Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Marwan atau Budiman, Nggak Penting

29 April 2016   22:44 Diperbarui: 29 April 2016   23:00 2433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makin lengkap laporan yang mereka buat, makin berhasil lah sang fasilitator. Hatta ketika pendampingan yang mereka lakukan asal-asalan saja, tetapi laporan yang dibuat lengkap. Maka, sang fasilitator berhak untuk meraih predikat “berhasil”.

Akibatnya apa? Jiwa volunteer dari sang fasilitator semakin terkikis dan hilang. Leadership mereka punah, berganti dengan mental karyawan. Sehingga, semua inovasi dan modifikasi menjadi sesuatu yang asing bagi mereka.

Bahkan yang lebih parah lagi, mereka kini berganti posisi, bukan lagi sebagai pemberdaya, melainkan menjadi tak berdaya. Indikasinya jelas. Ketika program ini berakhir pada 31 Desember 2014, sang pemberdaya sama sekali tak berdaya. Kalah jauh dengan UPK dan TPK yang selama ini mereka berdayakan.

Demikian juga dengan hilangnya daya inovasi, tertutupnya semua pintu, guna menambah serta memperkaya ilmu pengetahuan. Indikasinya, ketika saya tawarkan inovasi lain dalam mengelola PNPM yang out of the book’s, yang saya tulis menjadi sebuah buku, tidak mendapat sambutan. Dengan urutan terbalik, pada UPK dan TPK mendapat sambutan hangat, pada fasilitator kecamatan mendapat sambutan setengah hangat, dan pada fasilitator kabupaten sambutan dingin. Padahal dari mereka yang di kabupaten ini, diharapkan lahir ide-ide smart yang dapat memperlancar kerja. Kenyataannya, mereka hanya membaca tupoksi. Mereka tak memiliki jiwa volunteer, melainkan bermental karyawan.

Pertanyannya, ketika era PD kini, apa yang dapat diharapkan dari mereka yang hanya berjiwa karyawan ini? Bukankah pada era PD tak ada TUPOKSI. Yang ada, adalah menafsirkan undang-undang dan Peraturan.

Jadi, terlepas siapa mentrinya apakah Marwan Ja’far atau Budiman Sudjatmiko, tidaklah penting. Pokok masalah yang perlu mendapat perhatian kita semua, bagaimana menjaga marwah kementrian Desa, agar tidak rancu dalam berpikir dan bertindak. Caranya? Dengan meniadakan seleksi ulang bagi ex PNPM. Lalu selanjutnya, lakukan seleksi secara alamiah, dengan melakukan evaluasi kinerja secara ketat pada PD secara keseluruhan, jika pada PD ex PNPM saja, ditengarai banyak diantara mereka yang bermental “pekerja” apatah lagi pada PD baru hasil seleksi.

Semoga….!!!!   

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun