Rembulan masih cantik-cantiknya dan bintang masih gemerlap saat saya meluncur dari jantung kota Jogja menuju ke batas timur kota, lebih tepatnya ke area candi Prambanan.
Waktu masih menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Biasanya saat seperti itu, saya masih asyik menarik selimut dan berpetualang di alam mimpi. Tapi khusus untuk hari itu, saya rela menyunat jam tidur saya untuk menuliskan pengalaman dan petualangan baru. Tapi tenang saja, saya bukanlah orang iseng atau kriminal yang berniat hendak membobol bank pada dini hari.
Kurang lebih 30 menit perjalanan hingga kami mencapai lokasi parkir Candi Prambanan. Di area parkir tersebut, semua panitia, media, maupun peserta lomba harus melanjutkan perjalanan ke titik start dengan berjalan kaki kurang lebih 300 meter. Lumayan juga sih, buat pemanasan sebelum lomba.
Yang istimewa dari acara ini adalah titik start maupun finish para peserta terletak di area candi Prambanan. Rute yang ditempuh para pelari nantinya juga melewati area candi di daerah Prambanan, sehingga selain berlomba, para peserta juga diberi kesempatan menikmati alam pedesaan serta melewati peninggalan sejarah berupa Candi Prambanan, Candi Plaosan, dan Monumen Taruna. Kombinasi kegiatan olahraga dan wisata sejarah barangkali baru pertama kali ini dilakukan di kota Jogja.
Ada 4 kategori yang dilombakan dalam acara Mandiri Jogja Marathon 2018 kali ini, yaitu kategori:
-Full Marathon (42 km),
-Half Marathon (21 km),
-Kategori 10 km, dan
-Kategori 5 km.
Pada pukul 04.45 WIB Menteri BUMN, Ibu Rini Sumarno, melepas rombongan pelari Full Marathon yang akan menempuh jarak 42 km. Disusul selanjutnya untuk kategori Half Marathon (21 km), kategori 10 km, dan terakhir kategori 5 km.
Bukan hanya pelari profesional yang mengikuti MJM 2018 ini, melainkan juga warga masyarakat penggemar olah raga lari dari semua kalangan, baik yang tergabung ke dalam komunitas lari maupun individu. Bahkan ada peserta anak bernama Lovina dari Cianjur, Jawa Barat yang berani menjajal mendaftar kategori 5 km bersama ibunya.
Lomba marathon ini ternyata juga menjadi ajang yang positif untuk mengenalkan olahraga lari sedari dini kepada anggota keluarga, khususnya anak.
Sam datang bersama rombongan keluarganya sekaligus menikmati liburan di Jogja. Saya menemui Sam beberapa meter di depan garis finish. Dia sedang bertepuk tangan dan menyemangati peserta lain yang kelelahan menuju garis finish.
Saya kurang yakin apakah peserta yang dia semangati itu sahabatnya atau bukan. Tapi mungkin seperti itulah bentuk solidaritasnya terhadap sesama peserta lomba. Entah dengan cara apa, tapi rasa antusias dan semangatnya begitu terasa menyengat saya yang kebetulan berada di dekatnya.
Saya cukup kaget saat Sam ternyata sanggup menyelesaikan rute 21 km dengan relatif lancar. Sam berbagi resep cara dia menjaga stamina di usia yang tidak lagi muda. Setiap hari, Sam terbiasa berlari 8 sampai 10 km. Jika libur panjang, Sam kadang menambah jarak larinya. Pantas saja napasnya begitu kuat, tidak kalah dengan anak muda, begitu pikir saya. Â Â Â Â Â Â
Hidup ternyata bukanlah melulu soal adu cepat dan menjadi raja dalam setiap kompetisi. Lebih dari itu semua, hidup menjadi lebih berwarna jika kita mau berbagi dan menolong sesama. Dari tiga sahabat tersebut, saya semakin percaya bahwa persahabatan sejati itu nyata adanya. Sahabat sejati itu ada dalam segala suasana, baik suka maupun duka. Ini nyata lho, bukan fiksi.
Dalam event MJM 2018 kemarin, pelari dari Kenya mendominasi perolehan juara di nomor Full Marathon-42 km. Geoffrey Birgen membubuhkan catatan waktu tercepat yaitu 2:21:55 untuk kategori putra. Sedangkan untuk posisi runner up dan ketiga ditempati oleh Josphat Kiptanui Cheboi Too dan Elisha Kiprotich Sawe dengan perolehan waktu 2:24:30 dan 2:30:38. Keduanya juga berasal dari Kenya.
Adapun juara pertama untuk kategori 42 km putri diraih oleh Peninah Jepkoech Kigen Sain Alim asal Kenya dengan catatan waktu 2:53:35. Sedangkan posisi kedua diraih oleh Margaret Wangui Njuguna dari Kenya dengan waktu 2:53:43 dan posisi ketiga diraih Bundotich Pamela Chepkoech dari Malaysia dengan 2:54:21.
Penat dan letih sangat terlihat di paras wajah para peserta Mandiri Jogja Marathon 2018 seusai acara. Tetapi rasa puas juga terpancar dari wajah mereka saat menuntaskan rute perlombaan. Mandiri Jogja Marathon 2018 bukan hanya sekadar lomba lari semata, melainkan juga upaya untuk memupuk semangat hidup sehat, menularkan solidaritas kepada sesama, dan merawat persahabatan. Â Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H