Mohon tunggu...
Iswan Heri
Iswan Heri Mohon Tunggu... Administrasi - Dreamer, writer, and an uncle

Traveller, Writer, Dreamer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pulang: Sebuah Kado Untuk Para Pengembara

19 Desember 2015   21:57 Diperbarui: 19 Desember 2015   21:57 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

 

Setiap orang adalah pengembara. Alasannya sederhana, setiap orang pasti pernah bepergian ke suatu tempat, entah itu jaraknya jauh maupun dekat dari tempat tinggal dan entah untuk tujuan apa. Ada yang pergi untuk bersekolah, kuliah, mencari nafkah, atau mungkin berpetualang menjelajahi tempat-tempat baru.

Setiap orang pernah melakukan perjalanan, entah itu dalam waktu yang lama atau singkat. Lalu pada suatu titik, setiap perjalanan akan mencapai puncaknya. Titik itulah yang disebut pulang, mudik, dsb. Seringkali pulang, atau mudik adalah momen yang sangat dinantikan. Karena tidak setiap saat orang bisa kembali ke tempat asalnya setiap saat.

Ada orang yang bisa pulang ke tempat tinggalnya setiap hari, namun ada juga yang memiliki kesempatan pulang ke kampung halaman hanya setahun sekali. Momen pulang inilah yang kemudian diangkat menjadi judul dan inti cerita dalam novel karangan Tere Liye ini. Tapi jangan bayangkan pulang dalam makna yang sederhana dan monoton. Pulang dalam novel ini dikemas secara tidak biasa, yakni pulang setelah pengembaraan menimba ilmu sekaligus mencari jati diri serta melewati lika-liku dan gelombang kehidupan yang tak pernah berhenti.

Cerita dimulai di suatu dusun terpencil di pedalaman Bukit Barisan, Sumatera. Disana hidup dengan tenang pasangan suami-istri, Samad dan Midah beserta anak semata wayangnya, Bujang. Ketenangan Samad sekeluarga beserta warga dusun seketika terusik ketika gerombolan babi hutan menyerbu ladang.

Warga sudah berupaya sedemikian rupa, mulai dari ronda malam sampai memasang perangkap di sekitar ladang. Namun, serangan babi hutan tak kunjung usai. Akhirnya untuk mengatasi masalah tersebut, Samad berinisiatif memanggil para pemburu dari kota. Para pemburu itu dipimpin oleh Tauke Besar, yang ternyata adalah sahabat lama Samad.

Bujang remaja yang kala itu berusia lima belas tahun, lantas membujuk orang tua nya agar diperbolehkan ikut berburu bersama Tauke Besar. Sebagai seorang ibu, Midah tentu saja merasa keberatan. Mengingat berburu babi hutan di tengah hutan belantara bukanlah hal yang mudah dan sangat beresiko.

Namun Samad berusaha meyakinkan Midah, bahwa Bujang akan baik-baik saja, karena dia bersama dengan tim pemburu yang handal dan berpengalaman. Terlebih lagi Tauke Besar yang meminta sendiri agar Bujang ikut serta. Sebagai tuan rumah, Samad merasa tak enak hati menolak permintaan tersebut. Apalagi Tauke Besar adalah sahabat baiknya dan mempunyai hubungan yag sangat erat dengan Samad di masa lalu.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun