Paradigma Integrasi dalam Ilmu Geologi
Paradigma integrasi dalam ilmu geologi dengan pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani menggambarkan berbagai metode untuk memahami dan menganalisis fenomena alam, termasuk yang terkait dengan geologi, melalui tiga dimensi utama pemikiran. Pendekatan ini mencerminkan beragam perspektif dalam menjelaskan dan memberikan makna pada ilmu, dengan melibatkan elemen rasional, empiris, dan spiritual.
Apa sih ilmu geologi itu ? Ilmu geologi merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari bumi, termasuk komposisi, struktur, sifat fisik, serta proses-proses yang terjadi di dalamnya. Secara umum, geologi bertujuan untuk memahami asal-usul bumi, perkembangan sejarahnya, serta perubahan-perubahan yang terjadi pada permukaan dan lapisan-lapisan bumi sepanjang waktu.
Jadi, dengan menggabungkan ketiga pendekatan ini, ilmu geologi tidak hanya berfokus pada pemahaman teknis dan ilmiah, tetapi juga memberikan wawasan yang lebih mendalam dan bermakna tentang alam, yang meliputi aspek moral, spiritual, dan keberlanjutan.
Bayani :
Surat An Nahl ayat 15
وَأَلْقَىٰ فِى ٱلْأَرْضِ رَوَٰسِىَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَٰرًا وَسُبُلًا لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi agar bumi itu tidak bergoncang bersama kamu, serta menciptakan sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.”
Tafsir Klasik Surat An-Nahl Ayat 15
رَوَٰسِىَ (Gunung-gunung)
Ibnu Kathir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kata رَوَٰسِىَ berasal dari kata “rasiya”, yang bermakna kokoh atau stabil. رَوَٰسِىَ merujuk pada gunung-gunung yang sangat besar dan kuat. Dalam penafsiran klasik, gunung-gunung ini berfungsi sebagai penstabil bagi bumi agar tidak bergoyang atau terguncang berlebihan.
أَن تَمِيدَ بِكُمْ (Agar bumi itu tidak bergoncang bersama kamu)
Al-Tabari menyatakan bahwa kata تَمِيدَ berarti “bergoyang” atau “terguncang”. Ayat ini menunjukkan bahwa gunung-gunung yang kokoh berfungsi untuk mencegah guncangan atau pergerakan yang dapat merusak kehidupan manusia, sehingga mengarah pada pemahaman bahwa gunung berperan dalam menahan gempa bumi atau pergeseran besar yang bisa merugikan umat manusia.
Tafsir Modern Surat An-Nahl Ayat 15
Penafsiran yang diberikan oleh Quraish Shihab terhadap ayat ini menggambarkan kebijaksanaan Allah dalam menciptakan alam semesta dengan cara yang sangat mendalam dan penuh makna. Berikut adalah penjelasan beliau mengenai tiga elemen penting dalam ayat tersebut:
- Gunung sebagai Penstabil Bumi: Quraish Shihab mengaitkan fungsi gunung-gunung sebagai penstabil bumi dengan temuan ilmiah dalam bidang geologi. Beliau menjelaskan bahwa gunung-gunung memiliki peran penting dalam mengurangi dampak gempa bumi serta menjaga stabilitas lempeng tektonik, sehingga mencegah pergerakan tanah yang dapat merusak kehidupan di bumi.
Burhani :
Dalam konteks pandangan integrasi pada ilmu geologi, salah satu contoh prosesnya adalah pembentukan gunung berapi, yang terjadi melalui aktivitas geologi yang melibatkan pergerakan lempeng tektonik serta pergerakan magma dari dalam bumi. Secara umum, proses pembentukan gunung berapi dapat dijelaskan dengan langkah-langkah berikut :
Pergerakan Lempeng Tektonik: Gunung berapi umumnya terbentuk di wilayah yang mengalami pergerakan lempeng tektonik, baik pada zona konvergen (lempeng saling bertumbukan), divergen (lempeng saling menjauh), maupun batas lempeng transform (lempeng yang saling geser). Ketegangan yang timbul akibat pergerakan lempeng ini dapat memicu aktivitas vulkanik.
Pembentukan Magma: Ketika lempeng-lempeng tektonik bergerak, hal ini dapat menyebabkan terjadinya retakan atau celah pada kerak bumi, yang memungkinkan magma dari mantel bumi yang panas untuk naik ke permukaan. Proses ini umumnya terjadi pada zona subduksi (di mana satu lempeng menyusup ke bawah lempeng lain) atau di punggung laut, di mana lempeng-lempeng saling menjauh.
