Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Napak Tilas Perjalanan Cut Nyak Dien di Sumedang

12 Juni 2016   16:24 Diperbarui: 13 Juni 2016   09:48 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1848 dan wafat dalam pembuangan di Sumedang

(Jawa Barat) pada tanggal 6 November 1908

Semoga Allah memberi berkah kepada Arwah suci

Pahlawan Putri jang amat berdjasa dan setia ini. Amin

Demikianlah bunyi kalimat pada nisan Cut Nya’ Dien, kalimat singkat tentang siapa Cut Nya’ Dien. Kalimat yang tak saya jumpai dulu, ketika saya mengunjungi makam Cut Nya’ Dien.

Musholla atau Meunasah, di komplek pemakaman Cut Nya’ Dien. (Dok. Pribadi)
Musholla atau Meunasah, di komplek pemakaman Cut Nya’ Dien. (Dok. Pribadi)
Pada Nisan tak disebut jika Cut Nya’ Dien lahir di Lampadang, wilayah VI Mukim  dari kesultanan Aceh. Ayah Cut Nya Dien bernama Teuku Nanta Seutia. Seorang uleebalang. Keturunan Datuk Makhudum Sati yang berasal dari Minangkabau. Beliau datang ke Aceh pada masa Sultan Jamalul Badrul Munir. Sedangkan Cut Nya’ Dien adalah putri Uleebalang lampagar.

Memasuki makam Cut Nya’ Dien, jalan menurun yang cukup curam dan licin dulu, kini kondisinya sudah di batu, hingga kecil kemungkinannya untuk tergelincir, di pintu masuk pemakamannya, yang kini sudah berbentuk kompleks itu, ada semacam pintu gerbangnya ketika memasukinya. Di dalam komplek pemakaman ada dinding beton yang dilapisi kaca tebal berisi sejarah singkat tentang Cut Nya’ Dien serta catatan sejarah perjuangan beliau, dan diakhiri dengan tanda tangan Zaini Abdullah (Gubernur Aceh, Sumedang, 17 Agustus 2013).

Makam KH Sanusi, yang Merawat Cut Nya’ Dien. (Dok. Pribadi)
Makam KH Sanusi, yang Merawat Cut Nya’ Dien. (Dok. Pribadi)
Pada sisi lain makam, terdapat Musholla atau (Meunasah bahasa Aceh) berlantai dua, mungkin dimaksudkan untuk beristirahat melepas lelah bagi pengunjung dari jauh pada lantai dasar dan untuk sholat pada lantai atas.

Juga pada komplek pemakaman yang sama, di kubur juga KH. Sanusi yang merawat Cut Nyak Dien yang meninggal 1907, setahun sebelum meninggalnya Cut Nya’ Dien. Juga R. Sitti Hodijah, sebagai Pendamping Cut nya’ Dien yang wafat pada tahun 1967.

Ada sedikit kesalahan informasi tentang letak makam Cut Nya’ Dien. Umumnya masyarakat mengatakan Makam Cut Nya’ Dien adalah tanah milik keluarga Pangeran Sumedang. Namun sesungguhnya, tanah makam Cut Nya’ Dien adalah tanah milik R. Sitti Hodijah yang letaknya persis berbatasan dengan komplek Makam yayasan Pangeran Sumedang di Gunung Puyuh, bahkan dengan asces masuk melalui Makam yayasan Pangeran Sumedang, maka anggapan demikian tidak mudah untuk dibantah. Di tanah makam seluas 3.000 M2 itu pula R Sitti Hodijah dimakamkan.

Makam R Siti Hodijah, yang mendampingi Cut Nya’ Dien. (Dok. Pribadi)
Makam R Siti Hodijah, yang mendampingi Cut Nya’ Dien. (Dok. Pribadi)
Mengenai bagaimana perjuangan Cut Nya’ Dien semua kita sudah tahu, saya tak akan mengulanginya kembali. Saya hanya ingin menceritakan Cut Nya’ Dien setelah tiba di Sumedang, sebagai tanah pembuangan seorang pahlawan putri Aceh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun