Pada sisi lukisan yang merupakan ruang utama, ada setrika besi seberat 3 kg yang digunakan keluarga Soekarno, yang merupakan sumbangan dari Ibu Hajjah Aisyah. Di lemari yang sama ada juga cerek besi, serta kerekan air sumur, lengkap dengan nama-nama mereka yang menyumbangkan pada keluarga Soekarno.
Ada juga naskah drama “Rahasia Kelimutu”, ada biola yang digunakan Soekarno, meski kondisinya sudah agak rusak, sehingga saya bayangkan, tentunya, jika digunakan tak akan menghasilkan suara merdu lagi.
Pada sisi kanan ruang keluarga ada kamar tidur Soekarno dengan lemari pakaiannya hadiah dari Hajjah Sitti Maharani Sarimin binti H.M Saleh Banjar. Dan tempat tidur hadiah dari Haji Ahmad Ambuwaru.
Sedang pada sisi kiri, ada dua tempat tidur yang merupakan tempat tidur Ibu Mertua (Ibu Amsi) dan anak angkat Soekarno (Ratna Djuami), kedua tempat tidur yang merupakan hadiah dari Hajjah Sitti Maharani Sarimin binti H.M Saleh Banjar dan Haji Ahmad Ambuwaru.
Perjalanan saya teruskan ke belakang, pada teras sisi kiri bangunan ada Musholla tempat bung Karno sekeluarga melakukan sholat, sedangkan pada sisi kanan, ada sebuah lemari kaca yang cukup besar berisi koleksi buku tentang Seokarno.
Terus menyusuri sisi sebelah kanan, ada dapur, ada gudang, ada dua kamar mandi WC dan di depan kamar mandi WC ada sebuah sumur. Semua dalam kondisi baik. Pada sebagian pengunjung, memerlukan mencuci muka dengan air sumur, yang konon katanya sungguh sejuk.
Pada pengasingan di Ende ini pula mertua beliau (Ibu Amsi) meninggal, dan Soekarno memberikan penghargaan cukup pantas pada mertuanya dengan meletakkan jenazah Sang Mertua pada liang lahatnya.
Selepas dari kediaman pengasingan Soekarno, perjalanan diteruskan ke Taman Perenungan, Taman dimana diyakini sebagai tempat Soekarno melakukan Perenungan mendalam tentang bangsa ini ke depan, dari hasil Perenungan itulah, diyakini lahir Panca Sila.
Di Taman Perenungan yang rindang tepi laut itu, dibangun patung Soekarno yang sedang duduk pada sebidang bangku panjang, diatas kolam air menghadap ke arah laut.
Pada sisi Soekarno duduk, berada di bawah pohon Sukun bercabang lima. Ternyata pohon sukun yang meneduhi Soekarno adalah replika dari pohon sukun yang asli, nan ditanam pada tahun 1981, setelah pohon aslinya tumbang pada tahun 1960.