Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tour de Banten, Sebuah Keniscayaan

18 Mei 2016   15:26 Diperbarui: 19 Mei 2016   15:03 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut Anyer, salah satu destinasi yang dilewati Tour De Banten (dok.Pribadi)

Tour de Banten, rasanya hampir semua kita, belum pernah dengar. Memang Tour de Banten belum pernah ada. Lalu, mengapa tidak diadakan saja. Begitu yang terlintas di kepala saya.

Jika saja Tour de Banten kelak ada, tersebab oleh ide dari tulisan ini, atau sebab yang lain. Maka, beberapa keuntungan akan dapat diperoleh oleh Banten tentu banyak. Diantaranya;

Satu, Akan membuka mata dunia. Bahwa, ada sejengkal tanah di ujung barat pulau Jawa yang jaraknya sepelemparan batu dari Ibu Kota Negara, dengan potensi pariwisata yang tak kalah elok dengan provinsi lain, ada sumber daya alam yang selama ini hanya dimanfaatkan segelintir orang, ada budaya lokal yang khas yang tidak dimiliki oleh provinsi lain dan sejibun kekayaan lain yang selama ini tersembunyi.

Dua, Event Tour de Banten akan meningkatkan wisata ke Banten, baik wisata lokal dalam negeri maupun mancanegara. Karena, terbukti bahwa Sport Touris adalah sarana paling ampuh untuk meningkatkan wisatawan. Sebagai contoh, sebut  saja Tour de Singkarak di Sumatera dan Tour de Ijen di Jawa Timur.  

Jika kedua daerah diatas, terbukti telah sukses mendongkrak kunjungan wisatawan, mengapa hal yang sama tidak berlaku untuk Banten, sebagai daerah paling Barat dari Pulau Jawa.

Tiga, Memperkenalkan destinasi wisata yang dilalui Tour de Banten. Banyak destinasi wisata di Banten yang belum dikenal masyarakat. Kalaupun ada, hanya beberapa  saja, utamanya lokasi pantai. Sedangkan destinasi budaya dan pegunungan belum dikenal.  

Dengan adanya Tour de Banten, maka seluruh destinasi wisata itu akan dikenal. Akan banyak blogger, wisatawan dan insan pers yang akan meliput event ini, akan banyak tulisan turunan dari event Tour de Banten yang akan ditulis. 

Seperti destinasi budaya lokal Baduy, lokasi pantai yang jumlahnya bejibun  seperti Anyer, Carita, Tanjung Lesung, Binuangeun, Bagedur, Pasir Putih, Karang Taraje dan Sawarna. 

Demikian juga dengan destinasi pegunungan seperti Cirinten, Cigemblong, juga hutan lindung, batu bara di daerah Bayah serta sisa-sisa pertambangan emas tertua di Indonesia, Cikotok. Serta destinasi sejarah, seperti Pembuatan Jalur Kereta Api antara Sakety-Bayah yang dikenal dengan Rhomusa.

Empat,  Solusi dari Infra struktur di Banten. Jika ada keluhan yang terbilang laten di Banten, maka keluhan itu, berupa jeleknya infra struktur jalan di Banten. Terutama di daerah Banten Selatan. Daerah yang sebenarnya memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan. 

Tanpa Infra struktur yang baik saja, daerah Selatan Banten, sudah merupakan pemasok PAD terbesar untuk Banten. Apalagi jika infra struktur-nya diperhatikan. Daerah ini, kaya akan hasil tambang alam, perkebunan dan wisata.

Dengan Tour de Banten yang rencananya akan melewati daerah Selatan Banten, diharapkan Infrastruktur daerah ini, akan baik dengan sendirinya. Selama ini, pembangunan Infra struktur bersifat partial dan temporary.  

Pembangunan jalan hanya dalam hitungan minggu, lalu kembali rusak, penyebabnya apakah memang kontraktor yang mengerjakan jalan, memang bukan tenaga ahli atau banyak material dan cara pengerjaan, yang tidak sesuai spesifikasi teknis? Semuanya serba mungkin.

Kondisi Jalan di Cirinten, sempit dan kurang baik (dok.Pribadi)
Kondisi Jalan di Cirinten, sempit dan kurang baik (dok.Pribadi)
Route Tour de Banten

Hemat saya, Tour de Banten sebaiknya dibagi dalam empat etape. Yakni,

Etape Pertama. Cilegon – Tanjung Lesung.

Jarak tempuh sepanjang 112 km. Pada Etape pertama, beberapa obyek yang dilalui peserta Pabrik Baja Krakatau Steel, Pantai Anyer, Pantai  Carita, pada Pantai Carita, ada Gunung Anak Krakatau di sisi kanan jalan, agak ketengah laut. 

Pemandangan didominasi pantai  sepanjang perjalanan hingga ke Labuhan. Dari kota pinggir laut ini, ada PLTU dan beberapa hotel berbintang dengan padang golfnya. Beberapa tambak udang dan tambak ikan masih didominasi perjalanan tepi laut hingga akhirnya di Pantai Tanjung Lesung, yang merupakan  destinasi laut mempesona.

Etape kedua, Tanjung Lesung – Sawarna.

Panjang jarak tempuh antara kedua tempat sepanjang 134 km. Sepanjang perjalanan mulai Tanjung lesung, Sumur Hingga Panimbang masih di dominasi pantai lautan Hindia yang eksotik, memasuki daerah Cibaliung, Cikeusik hingga menjelang Binuangeun, pemandangan didominasi daerah pegunungan, dengan tanjakan bervariasi mulai yang curam hingga landai, jalan berbelok dengan tikungan tajam hingga melebar. Variasi hawa yang cukup bervariasi antara panas dan sejuk. 

