Tentu saja kita berharap TPID bisa menjadi ujung tombak pengendalian inflasi di daerah, bukan hanya sebagai simbol pelengkap saja. TPID sudah harus melakukan langkah-langkah konkret, karena kenaikan sejumlah harga bahan pokok dipasaran, terutama daging dan telur terus meningkat. Sebagian komoditi bahan pokok ada yang mengalami kenaikan sebesar 5 % dan menyumbang inflasi yang cukup besar, seperti daging ayam ras, bawang merah, bawang putih, telur ayam, dan beras. Penyumbang inflasi terbesar tidak hanya dari bahan makanan tapi juga dari sektor pengeluaran rumah tangga ikut terpengaruh, seperti pengeluaran biaya sekolah, tarik kontrak rumah dan tarif tenaga listrik.
Bank Indonesia sebagai bagian dari Pokjanas TPID, tentu sudah merumuskan beberapa piranti moneter dalam mengendalikan laju inflasi. Sesuai UU, Bank Indonesia mempunyai kewenangan melakukan kebijakan moneter, tidak lagi sebagai multiple objective tetapi single objective. Tugas Bank Indonesia sebagai single objective adalah menjaga kestabilan nilai rupiah. Stabilnya nilai rupiah tentu akan berdampak positif terhadap perekonomian kita, hal ini dapat diukur dari tingkat inflasi dan nilai tukar yang terjadi. Secara umum, naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok turut mempengaruhi tingkat inflasi. Salah satu faktor yang memicu tekanan inflasi adalah naiknya sisi penerimaan dan penawaran. Dan Bank Indonesia hanya dapat mempengaruhi tekanan inflasi dari sissi penerimaan saja, sedangkan sisi penawaran diluar kendali dari Bank Indonesia.
Oleh karena itu, komitmen dari seluruh pelaku ekonomi sangat diperlukan, baik pemerintah maupun swasta. Bank Indonesia dan Pemerintah (TPI dan Pokjanas TPID), sepakat melakukan beberapa hal dalam mengelola ekspektasi inflasi menjelang Idul Fitri, yakni dengan melalui 4K (ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi) serta meminimalkan tekanan pangan yang mulai meningkat. (sumber disini).
Operasi Pasar bisa menekan inflasi | www.pendidikanekonomi.com
Kebijakan Pemerintah
Di atas, sudah saya jelaskan beberapa hal yang memicu lonjakan inflasi. Selain tingginya permintaan meningkatnya inflasi juga didorong oleh penyesuaian harga ditingkat produsen akibat kenaikan TDL. Secara teknis ada beberapa langkah yang dapat diambil pemerintah untuk meredam gejolak harga akibat lonjakan inflasi, yang pertama, menjaga distribusi barang, ketersediaan barang dan melakukan kontrol harga. Kita akui bahwa akan ada gerakan-gerakan negatif seperti penimbunan barang yang dilakukan oleh oknum-oknum ditingkat agen/distributor, hal-hal rawan seperti ini yang harus diantisipasi dan diminimalisir.
Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2014 Pasal 93 dan 95 tentang perdagangan, mengamanahkan kepada pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan pengendalian ketersediaan barang, stabilisasi harga serta distribusi barang kebutuhan pokok dengan mengoptimalkan peran Bulog. Kedua, bagaimana pemerintah dapat menjaga efek dari kenaikan tarif dasar listrik. Kenaikan TDL dua kali dalam tahun ini, diawal Mei dan Juli tentu berimplikasi pada sektor industri. Kenaikan biaya produksi tentu membawa efek terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok. Ketiga, kebijakan moneter, kebijakan Bank sentral mempunyai peranan yang sangat penting. Bank Indonesia sudah memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50% agar inflasi dapat diarahkan ke 4,5 ± 1 % pada 2014, namun Bank Indonesia tetap mencermati berbagai resiko inflasi, seperti meningkatnya harga pangan akibat cuaca ekstrem.
Masyarakat sangat berharap kenaikan harga kebutuhan pokok bulan Juli dapat ditekan, karena bersamaan dengan tahun ajaran baru sekolah yang tentunya harus mengeluarkan anggaran extra. Pemerintah harus menyadari bahwa kenaikan harga bahan pokok tentu akan berpengaruh terhadap kesejahteraan konsumen dan produsen. Implikasi kenaikan bukan hanya berpengaruh kepada masyarakat menengah ke bawah tetapi juga menengah ke atas. Pemberiaan subsidi biaya distribusi untuk beberapa komoditi menjadi salah satu langkah positif yang telah dilakukan pemerintah selain operasi pasar. Kita punya harapan besar dalam pemilihan presiden kali ini, agar ketika mereka yang terpilih nanti bisa lebih mementingkan keberpihakan kepada rakyat. Semoga kita bisa memasuki Idul Fitri dengan hati yang bersih kembali ke fitrah manusia, tanpa harus mengeluh dengan kenaikan harga yang ada. Amiin [@iswanto_1980]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H