Masyarakat Dusun Awo sadar dan percaya bahwa salah seorang saja dari mereka yang berbuat curang dalam menjual produk pertanina/perkebunan mereka, maka seluruh masyarakat yang ada di dusun tersebut akan terkena imbas dari perbuatan tercela itu. Sebab, yang terkenal di pasar, khususnya di pasar lokal sebelum dikirim ke luar kota, bukan cengkeh atau produk milik siapa, tapi produk dari mana. Tentunya yang terkena dampak adalah seluruh petani dari Dusun Awo, bukan hanya perorangan.
Alasan tersebut menjadi pegangan bersama bagi masyarakat untuk saling menjaga diri maupun saling mengontrol satu sama lain dalam bentuk kesadaran diri untuk berniaga dengan cara yang baik dan dengan kualitas produk yang juga terbaik. Meskipun produk rempah ini diolah dengan cara yang tradisional, namun kualitas tetap terjaga dan pengetahuan tentang tanaman ini, secara turun temurun diteruskan sehingga selalu lahir petani/pekebun baru di setiap generasi dengan kualitas produk yang dihasilkan selalu terjaga.Â
Meski demikian, kendala utama bagi masyarakat dalam menjual cengkeh, saat ini terbatas pada harga yang fluktuatif. Sedangkan dilihat dari penawaran pembelian cengkeh untuk ekspor kurang lebih di angka Rp. 200.000,00. Hampir setengah harga jual petani kepada tengkulak lokal.Â
Mungkin hal ini merupakan peluang besar bagi Anda yang berminat atau sudah berpengalaman menjadi eksportir cengkeh tapi butuh supply yang lebih banyak dan dengan kualitas yang baik serta dikelola secara profesional dan ramah lingkungan.Â
Sampai Jumpa di tulisan lainnya.
Jadi, bagi Anda yang tertarik untuk melihat bagaimana pola pertanian/perkebunan serta peng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H