Lalu peserta akan memasuki daerah Binuangeun dengan dominasi pantai yang eksotik, ada pelelangan ikan, tempat mancing dan pemandangan pantai yang sungguh Indah. Pantai-pantai yang dilalui seperti pantai Bagedur di daerah Malingping, Pantai Pasir Putih dan Pantai Bobos di daerah Cihara, Pantai daerah Panggarangan dan Pantai Karang Taraje serta Pantai Pulo Manuk di daerah Bayah, sebelum akhirnya peserta peserta Tour De Banten menyelesaikan etape keduanya di Pantai Sawarna yang menakjubkjan itu.

Etape ketiga, Sawarna – warung Banten Cikotok.

Pada Etape ketiga ini, jarak tempuh tidak begitu jauh, mengingat medannya yang sulit, didominasi dengan tanjakan tajam, berliku mendaki. Total jarak tempuh 123 km. Route ini menempuh perjalanan antara Sawarna, Cisarua, Bayah, Cikotok, Warung Banten, Citorek kidul dan kembali ke Cikotok.

Destinasi yang dilihat, perjalanan menanjak berkelok-kelok antara Sawarna hingga Cisarua. Perjalanan antara Cisarua dan Bayah di dominasi dengan kebun Karet dan kebun Sawit. Lalu, sesaat sebelum memasuki Bayah, pemandangan yang terhampar sangat indah. Bayah ke Cikotok kembali terjadi tanjakan yang tajam dan berliku-liku. 

Daerah Cikotok yang merupakan daerah penghasil emas tertua di Indonesia, dimana bekas tambang-tambang terdapat di daerah Warung hingga Citorek kidul. Kesanalah perjalanan Tour de Banten di teruskan, perjalanan Tour de Banten juga akan melewati hutan lindung,   hingga akhirnya kembali ke cikotok untuk mengakhir etape ketiga Tour De Banten.

Etape ke empat, Cikotok – Rangkas Bitung.

Jarak tempuh antara Cikotok Rangkas Bitung sepanjang 186 Km, melalui Malingping, Gunung Kencana, Cirinten, daerah Baduy dan berakhir di Rangkas.

Perjalanan antara Cikotok –Malingping masih didominasi  view pinggir pantai yang menghadap ke lautan Hindia, Malingping ke Gunung Kencana melalui alam perbukitan pedalaman Banten, demikian juga dengan Gunung Kencana  ke Cirinten, terasa sekali hawa sejuk khas daerah ketinggian di pedalaman Banten. Begitu terus yang dialami hingga ke Kecamatan Leuwi Damar, dimana lokasi suku Baduy berdomisili, suku yang merupakan komunitas Budaya asli Banten.

Destinasi alam pegunungan Banten tak kalah indahnya dengan kondisi pantainya, sedangkan untuk destinasi suku Baduy, maka suku ini hanya ada di Banten. Berbagai kearifan lokal yang dimiliki oleh Baduy, merupakan nilai yang harus terus dibudayakan dan dilestarikan.

Tour De Banten akhirnya berakhir di kota Rangkas Bitung. Kota yang dikenal sebagai kota warisan Dowes Dekker atau Multatuli. Kota dengan sejarah panjangnya,  yang sebagian diisi dengan pergolakan, hingga menginspirasi Dowes Dekker untuk menuliskannya.

Tak kenal siapa Multatuli? Jika jawabnya tidak kenal. Berarti kurang piknik.

Beberapa Kendala

Sebagai sebuah wacana, tentulah apa yang saya tuliskan diatas, masih banyak kelemahan yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain:

Satu, Kesiapan Panita. Sebagai peristiwa atau event yang baru pertama akan dilakukan, maka panitia dapat melakukan study ke Tour De Singkarak atau Tour De Ijen untuk mempelajari managemen dari event yang dimaksud. 

Tentu saja, tidak semua harus di copy paste. Karena, apa yang terjadi di kedua tempat, Tour De Singkarak dan Tour De Ijen, tidak mesti sama kondisinya dengan di Banten. Perlu ada modifikasi dalam hal ini.

Dua, Kondisi Infrastruktur yang belkum mendukung. Harus jujur diakui, infrastruktur yang akan dijadikan ajang Tour De Banten belum seluruhnya siap. Apalagi untuk daerah-daerah daratan, seperti Warung Banten ke Citorek kidul. Demikian juga Malingping ke Gunung Kencana, Gunung Kencana ke Cirinten serta Cirinten ke leuwi Damar.

Harus ada upaya maksimal dari Pemerintah Daerah untuk menangani jalan-jalan yang rusak itu menjadi layak untuk dijadikan arena Tour De Banten. Terutama dari konstruksi jalan dan lebar jalan yang memenuhi syarat untuk itu.

Tiga, Last But not Least. Apakah sudah ada political Will Pemerintah Daerah untuk mewujudkan even Tour De Banten sebagai ajang promosi, penambahan income pemerintah daerah dan sekaligus mengembangkan Banten agar dapat sejajar dengan Provinsi-Provinsi lain di Indonesia. Jawaban dari pertanyaan ini. Tentunya ada pada Pemerintah Daerah Banten… Semoga!!!.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun