Mohon tunggu...
Iswatun Hasanah
Iswatun Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

If you want to be the best, you have to work more than the rest

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Awal Mula Kehidupan Nyata

17 Desember 2022   01:29 Diperbarui: 17 Desember 2022   01:37 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usia 20 tahun menjadi masa krisis untuk sebagian remaja. Kenapa? Karena menurut Rentang Perkembangan Manusia usia 18-21 tahun dikategorikan sebagai masa Remaja Akhir. Setelah melewati usia tersebut akan masuk ke masa Dewasa Awal.

Saat berada dituasi tersebut kita akan mengalami masa transisi. Pasti banyak bentuk kekhawatiran yang mulai ada dipikiran kita, entah ketakutan/kecemasan akan masa depan seperti karir, pekerjaan, tagihan, pendidikan. "setelah lulus SMA aku kuliah atau kerja ya?"

"Setelah lulus kuliah aku kerja dimana ya?" "Bisa nggak ya aku buat orang tuaku bangga?" "Kok IPK ku kecil sih dibanding dia?" "Bisa nggak ya aku menghasilkan uang nanti?" "apakah saya melakukan apa yang Tuhan inginkan?" "Apakah rekan-rekan saya di depan saya?"

"kok aku masih jadi beban keluarga ya?" dan lain sebagainya. Keaadaan itu wajar terjadi karena kita keluar dari 'ZONA NYAMAN'. Menurut Robbins & William, (2001) Quarter Life Crisis (QLC) adalah Respon ketidakstabilan yang memuncak, perubahan yang konstan, terlalu banyak pilihan, serta perasaan panik dan tidak berdaya (sense of helplessness) yang biasa muncul pada individu di rentang usia 18-29 tahun. Pada Masa transisi ini kita mulai mengemban fase tanggung jawab (freewill) QLC ini menyebabkan perubahan dari rasa nyaman ke rasa tidak nyaman.

QLC adalah Kondisi khawatiran yang dialami oleh individu yang mulai meninggalkan kehidupan di masa remaja menuju kehidupan real-life di masa dewasa. Menurut Robbins & Wilner, (2001) Quarter Life Crisis adalah Suatu respons terhadap ketidakstabilan yang memuncak, perubahan yang konstan, terlalu banyak pilihan-pilihan, serta perasaan panik dan tidak berdaya (sense of helplessness) yang biasanya muncul pada individu dalam rentang usia 18 hingga 29 tahun.

Ciri-ciri QLC:

  • Krisis emosi Perasaan tak berdaya, membingungkan, ragu dengan kemampuan sendiri, takut kegagalan, kurang motivasi, hingga iri (Black, 2010).
  • Kecemasan tinggi Serangan panik dan meragukan kemampuan diri sendiri (Macrae, 2011).
  • Stres dan depresi Kebingungan memunculkan stress dalam diri, hingga depresi.
  • Tahap usia Lebih banyak terjadi oleh lulusan sarjana atau sarjana yang tengah menyelesaikan pendidikannya.
  • Jenis kelamin Lebih banyak dialami oleh wanita daripada laki-laki (Agustin, 2012).
  • Tugas perkembangan Kebingungan memilih pasangan hidup.

Penyebab QLC:

  • Faktor Internal (identity exploration, ketidakstabilan, bring self-focus, feeling in between, the age is possibilities)
  • Faktor eksternal (teman, percintaan dan relasi dengan keluargake, hidupan pekerjaan dan karir, dan tantangan akademik)

Tahapan saat mengalami QLC menurut Robinson (2015):

  • Locked in

Merasa bingung dan ragu pada peran dan komitmen yang ada dalam kehidupan. Kita cenderung memenuhi harapan orang lain dan menekan perasaan pribadi/cendrung tidak asertif (tidak mampu menyampaikan apa yang diinginkan dirasakan atau dipikirkan kepada orang lain tanpa bermaksud menyerang orang lain).

  • Separation

Berusaha keluar atau dipaksa keluar dari komitmen yang telah dibuat. Cenderung merasa sedih, kehilangan dan cemas pada ketidakpastian, merasa sepi.

  • Explorasi

Mengeksplorasi diri dengan bereksperimen pada berbagai kemungkinan, namun masih merasa emosi yang tidak stabil.

  • Rebuilding

Mampu berkomitmen pada peran baru dalam hidup, tidak perlu dipaksa orang lain, semua berjalan sesuai dengan keinginan sendiri, peran baru yang lebih stabil.

Strategi menghadapi QLC:

  • Menyadari Menyadari bahwa saat ini sedang mengalami QLC.
  • Menerima Menerima dan mewajarkan kondisi tersebut.
  • Menghargai diri Berhenti membandingkan diri dengan orang lain dan menghargai keunikan diri sendiri.
  • Take action!! Terima perasaan ragu kemudian mengubahnya menjadi Tindakan.
  • Temukan Support System' Temukan orang-orang yang bisa mendukung impianmu.
  • Mencintai diri sendiri (Self Love) Kembali Kediri sendiri dan mencintai diri sendiri. Lakukan hal-hal yang disukai atau hal-hal yang dapat membangkitkan mood dan semangat
  • Batasan diri Buatlah batasan-batasan diri yang baik, termasuk batasan penggunaan sosial media dan dalam pertemanan.
  • Konseling professional Berkunjung ke profesional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun