Cengkeh merupakan salah satu jenis rempah di Indonesia yang sejak zaman pra-Indonesia telah diminati banyak orang dari berbagai negara. Sejarah penjajahan yang terjadi di Indonesia bahkan cukup lekat dengan rempah yang satu ini. Popularitas cengkeh dapat dilihat dari jumlah ekspor yang dilakukan.
mengutip data dari Kemenparekraf.co.id, ekspor cengkeh merupakan ekspor rempah terbanyak kedua dari Indonesia setelah Lada. Produksi cengkeh di tanah air terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. setidak-tidaknya menurut data rata-rata peningkatan produksi berada pada angka 109,69 ribu ton pada tahun 2013 meningkat hingga 151,71 ribu ton pada tahun 2022. Hal ini menunjukan peningkatan yang cukup besar dalam kurun waktu kurang lebih sepuluh tahun.
Salah satu daerah penghasil cengkeh, selain Jawa Timur, Maluku dan Nusa Tenggara Timur, adalah Pulau Sulawesi.Â
Nah, yang coba kita ulas melalui tulisan ini adalah produksi cengkeh dari Sulawesi Barat, tepatnya di Dusun Awo. Salah satu dusun yang ada di Kabupaten Majene.
Dusun Awo merupakan salah satu penghasil cengkeh terbaik di Sulawesi Barat. Tanaman cengkeh sudah menjadi komoditas andalan sejak berpuluh tahun. Keseluruhan tanaman cengkeh di daerah ini merupakan garapan rakyat atau yang dalam istilah lain adalah perkebunan Rakyat.Â
Luas lahan perkebunan cengekeh di Kabupaten Majene pada tahun 2022 seluas 1.049,00 ha. sekaligus menempati posisi pertama seabgai kabupaten dengan perkebunan cengkeh terluas di Sulawesi Barat. Data yang diperoleh tersebut juga diketahui bahwa jumlah kepala keluarga yang memiliki lahan perkebunan di Kabupaten Majene sebesar 1.624 KK. Bahkan di Dusun Awo sendiri, setiap kepala keluarga memiliki, minimal satu lahan perkebunan yang khusus untuk ditanami tanaman cengkeh.
Tahun 2024 ini, masyarakat di Dusun Awo, bersama dengan pekebun lainnya di Kabupaten Majene tengah berada pada masa panen sekitar bulan Mei dan diperkirakan akan mencapai akhir panen awal Agustus nanti.Â
Cengkeh dari daerah dusun terbilang bagus dengan proses penanaman hingga panen dilakukan dengan perawatan yang baik serta ramah terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Bahkan pengakuan dari tiga tengkulak yang mengambil barang langsung dari Dusun Awo seringkali memuji kualitasnya. Menurut para tengkulak tersebut, produk cengkeh dari dusun ini sangat diminati di pasar karena kualitasnya yang terjaga.Â
Pada dasarnya, quality control yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Awo ketika menjual produk bukan hanya demi mendapatkan harga yang tinggi. Lebih dari itu, produk yang mereka jual tidak terlepas dari filosofi yang hidup dalam masyarakat ini, yang kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, kurang lebih seperti ini "Jangan hidangkan sesuatu kepada orang lain jika dirimu sendiri tidak menyenangi ketika disuguhkan yang demikian"
Begitu pula ketika melakukan penjualan produk cengkeh atau pun produk pertanian/perkebunan lainnya. Masyarakat sangat menjaga kualitas produk, mulai dari penanaman, perawatan tanaman, proses panen dan pengolahan berupa pengeringan. Mereka sudah sadar dengan sendirinya untuk tidak menjual cengkeh yang mereka olah jika memang tidak layak untuk dijual. Kalau pun dijual, terlebih dahulu mereka menawarkan kepada calon pembeli dengan memberikan sampel produk. Kalau ada calon pembeli yang berminat, barulah mereka akan menjualnya, tentu dengan harga yang berbeda dari harga normal.
Masyarakat Dusun Awo sadar dan percaya bahwa salah seorang saja dari mereka yang berbuat curang dalam menjual produk pertanina/perkebunan mereka, maka seluruh masyarakat yang ada di dusun tersebut akan terkena imbas dari perbuatan tercela itu. Sebab, yang terkenal di pasar, khususnya di pasar lokal sebelum dikirim ke luar kota, bukan cengkeh atau produk milik siapa, tapi produk dari mana. Tentunya yang terkena dampak adalah seluruh petani dari Dusun Awo, bukan hanya perorangan.
Alasan tersebut menjadi pegangan bersama bagi masyarakat untuk saling menjaga diri maupun saling mengontrol satu sama lain dalam bentuk kesadaran diri untuk berniaga dengan cara yang baik dan dengan kualitas produk yang juga terbaik. Meskipun produk rempah ini diolah dengan cara yang tradisional, namun kualitas tetap terjaga dan pengetahuan tentang tanaman ini, secara turun temurun diteruskan sehingga selalu lahir petani/pekebun baru di setiap generasi dengan kualitas produk yang dihasilkan selalu terjaga.Â
Meski demikian, kendala utama bagi masyarakat dalam menjual cengkeh, saat ini terbatas pada harga yang fluktuatif. Sedangkan dilihat dari penawaran pembelian cengkeh untuk ekspor kurang lebih di angka Rp. 200.000,00. Hampir setengah harga jual petani kepada tengkulak lokal.Â
Mungkin hal ini merupakan peluang besar bagi Anda yang berminat atau sudah berpengalaman menjadi eksportir cengkeh tapi butuh supply yang lebih banyak dan dengan kualitas yang baik serta dikelola secara profesional dan ramah lingkungan.Â
Sampai Jumpa di tulisan lainnya.
Jadi, bagi Anda yang tertarik untuk melihat bagaimana pola pertanian/perkebunan serta peng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H