1848 dan wafat dalam pembuangan di Sumedang
(Jawa Barat) pada tanggal 6 November 1908
Semoga Allah memberi berkah kepada Arwah suci
Pahlawan Putri jang amat berdjasa dan setia ini. Amin
Demikianlah bunyi kalimat pada nisan Cut Nya’ Dien, kalimat singkat tentang siapa Cut Nya’ Dien. Kalimat yang tak saya jumpai dulu, ketika saya mengunjungi makam Cut Nya’ Dien.
Memasuki makam Cut Nya’ Dien, jalan menurun yang cukup curam dan licin dulu, kini kondisinya sudah di batu, hingga kecil kemungkinannya untuk tergelincir, di pintu masuk pemakamannya, yang kini sudah berbentuk kompleks itu, ada semacam pintu gerbangnya ketika memasukinya. Di dalam komplek pemakaman ada dinding beton yang dilapisi kaca tebal berisi sejarah singkat tentang Cut Nya’ Dien serta catatan sejarah perjuangan beliau, dan diakhiri dengan tanda tangan Zaini Abdullah (Gubernur Aceh, Sumedang, 17 Agustus 2013).
Juga pada komplek pemakaman yang sama, di kubur juga KH. Sanusi yang merawat Cut Nyak Dien yang meninggal 1907, setahun sebelum meninggalnya Cut Nya’ Dien. Juga R. Sitti Hodijah, sebagai Pendamping Cut nya’ Dien yang wafat pada tahun 1967.
Ada sedikit kesalahan informasi tentang letak makam Cut Nya’ Dien. Umumnya masyarakat mengatakan Makam Cut Nya’ Dien adalah tanah milik keluarga Pangeran Sumedang. Namun sesungguhnya, tanah makam Cut Nya’ Dien adalah tanah milik R. Sitti Hodijah yang letaknya persis berbatasan dengan komplek Makam yayasan Pangeran Sumedang di Gunung Puyuh, bahkan dengan asces masuk melalui Makam yayasan Pangeran Sumedang, maka anggapan demikian tidak mudah untuk dibantah. Di tanah makam seluas 3.000 M2 itu pula R Sitti Hodijah dimakamkan.