Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Perjalanan Dengan KM Kelud

8 November 2015   12:46 Diperbarui: 8 November 2015   13:41 3725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah dalam perjalanan

Siang itu, tepat jam 12 siang, KM Kelud perlahan-lahan meninggalkan Dermaga Belawan Medan menuju Jakarta. Pada lantai 3 Area tunggu penumpang, beberapa keluarga melepas kepergian anggota keluarga mereka ke Jakarta. “Beberapa tahun silam, bahkan ada keluarga yang melepas dengan melambai-lambaikan sapu tangan dan menangis” kata penumpang sebelah saya, ketika kami menyaksikan perpisahan ini. Susanya yang cukup mengharukan. Sayangnya, tak ada anggota keluarga saya yang ikut berdiri di sana untuk melepas kepergian saya.

[caption caption="Ruang makan penumpang kelas 2 KM Kelud (dok.Pribadi)"]

[/caption]Selesai acara pelepasan, saya turun ke lantai empat. Di ruangan antara ruangan tangga dan lokasi ruangan penumpang kelas ekonomi. Saya temui banyak Inang yang berada di sana. Ibu-Ibu (Inang) ini, adalah sekumpulan Ibu-Ibu yang luar biasa. Mereka membawa beragam sayuran dan makanan panganan khas Sumatera Utara untuk dibawa ke Batam dan kelak,akan mereka dijual di Batam. Kapal KM Kelud, jika sesuai Schedul, KM Kelud akan tiba di Batam pada jam 12 esok hari. Ibu-ibu itu, akan turun di Batam. Distribusi pasokan sayuran di Batam, salah satunya, berkat jasa Ibu-ibu luar biasa ini.

Jam 5 sore, waktunya makan. Kami, semua penumpang kelas ekonomi, dengan tertib, mengantri makanan di loket yang tersedia. Melelahkan memang. Tetapi, disinilah seninya sebagai penumpang kelas ekonomi. Ada kebersamaan yang semakin mengeratkan rasa persaudaraan sesama penumpang ekonomi. Sementara mereka, penumpang kelas 2, makan dengan cara dihidangkan pada ruangan yang telah disediakan di lantai 5. Menu makanan yang kami terima cukup baik, memenuhi standard 4 sehat 5 sempurna. Ada tambahan buah pada setiap acara makan.

[caption caption="Kafetaria KM Kelud di lantai 8, (dok.Pribadi)"]

[/caption]Selesai acara makan. Saya duduk di deck pada lantai 7. Disini, segala macam manusia ada. Dari mereka yang ABG hingga yang pensiunan. Dari yang berpakaian semaunya hingga mereka yang bersarung. Dari yang hanya ngobrol-ngobrol menghabiskan waktu hingga mereka yang asyik dengan gadgetnya (ingat, sinyal di KM Kelud kuat terus, karena pemancar sinyalnya ada di KM Kelud sendiri).

Ketika adzan Maghrib di Kumandangkan, beberapa penumpang, segera bergerak menuju Musholla yang berada di Buritan. Di Musholla Al-Azhar yang luas dan mewah itu, sholat Maghrib dan Isya secara berjamaah dilakukan.

Selesai acara sholat Maghrib dan Isya berjamaah dilakukan, beberapa penumpang kembali di deck kapal lantai tujuh itu, menghabiskan malam dengan duduk-duduk santai. Sementara nun jauh di daratan sana, beberapa cahaya masih dapat terlihat jelas. Untuk mereka yang memiliki cukup waktu atau mereka para pensiunan. Maka, perjalanan dengan KM Kelud merupakan perjalanan pesiar yang cukup menyenangkan.

[caption caption="Tanjung Balai Karimun dari kejauhan (dok.Pribadi)"]

[/caption]Jika saja semuanya lancar. Maka, esok hari, sekitar jam 9 pagi, KM Kelud akan sampai di Tanjung Balai Karimun. Di Tanjung Balai Karimun, akan ada penumpang yang naik, sekaligus ada beberapa penumpang yang turun.

Esoknya, jam lima pagi, kembali sholat subuh berjamaah dilakukan di Musholla Al-Azhar. Selesai sholat subuh, beberapa penumpang berdiri di deck lantai 6, 7 dan lantai 8. Acara kali ini, menyaksikan sun rise, laut dihadapan kami pagi itu, begitu tenang. Sehingga, view yang tersaji pada sun rise pagi itu luar biasa indah. Sementara penumpang lain, ada yang jogging pada areal Jogging di lantai delapan. Kegiatan pagi itu, berakhir dengan sarapan pagi yang disediakan oleh KM Kelud.

Jam baru menunjukkan pukul Sembilan, ketika KM Kelud mulai merapat ke Tanjung Balai Karimun. Kapal tidak bisa sandar. Saya sendiri, tidak tahu alasan sebenarnya. Apakah disebabkan air laut yang sedang dalam keadaan tidak pasang atau di Tanjung Balai Karimun belum memiliki Dermaga untuk merapatnya kapal sebesar KM Kelud. Tetapi yang pasti, naik-turun penumpang dengan menggunakan sampan atau perahu kecil itu, mengingatkan saya pada kapal pengungsi Vietnam. Hari gini, bangsa Indonesia masih menggunakan perahu, untuk naik-turun penumpang? Apa kata dunia?

[caption caption="Naik-Turun Penumpang di Tanjung Balai Karimun (dok.Pribadi)"]

[/caption]Tepat jam 12 Siang, kapal KM Kelud merapat di Dermaga Batam. Beberapa waktu sebelum merapat. KM Kelud melintas area yang sangat dekat dengan Singapura. Bangunan yang berada di Singapura, sangat jelas terlihat. Ponsel yang saya pakai, bahkan secara otomatis sudah berganti dengan Sin-Tel. Artinya, jika saja saya menelpon saat itu, maka akan dikenakan roaming atau sama saja dengan tarif yang berlaku ketika saya menelpon dari Singapura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun