Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Terobosan Melahirkan Budaya Menulis

5 November 2015   22:00 Diperbarui: 5 November 2015   22:44 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Beberapa Buku Dari Penulis (dok.Pribadi)"][/caption]Sudah banyak pemikiran tentang bagaimana caranya, agar lahir generasi yang “menulis minded”. Banyak tulisan tentang itu. Tema bahasan juga beragam. Dari manfaat menulis, cara menulis, dan efek luas yang dapat diperoleh oleh penulis sendiri, oleh pembaca pada umumnya. Hingga pada kesimpulan bahwa menulis dapat mempengaruhi budaya dan memajukan peradaban suatu bangsa.

Sebut saja misalnya, mereka yang mempengaruhi budaya dan kemajuan peradaban seperti, Leo Tolstoy, Shakespeare, John Steinbeck, Kalr Mark, Al Ghazali dan lain-lain. Sedangkan untuk penulis dalam negri, sebut saja misalnya, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Kartini, Muhammad Yamin, Muhammad Diponegoro, Pramoedya Ananta Toer dan masih banyak yang lain.

Usaha-usaha perseorangan dengan melahirkan karya tulis, khususnya berupa buku, juga bukan sedikit sudah dilakukan. Pada komunitas penulis di blog keroyokan Kompasiana, hal serupa sudah juga dilakukan. Sebut saja misalnya Thamrin Dahlan, Tjiptadinata Efendi, Ibu Rosellina, Thamrin Sonata, Maria Margaretha, Yusran Darmawan, Gaganawati dan masih banyak yang lain.

Disamping dalam bentuk buku tunggal, usaha me-literasi tulisan dalam bentuk buku keroyokan, juga tak kalah serunya dilakukan. Beberapa buku keroyokan telah lahir dari penulis Kompasiana. Sebut saja misalnya Merajut Indonesia, Refleksi 70 Tahun Indonesia Merdeka, Indonesia kita, Satu. Dan masih banyak lain.

Tetapi pertanyaannya sekarang, apakah semua itu cukup?. Sudahkah kita melahirkan generasi “menulis minded” untuk generasi setelah kita. Pertanyaan yang sulit untuk dijawab dengan sudah cukup dan belum cukup, sudah dilakukan atau belum dilakukan. Boro-boro untuk melihat hasilnya dalam waktu singkat, untuk melahirkan seorang anak yang berguna bagi orang banyak saja, kadang kita membutuhkan seluruh sisa usia, untuk melihat hasilnya.

Oleh karenanya, menurut hemat saya. Jangan tanya bagaimana hasilnya. Tetapi, bagaimana kita merekayasa usaha kita, agar lahir generasi “menulis minded” itu. Hasilnya, mungkin saja, dapat dilihat dalam waktu dekat, atau bisa juga, ketika kita sudah tiada kelak.

Dalam rekayasa melahirkan “menulis minded”, saya hanya membatasi diri, pada dunia Kampus. Pertimbangannya sederhana. Di Kampus, suasana yang terbentuk memungkinkan untuk lahirnya “menulis minded”. Di Kampus ada Dosen yang minimal sudah S2, di kampus ada Mahasiswa yang nota bene calon-calon intelektual. Las but least, di Kampus juga, banyak kompasianer yang rajin menulis. Sebut saja misalnya Thamrin Dahlan, Mohammad Armand, Moch Khoiri dan banyak yang lainnya.

Ibaratnya dalam sebuah industry, maka di Kampus sudah tersedia raw material –bahan material dasar- dengan kualitas baik. Maka, jika dilakukan usaha rekayasa yang baik dan pas, sebagai usaha dalam proses pengolahan. Tidaklah sulit dihasilkan produk dengan hasil yang memuaskan. Kini, masalahnya, bagaimana membuat rekayasa proses pengolahan itu, hingga diperoleh produk sesuai kualitas yang kita inginkan. Untuk membahas masalah itulah, maka tulisan ini saya buat.

Tugas Dosen

Sudah saatnya, para Dosen merubah cara penyampaian materi perkuliahan yang selama ini mereka lakukan. Jika selama ini, Dosen membuat buku untuk materi perkuliahannya, atau membuat paper untuk materi perkuliahan. Maka, kedua kegiatan tulis menulis itu, idealnya segera ditinggalkan. Sebagai gantinya. Dosen menuliskan materi perkuliahan dalam bentuk tulisan lepas. (seakan-akan demikian, padahal sesungguhnya tidak, karena dapat dibuat berseri hingga menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Tetapi, setiap tulisan, selesai dalam satu ide tulisan yang utuh). Lalu tulisan lepas yang dibuat oleh Dosen di upload di Kompasiana atau di blog pribadinya.

Beberapa keuntungan dengan cara mengupload tulisan berupa materi perkuliahan pada Kompasiana atau blog pribadi, dapat berupa, Dosen mampu mentransformasi bahasa ilmiah yang cenderung kaku menjadi bahasa yang mudah dimengerti. Mentransformasikan tulisan ilmiah menjadi tulisan berbentuk feature, mempertanggung jawabkan apa yang dia tulis bukan hanya pada Mahasiswa, melainkan pada khalayak ramai pembacanya. Dari kegiatan ini, hasil yang paling diharapkan. Jika kelak, kumpulan tulisan itu, diedit ulang, maka lahirlah buku ilmiah yang renyah untuk dikunyah bukan hanya untuk konsumsi Mahasiswa, melainkan untuk konsumsi awam sekalipun. Tanpa disadari, kegiatan yang dilakukan Dosen, akan melahirkan penulis-penulis baru dengan jumlah luar biasa banyak. Dari pengalaman saya, beberapa rekan Dosen, banyak yang belum pernah menulis buku, meski menurut mereka, mereka memiliki pengetahuan tentang itu. Tetapi, apa arti pengetahuan itu, jika tidak membuahkan hasil. Dalam hal ini, buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun