Setelah perkenalan usai, kami diberikan daftar menu yang ada. Berbagai nama hidangan yang menarik berbaris rapi seolah menggoda mata dan imajinasi. Pilihan saya jatuh ke Miago coklat ceker pangsit. Untuk level pedas, saya mencoba level tujuh. Sebagai tambahan informasi, di Miago Pangsit Juwita semua makanan dan toping mempunyai pilihan level dari kosong sampai tigabelas.
Level ini menunjukkan berapa jumlah cabai yang diinginkan dalam makanan yang kita pesan. Sebagai contoh: jika kita memilih Miago level tujuh, maka akan dimasukkan tujuh cabe ke dalam miago tersebut. Untuk toping sendiri tersedia banyak pilihan. Ada ceker, sosis, bakso, rolade, maupun jagung.
Untuk Miago pesanan saya, warna mie maupun “mangkok” nya berwarna lebih gelap daripada Miago pesanan kawan-kawan yang lain. Warna ini berasal dari coklat yang dicampurkan ke dalam mie maupun pangsit. Selain warna coklat, ada juga Miago yang berwarna hijau dan merah. Warna hijau berasal dari campuran sayur bayam, dan warna merah dari buah strawberry.
Ada sedikit rasa manis, gurih, dan tentu saja pedas saat mie masuk kedalam mulut. Rasa pedasnya menempel di bibir dan lidah saya, membuat keringat semakin deras mengucur. Ceker yang ada di atas Miago juga terasa manis, dan lembut saat dikunyah. Kombinasi rasa manis dari coklat, gurihnya mie, serta pedas begitu pas di lidah. Tidak kurang, tidak lebih. Sungguh nikmat rasanya.
Puas mencicipi Miago, saya beralih ke Siomay Pelangi. Sesuai namanya, siomay ini mempunyai tiga warna; yakni coklat, merah, dan hijau serupa pelangi. Rasa siomay pelangi begitu gurih dan lembut. Bahkan adik Renjana, putra salah satu Kompasianer, pun menyukainya. Mencampurkan sayuran maupun buah ke dalam bahan makanan bisa menjadi salah satu cara mengenalkan sayuran kepada buah hati yang kurang menyukainya. Anda bisa menambahkan saos pedas ke dalam siomay jika ingin mencoba sensasi lainnya.
Kadang saya merasa bahwa koki masakan tak ubahnya seperti seorang penyair. Bila penyair mengolah kata dan rima, lalu merangkainya menjadi sebuah sajak yang indah, maka koki atau juru masak meramu berbagai jenis bahan makanan dan menjadikannya sebagai sebuah hidangan lezat. Keduanya memiliki kerumitan dan tantangan sendiri, namun jika dilakukan dengan ketekunan dan kecintaan akan profesi yang dilakukan, niscaya akan tercipta sebuah karya maupun hidangan yang akan memukau banyak orang.
Bagi saya, Miago adalah hasil dari sebuah pencarian dan imajinasi akan sebuah cita rasa baru. Ia adalah buah dari ketekunan dan kerjakeras dalam mengolah dan meracik berbagai bahan makanan. Hanya orang dengan ketekunan tingkat tinggi lah yang mampu membuatnya, sebagaimana kisah Lillian yang senantiasa berusaha mengkreasi bahan makanan baru untuk memikat hati ibunya. Dan kali ini, saya benar-benar terpikat akan rasa dan tekstur dari Miago. Miago bukan hanya sekedar makanan belaka. Miago adalah sebuah imajinasi. Imajinasi akan cita rasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H