Letusan Vulkanik: Magma yang naik ke permukaan bumi dapat meletus melalui kawah gunung berapi, membawa lava, gas, dan material vulkanik lainnya. Letusan tersebut akan membentuk gunung berapi secara bertahap, dengan lava yang mengeras membentuk lapisan-lapisan baru di sekitar saluran letusan, sehingga semakin membentuk struktur gunung.
Pembangunan Gunung Berapi: Setiap kali terjadi letusan, lava yang mengeras akan membentuk lapisan-lapisan baru yang menumpuk, memperbesar gunung berapi. Seiring berjalannya waktu, gunung berapi bisa berkembang menjadi struktur yang besar, seperti gunung berapi kerucut (contohnya Gunung Fuji di Jepang) atau kubah vulkanik (seperti Gunung St. Helens di Amerika Serikat).
Jadi, proses terbentuknya gunung berapi merupakan akibat dari interaksi dinamis antara pergerakan lempeng tektonik dan aktivitas magma yang bergerak ke permukaan bumi. Meskipun letusan gunung berapi sering diiringi oleh peristiwa alam lain seperti gempa bumi, tujuan utama pembentukan gunung berapi adalah untuk menyeimbangkan tekanan dan material yang ada di dalam bumi (seperti dalam Surat An-Nahl ayat 15 pada kata رَوَٰسِىَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ). Selain itu, gunung berapi memainkan peran penting dalam siklus geologi, salah satunya dengan menghasilkan tanah yang subur di sekitar wilayah letusan.
Irfani :
Aspek irfani dalam proses pembentukan gunung berapi merujuk pada pendekatan yang lebih mendalam secara spiritual dan filosofis untuk memahami fenomena alam tersebut. Pendekatan ini tidak hanya melihat gunung berapi sebagai peristiwa geologis semata, tetapi juga sebagai wujud hubungan manusia dengan alam semesta, serta cerminan dari kekuasaan Tuhan yang Maha Agung.
Gunung berapi sebagai kebesaran tanda kebesaran Tuhan
Dari sudut pandang irfani, gunung berapi dipandang sebagai simbol kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam semesta. Meskipun letusan dan aktivitas gunung berapi sering kali menimbulkan ketakutan dan kerusakan, peristiwa ini dianggap sebagai bagian dari proses alami yang memiliki makna lebih dalam, mencerminkan keadilan dan kekuasaan Tuhan dalam menjaga keseimbangan alam. Gunung berapi dipahami sebagai bagian dari siklus hidup alam semesta yang lebih luas, yang melibatkan kelahiran, kehidupan, dan kehancuran.
Refleksi atas ketraturan alam
Pendekatan irfani juga mengajarkan bahwa meskipun proses pembentukan gunung berapi tampak kacau dan merusak, terdapat keteraturan yang lebih dalam yang mendasari peristiwa tersebut. Setiap peristiwa alam, termasuk letusan gunung berapi, terjadi dalam suatu rangkaian sebab-akibat yang selaras dengan hukum-hukum alam yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Pemahaman yang mendalam terhadap proses geologi ini mengajak manusia untuk lebih menghargai keteraturan ciptaan Tuhan yang meskipun tidak selalu tampak jelas, tetap ada di balik setiap fenomena alam.
Gunung berapi sebagai cermin kehidupan manusia
Dalam perspektif irfani, proses pembentukan gunung berapi juga dapat dipahami sebagai simbol dari dinamika internal dalam kehidupan manusia. Seperti magma yang tertahan di dalam bumi hingga akhirnya meletus dengan kekuatan besar, manusia juga memiliki potensi perasaan, pikiran, dan emosi yang kadang terkumpul dan terpendam. Ketika tekanan batin itu terlalu besar, bisa muncul ledakan atau perubahan besar dalam kehidupan, yang seringkali diikuti oleh proses pemurnian atau transformasi diri.
Peringatan dan pelajaran dari alam
Proses letusan gunung berapi, dalam konteks irfani, dapat dilihat sebagai peringatan atau pelajaran bagi umat manusia. Letusan gunung berapi mengingatkan manusia akan ketidakpastian hidup dan pentingnya persiapan serta kerendahan hati dalam menghadapi kekuatan alam. Manusia diharapkan tidak merasa superior terhadap alam, melainkan harus menjaga keseimbangan dan menghargai ciptaan Tuhan yang jauh lebih besar dari dirinya.
Simbol pembaruan dan keberlanjutan
Di sisi lain, letusan gunung berapi sering membawa dampak positif, seperti pembentukan tanah subur dan ekosistem baru. Dalam perspektif irfani, hal ini bisa dipandang sebagai simbol dari pembaruan dan keberlanjutan. Kehidupan baru yang muncul setelah bencana alam mengajarkan bahwa meskipun ada kehancuran, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki dan memperbaharui kehidupan, memberikan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H