Mohon tunggu...
Muhammad Iswan
Muhammad Iswan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Indonesia

apa yang kau lakukan sekarang adalah masa depanmu di masa lalu, dan apa yang kau lakukan di masa sekarang adalah pengantar menuju masa yang kelak kau sebut 'hari ini'.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bayi Kembar dalam Diri Manusia

28 Juni 2021   20:21 Diperbarui: 28 Juni 2021   20:53 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setan dan malaikat hanya entitas kecil, bayi, yang tidak memiliki kemerdekaan dalam diri manusia, kecuali diberikan jala untuk itu. Ketika hal ini terjadi, maka dampak yang akan hadir, merupakan suatu konsekuensi logis yang pada dasarnya sudah dipahami akan berujung pada nilai yang dikehendaki oleh entitas dominan, setan atau pun malaikat.

Dengan memahami fungsi, kelemahan serta masing-masing unggulan, maka penting untuk menakar kehadiran mereka dalam menentukan suatu hal. Bahkan untuk hal-hal yang dianggap kecil sekalipun. Akal dan hati menjadi penyaring atas bisikan yang kemudian juga sebagai penentu atas kebijaksanaan seorang individu. Tapi akal dan hati saja tidak cukup. Sebelumnya, kedua alat pengetahuan vital manusia ini harus dibekali oleh ilmu dan juga perasaan halus dan bersih yang bisa berdasar pada pengalaman masa lalu.

Menyadari bahwa keduanya hanya potensi yang terpendam dan dapat meluap ketika membiarkannya keluar lalu menguasai diri, maka hati dan akal seseorang harus diaktifkan untuk menakar sesuatu yang akan diberikan keputusan untuk dilakukan. Dialog dengan diri sendiri yang diwakili oleh akal dan hati sangat penting agar kedua entitas, setan dan malaikat, tidak sekenaknya menjadi dominan di dalam diri. Selain itu, dialog antara suara bisik keburukan dan kabajikan pun tak boleh luput dari perhatian. Dalam pengambilan keputusan yang sifatnya individual atau pun sosial, hal tersebut cukup krusial untuk dijadikan pertimbangan.

Asumsi buruk manusia tentang setan tidak lantas menjadikan entitas yang satu ini terus dimusuhi. Sebab jika itu terjadi, maka saat itu pula, hati telah dikotori dengan keburukan. Sedangkan malaikat sebagai entitas penggoda untuk melakukan kebajikan, juga tidak boleh diberi wewenang lebih yang menjadikannya dominan di dalam diri. Keduanya mesti didialogkan secara merdeka oleh pikiran dan hati, sebagai hakim bagi diri secara entitas individu yang merdeka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun