Mohon tunggu...
Iswan Heri
Iswan Heri Mohon Tunggu... Administrasi - Dreamer, writer, and an uncle

Traveller, Writer, Dreamer.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bagaimana Menanamkan Revolusi Mental melalui Keluarga?

4 September 2015   00:17 Diperbarui: 4 September 2015   00:45 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Revolusi Mental Melalui Keluarga

Mengingat pentingnya revolusi mental ini, maka perlu dibuat program-program pendukung agar tidak menjadi sebatas wacana belaka. Salah satunya adalah melalui penanaman semangat revolusi mental di dalam keluarga, sebagai lingkaran terkecil masyarakat. Dalam rangka itu, BKKBN sebagai lembaga yang menangani seputar keluarga di Indonesia, menggalakkan berbagai program sosialisasi. Salah satunya adalah kegiatan “Nangkring Kompasiana Bersama BKKBN” di hotel Solo Paragon, Solo pada hari Kamis (20-08-2015) kemarin, dengan mengambil tema: “Menanamkan Revolusi Mental Melalui 8 Fungsi Keluarga”

Kegiatan ini setidaknya menjadi terobosan baru bagi BKKBN dalam mensosialisasikan program-programnya memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada, khususnya melalui medium media sosial seperti blog dan twitter. Acara ini mendapat antusiasme yang sangat tinggi dari para kompasianer, terbukti dengan banyaknya peserta yang hadir untuk mengikuti agenda tersebut. Para peserta yang datang bukan hanya dari generasi muda, tetapi juga dari lintas generasi dan latar belakang, seperti ibu rumah tangga, karyawan swasta, dosen, pemerhati keluarga, aktivis LSM, mahasiswa, serta tak ketinggalan dari Komunitas Kompasianer Solo (KOMPOSONO), dan masih banyak lagi. Bukan hanya Kompasianer dari Solo saja yang datang, bahkan diantaranya ada yang hadir dari kota Wonogiri, Jogja, dan Salatiga.

Salah satu daya tarik dari kegiatan ini juga datang dari pembicara yang ditampilkan, yaitu: Arswendo Atmowiloto (Budayawan), Soleh Amini Yahman (Pemuka Agama dan Psikolog), dr. Abidin Syah (Deputi Bidang Sosialisasi BKKBN), dan DR. Sudibyo (Deputi Bidang Keluarga Sejahtera & Pemberdayaan Keluarga).

Kegiatan yang diselenggarakan oleh BKKBN bekerjasama dengan Kompasiana ini mengambil tema: “Menanamkan Revolusi Mental Melalui 8 Fungsi Keluarga”. Adapun 8 Fungsi Keluarga yang dimaksud adalah: fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta dan kasih sayang, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, serta fungsi lingkungan.

Bagaimana Menanamkan Revolusi Mental?

Secara keseluruhan, acara “Nangkring Kompasiana Bersama BKKBN” ini berjalan sangat baik serta dapat memberikan wacana baru bagi masyarakat, khususnya bagi saya pribadi. Tema “Menanamkan Revolusi Mental Melalui 8 Fungsi Keluarga” yang diusung sangat menarik untuk dijadikan bahan diskusi bersama. Hanya saja, keterbatasan waktu yang ada membuat diskusi yang dilakukan terasa kurang tuntas dan mendalam. Penajaman isu seputar tema “Menanamkan Revolusi Mental Melalui 8 Fungsi Keluarga” belum dapat dilakukan. Bagaimana cara dan strategi untk menanamkan revolusi mental melalui keluarga belum cukup dikupas tuntas selama acara. Pertanyaan lain yang muncul dibenak saya kemudian adalah wujud keluarga seperti apa yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk menanamkan revolusi mental?

Sedangkan disisi lain, problematika yang menghinggapi keluarga di Indonesia sudah sangat kompleks. Kemiskinan, tingginya angka perceraian, KDRT, pernikahan usia dini, tingkat kematian ibu melahirkan, adalah beberapa contoh dari masalah yang harus dihadapi serta menunggu untuk diselesaikan.

Revolusi Mental jelas bukanlah sesuatu yang gampang untuk dilakukan serta membutuhkan campur tangan banyak pihak. Sudah saatnya pemerintah dengan berbagai lembaganya membuat perencanaan yang matang dan terukur agar konsep “Revolusi Mental” tidak hanya menjadi sebatas wacana dan jargon belaka. Keikutsertaan berbagai kelompok masyarakat yang ada juga sangat dibutuhkan untuk mewujudan Revolusi Mental ini.

Sebagaimana pesan Soekarno, revolusi mental bukanlah pekerjaan satu-dua hari, melainkan sebuah proyek nasional jangka panjang dan terus-menerus. “Memperbaharui mentalitet suatu bangsa tidak akan selesai dalam satu hari,” ujarnya. Memperbaharui mentalitas suatu bangsa tidak seperti orang ganti baju; dilakukan sekali dan langsung tuntas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun