Mohon tunggu...
Iswan Heri
Iswan Heri Mohon Tunggu... Administrasi - Dreamer, writer, and an uncle

Traveller, Writer, Dreamer.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Tak Sekadar Mengejar "Finish"

22 April 2018   00:11 Diperbarui: 26 April 2018   08:00 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rombongan K-Jog sampai di lokasi Candi Prambanan (dokpri).

Rembulan masih cantik-cantiknya dan bintang masih gemerlap saat saya meluncur dari jantung kota Jogja menuju ke batas timur kota, lebih tepatnya ke area candi Prambanan.

Waktu masih menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Biasanya saat seperti itu, saya masih asyik menarik selimut dan berpetualang di alam mimpi. Tapi khusus untuk hari itu, saya rela menyunat jam tidur saya untuk menuliskan pengalaman dan petualangan baru. Tapi tenang saja, saya bukanlah orang iseng atau kriminal yang berniat hendak membobol bank pada dini hari.

Kurang lebih 30 menit perjalanan hingga kami mencapai lokasi parkir Candi Prambanan. Di area parkir tersebut, semua panitia, media, maupun peserta lomba harus melanjutkan perjalanan ke titik start dengan berjalan kaki kurang lebih 300 meter. Lumayan juga sih, buat pemanasan sebelum lomba.

Peserta Mandiri Jogja Marathon 2018 melakukan pemanasan (dokpri).
Peserta Mandiri Jogja Marathon 2018 melakukan pemanasan (dokpri).
Hari itu (15/4/2018), saya mendapatkan kesempatan untuk menghadiri acara Mandiri Jogja Marathon (MJM) 2018  yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi DI Yogyayakarta dan Bank Mandiri. Saya tidak datang sendiri tentunya. Bersama-sama 19 kawan Kompasianer Jogja (K-Jog), saya akan merekam cerita saat acara berlangsung.

Yang istimewa dari acara ini adalah titik start maupun finish para peserta terletak di area candi Prambanan. Rute yang ditempuh para pelari nantinya juga melewati area candi di daerah Prambanan, sehingga selain berlomba, para peserta juga diberi kesempatan menikmati alam pedesaan serta melewati peninggalan sejarah berupa Candi Prambanan, Candi Plaosan, dan Monumen Taruna. Kombinasi kegiatan olahraga dan wisata sejarah barangkali baru pertama kali ini dilakukan di kota Jogja.

Ada 4 kategori yang dilombakan dalam acara Mandiri Jogja Marathon 2018 kali ini, yaitu kategori:

-Full Marathon (42 km),

-Half Marathon (21 km),

-Kategori 10 km, dan

-Kategori 5 km.

Peserta Mandiri Jogja Marathon 2018 (dokpri).
Peserta Mandiri Jogja Marathon 2018 (dokpri).
Keistimewaan lain dari MJM 2018 adalah jumlah peserta yang berjumlah sekitar 8.000 orang yang berasal dari seluruh Indonesia. Bahkan ada peserta yang berasal dari luar negeri juga, diantaranya dari Malaysia, Kenya, dan Jepang. Sedangkan peserta dalam negeri didominasi dari daerah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Depok.

Pada pukul 04.45 WIB Menteri BUMN, Ibu Rini Sumarno, melepas rombongan pelari Full Marathon yang akan menempuh jarak 42 km. Disusul selanjutnya untuk kategori Half Marathon (21 km), kategori 10 km, dan terakhir kategori 5 km.

Bukan hanya pelari profesional yang mengikuti MJM 2018 ini, melainkan juga warga masyarakat penggemar olah raga lari dari semua kalangan, baik yang tergabung ke dalam komunitas lari maupun individu. Bahkan ada peserta anak bernama Lovina dari Cianjur, Jawa Barat yang berani menjajal mendaftar kategori 5 km bersama ibunya.

Lomba marathon ini ternyata juga menjadi ajang yang positif untuk mengenalkan olahraga lari sedari dini kepada anggota keluarga, khususnya anak.

Foto: Pelari cilik Lovina (dokumentasi Fachrudin Alfian)
Foto: Pelari cilik Lovina (dokumentasi Fachrudin Alfian)
Keunikan MJM 2018 tidak berhenti di sini. Di nomor Half Marathon-21 km ada peserta yang tergolong paruh baya, namun tetap semangat mengikuti lomba. Pria paruh baya itu bernama Sam Budiharto (54 tahun) dan berasal dari kota Bandung.

Sam datang bersama rombongan keluarganya sekaligus menikmati liburan di Jogja. Saya menemui Sam beberapa meter di depan garis finish. Dia sedang bertepuk tangan dan menyemangati peserta lain yang kelelahan menuju garis finish.

Saya kurang yakin apakah peserta yang dia semangati itu sahabatnya atau bukan. Tapi mungkin seperti itulah bentuk solidaritasnya terhadap sesama peserta lomba. Entah dengan cara apa, tapi rasa antusias dan semangatnya begitu terasa menyengat saya yang kebetulan berada di dekatnya.

Saya cukup kaget saat Sam ternyata sanggup menyelesaikan rute 21 km dengan relatif lancar. Sam berbagi resep cara dia menjaga stamina di usia yang tidak lagi muda. Setiap hari, Sam terbiasa berlari 8 sampai 10 km. Jika libur panjang, Sam kadang menambah jarak larinya. Pantas saja napasnya begitu kuat, tidak kalah dengan anak muda, begitu pikir saya.           

Sam Budiharto (dokpri)
Sam Budiharto (dokpri)
Pemandangan unik lain menjelang garis finish yang sempat saya tangkap adalah saat ada pelari yang cidera, kemungkinan kram. Demi mencapai finish bersama, dua orang temannya dengan setia memapah pelari yang cidera tersebut. Barangkali mereka berpendapat tidak ada kemenangan yang patut dirayakan dengan meninggalkan kawan yang terjatuh di belakang.

Hidup ternyata bukanlah melulu soal adu cepat dan menjadi raja dalam setiap kompetisi. Lebih dari itu semua, hidup menjadi lebih berwarna jika kita mau berbagi dan menolong sesama. Dari tiga sahabat tersebut, saya semakin percaya bahwa persahabatan sejati itu nyata adanya. Sahabat sejati itu ada dalam segala suasana, baik suka maupun duka. Ini nyata lho, bukan fiksi.

Dalam event MJM 2018 kemarin, pelari dari Kenya mendominasi perolehan juara di nomor Full Marathon-42 km. Geoffrey Birgen membubuhkan catatan waktu tercepat yaitu 2:21:55 untuk kategori putra. Sedangkan untuk posisi runner up dan ketiga ditempati oleh Josphat Kiptanui Cheboi Too dan Elisha Kiprotich Sawe dengan perolehan waktu 2:24:30 dan 2:30:38. Keduanya juga berasal dari Kenya.

Adapun juara pertama untuk kategori 42 km putri diraih oleh Peninah Jepkoech Kigen Sain Alim asal Kenya dengan catatan waktu 2:53:35. Sedangkan posisi kedua diraih oleh Margaret Wangui Njuguna dari Kenya dengan waktu 2:53:43 dan posisi ketiga diraih Bundotich Pamela Chepkoech dari Malaysia dengan 2:54:21.

Penat dan letih sangat terlihat di paras wajah para peserta Mandiri Jogja Marathon 2018 seusai acara. Tetapi rasa puas juga terpancar dari wajah mereka saat menuntaskan rute perlombaan. Mandiri Jogja Marathon 2018 bukan hanya sekadar lomba lari semata, melainkan juga upaya untuk memupuk semangat hidup sehat, menularkan solidaritas kepada sesama, dan merawat persahabatan.          

Pelari marathon kram menjelang finish (dokpri)
Pelari marathon kram menjelang finish (dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun