Pesan ramadhan akan sampai, jika saja, kita mampu untuk menangkap hikmah yang ramadhan berikan. Diantara hikmah itu.
Satu, Bangun lebih pagi. Ada kiat sukses, jangan bangun kedahuluan oleh Ayam. Jika Ayam yang bangun pagi aja, hanya memperoleh remah makanan. Lalu apa yang akan diperoleh mereka yang bangun kalah duluan dengan Ayam. Ramadhan mengajarkan itu pada kita. Kita bangun sebelum Ayam bangun. Konsep sukses yang berlaku universal, seperti kata Benjamin Franklin,”Early to bed and early to rise make a man healthy, wealthy, and wise”
Bangun pagi yang dihubungkan dengan Shaur, tidak berhanti pada titik itu saja. Ibadah sholat Subuh mengiringi dibelakangnya. Kesatuan sempurna antara santapan Jasmani dan rohani. Akibat turunan dari kondisi terpenuhinya santapan Jasmani dan Rohani, akan berdampak pada kesehatan rohani dan Jasmani.
Tiga, Tahu bersyukur. Jika ingin mengerti nikmatnya makan dan minum, maka tunggulah ketika perut lapar dan dan dahaga tiba. Puasa mengajarkan itu. Ketika berbuka. Betapa nikmatnya tegukan air yang pertama melewati tenggorokan, betapa nikmatnya makanan ketika perut lapar setelah satu hari full tanpa makanan.
Kesyukuran akan nikmat itu, diharapkan agar ditransformasikan kedalam kehidupan nyata pasca Ramadhan. Betapa banyak manusia tak mengenal siang malam mencari nafkah bukan karena miskin. Melainkan karena kurang banyak. Mengapa kurang banyak? Karena tak mampu bersyukur. Tak mampu menikmati apa yang telah diperoleh.
Pengejaran pada materi yang tidak berujung, akan menimbulkan kerugian yang tak diperhitungkan sebelumnya. Berbagai penyakit datang, kehangatan hubungan dalam keluarga yang hilang, sirnanya kehangatan antara suami- isteri, orang tua-anak. Merupakan harga mahal yang harus dibayar karena hilangnya rasa syukur pada perolehan yang telah dimiliki.
Empat, Menyuburkan Empaty pada sesama. Gersangnya kehidupan tanpa empaty semua orang mengetahuinya. Namun, untuk melakukannya, perlu stimulus. Ramadhan menyediakan itu. Dengan berlapar-lapar, akan ada empaty pada mereka yang “lapar”. Target pencapaian dalam perolehan materi, akan menghindarkan terciptanya atau bertambahnya jumlah kelompok mereka yang “lapar”. Sebaliknya, upaya pencapaian target perolehan materi sebanding dengan upaya mengurangi kelompok mereka yang “lapar”. Mengangkat derajat mereka sebanding kemajuan pencapaian yang kita peroleh.
Masalahnya, maukah kita mengambil hikmah ramadhan? Lalu mentransformasikannya dalam kehidupan nyata pasca lebaran. Inilah PR kita yang sesungguhnya…. Wallahu A’laam.
sumber gambar. disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H