedang pada sisi kiri, ada dua tempat tidur yang merupakan tempat tidur Ibu Mertua (Ibu Amsi) dan anak angkat Soekarno (Ratna Djuami), kedua tempat tidur yang merupakan hadiah dari Hajjah Sitti Maharani Sarimin binti H.M Saleh Banjar dan Haji Ahmad Ambuwaru.

Perjalanan saya teruskan ke belakang, pada teras sisi kiri bangunan ada Musholla tempat bung Karno sekeluarga melakukan sholat, sedangkan pada sisi kanan, ada sebuah lemari kaca yang cukup besar berisi koleksi buku tentang Seokarno.

Terus menyusuri sisi sebelah kanan, ada dapur, ada gudang, ada dua kamar mandi WC dan di depan kamar mandi WC ada sebuah sumur. Semua dalam kondisi baik. Pada sebagian pengunjung, memerlukan mencuci muka dengan air sumur, yang konon katanya sungguh sejuk.

Taman Perenungan dimana dipercaya, ide Panca Sila lahir di sini (dok.Pribadi)
Taman Perenungan dimana dipercaya, ide Panca Sila lahir di sini (dok.Pribadi)
Saya membayangkan, bagaimana suntuknya Soekarno melewati masa 4 tahun pengasingan di Ende (14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938) mengingat Ende yang begitu sepi. Namun, dengan hadiah-hadiah yang beliau terima, sebuah bukti outentik bahwa Soekarno diterima baik oleh masyarakat Ende.

Pada pengasingan di Ende ini pula mertua beliau (Ibu Amsi) meninggal, dan Soekarno memberikan penghargaan cukup pantas pada mertuanya dengan meletakkan jenazah Sang Mertua pada liang lahatnya.

Selepas dari kediaman pengasingan Soekarno, perjalanan diteruskan ke Taman Perenungan, Taman dimana diyakini sebagai tempat Soekarno melakukan Perenungan mendalam tentang bangsa ini ke depan, dari hasil Perenungan itulah, diyakini lahir Panca Sila.

Di Taman Perenungan yang rindang tepi laut itu, dibangun patung Soekarno yang sedang duduk pada sebidang bangku panjang, diatas kolam air menghadap ke arah laut.

Pada sisi Soekarno duduk, berada di bawah pohon Sukun bercabang lima. Ternyata pohon sukun yang meneduhi Soekarno adalah replika dari pohon sukun yang asli, nan ditanam pada tahun 1981, setelah pohon aslinya tumbang pada tahun 1960.

Patung Soekarno menghadap ke laut, di bawah Pohon Sukun bercabang lima (dok.Pribadi)
Patung Soekarno menghadap ke laut, di bawah Pohon Sukun bercabang lima (dok.Pribadi)
Demikianlah, akhirnya kedatangan Soekarno ke Ende karena dibuang Belanda pada 14 Januari 1934 dengan menumpang kapal Jan van Riebeeck harus berakhir pada 18 oktober 1938 dengan menggunakan kapal De Klerk milik KPM menuju Surabaya.

Sebuah episode dalam perjalanan panjang menuju kemerdekaan, telah turut di sumbangkan masyarakat kota Ende, jejak itulah yang saya tapaki di Ende pada medio akhir Juli 2016 lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun