Matahari menari-nari di atas kepala. Hujan tengah berdamai dengan bumi kala kafilah Kompasiana tiba di tempat itu. Sebuah pusat pengetahuan tertua di kota Jepara bernama Pondok Pesantren Roudlatul Mubtadiin. Perayaan atas buku dan diskusi tengah berlangsung di sana. Ribuan santri dan warga masyarakat meramaikan perlombaan pembacaan kitab kuning nasional bertajuk Musabaqah Kiraatul Kutub (MQK) Nasional VI. Kafilah santri menyemut dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote, hadir untuk unjuk kebolehan dalam acara tersebut.
Beberapa hari sebelumnya hujan ikut mewarnai MQK VI. Tampaknya ia tak mau ketinggalan acara istimewa itu. Namun kemarin, hujan tengah beristirahat. Seolah tahu bahwa kafilah kami hanya singgah sesaat & butuh berkeliling lokasi untuk menggali data. Menggali ilmu. Cukup jauh dari kota Jepara mencapai lokasi ponpes. Pesantren itu berada di tengah kampung dan persawahan nan hijau dan sejuk. Ternyata, keramaian tak hanya milik kota saja. Desa punya caranya sendiri merayakan literasi.
MQK VI dibagi kedalam 3 marhalah (tingkatan), yaitu:
- Marhalah Ula
Usia peserta maksimal 14 tahun 11 bulan 30 hari (maksimal lahir 1 Januari 2003).
- Marhalah Wustha
Usia peserta maksimal Usia maksimal 17 tahun 11 bulan 30 hari (maksimal lahir 1 Januari 2000).
- Marhalah Ulya
Usia peserta maksimal 20 tahun 11 bulan 30 hari (maksimal lahir 1 Januari 1997).
Adapun kitab yang dilombakan adalah:
Marhalah Ula
a. Fiqh : Matn Safînah an-Najâ, karya Sâlim Samîr al-Hadlary;
b. Nahw : Matn al-Âjurrûmîyah, karya Abu Abdillâh Muhamad ash-Shanhâjî;
c. Akhlaq : Washâyâ al-Âbâ li al-Abnâ’, karya asy-Syaikh Muhammad Syâkir;