Gunung satu ini jarang muncul namanya di kalangan para pendaki, padahal panorama yang ditawarkan tak kalah menarik dengan tetangganya gunung prau. Gunung Pakuwaja namanya, terletak di Desa Parikesit, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Akses menuju basecampnya juga sangat mudah ditemui karena letaknya yang berada ditepi jalan raya.
Gunung ini memiliki ketinggian yang hampir sama dengan gunung prau, yaitu 2421 meter diatas permukaan laut (mdpl), namun jangan kira gunung ini memiliki trek yang ringan, sepanjang jalur pendakian beberapa kali lutut hampir menempel dengan dada, bahkan jalur sebelum mencapai puncak harus menggunakan tali karena jalurnya yang curam dan jurang yang berada di sebelahnya. Untuk cerita lebih lanjutnya mari kita simak dalam artikel ini.
Pendakian kali ini saya ditemani seorang kawan bernama Bagas, waktu itu hanya ada kami berdua yang melakukan pendakian di gunung pakuwaja. Kami berangkat dari rumah pada jam 1 siang kemudian sampai di basecamp gunung pakuwaja sekitar pukul 4 sore.Â
Sesampainya disana kami langsung bergegas untuk menata ulang carier dan melakukan simaksi, untuk biaya registrasi yaitu Rp 15.000 saja per orang. Sedikit berbincang dengan pengelola basecamp, pada hari itu tidak ada orang yang mendaki karena tidak bertepatan dengan hari libur, alhasil hanya kami berdua yang mendaki saat itu.
Setelah mendapat briefing mengenai jalur dari pihak pengelola, kami memutuskan untuk memulai berjalan pada jam 5 sore. Hanya berjalan 20 menit saja untuk sampai di pos 1 yang letaknya berada di tengah perkebunan, tak ada tempat untuk beristirahat.
Sebelum mencapai pintu rimba kami sempat tersesat di perkebunan milik warga, jalur yang bercabang membuat kami cukup kebingungan untuk memilihnya, walaupun sudah ada penunjuk jalan terkadang penunjuk itu bisa jatuh tertiup angin atau tertutup tumbuhan.Â
Waktu menunjukan pukul 6 sore dan tepat dengan waktu adzan maghrib saat kami tersesat. Hanya mengandalkan naluri kami berusaha mencari jalan sendiri, dua jurang kami lewati hingga menemukan perkebunan milik warga yang bersebelahan dengan jalur utama pendakian.
Belum juga sampai di pintu rimba, kami sudah melakukan kecerobohan yang sedikit menjatuhkan mental, kurang lebih setengah jam kami tersesat hingga akhirnya bertemu dengan jalur utama pendakian. Sedikit menghela napas dan menikmati matahari tenggelam sebelum melanjutkan kembali pendakian.
Hari sudah gelap saat kami tiba di tanjakan 90%, sesuai dengan namanya tanjakan ini curam dan cukup panjang. Setelah melewati tanjakan ini pintu rimba sudah menyambut dengan vegetasi yang padat, mengingat gunung pakuwaja ini masih jarang dikunjungi oleh pendaki, jadi sampah plastik masih jarang sekali ditemui berbeda dengan gunung sebelahnya yang sudah tak pernah mengenal sepi.Â
Sepanjang jalur pendakian dari tanjakan 90% hingga pos 3 trek yang dilalui hampir sama hanya sedikit saja trek yang landai. Tak jauh dari pintu rimba, sampailah di pos 2 yang dinamakan tanjakan perawan, hanya sebuah plang tak ada tempat untuk mendirikan tenda.