Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Habis Gelap Terbitlah Terang Warisan R.A. Kartini untuk Kaum Wanita Indonesia

21 April 2024   06:19 Diperbarui: 21 April 2024   06:27 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Habis Gelap Terbitlah Terang adalah warisan R.A. Kartini yang tak lekang oleh zaman. Bekal Spirit Emansipasi Bagi Kaum Wanita Indonesia

Dalam arus modernisasi yang terus mengalir, Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini tetap teguh sebagai simbol perjuangan emansipasi wanita Indonesia. 

Semangatnya yang tergurat dalam buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" terus memberi inspirasi bagi generasi demi generasi, terutama kaum wanita, untuk berjuang demi hak dan kesetaraan mereka.

"Habis Gelap Terbitlah Terang" bukan hanya sekadar kumpulan surat, melainkan sebuah jendela untuk memahami pemikiran dan perjuangan Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita. 

Di balik tulisan-tulisan itu, terpancarlah semangat revolusionernya yang menghancurkan belenggu tradisi dan adat yang membatasi kaum wanita pada masanya.

Biografi Singkat Raden Ajeng Kartini dan Latar Belakang Buku "Habis Gelap Terbitlah Terang"

Raden Ajeng Kartini dilahirkan pada tanggal 21 April 1879 di desa Mayong, Rembang, Jawa Tengah. 

Kartini merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang bangsawan Jawa, dan Raden Ayu Ngasirah, seorang perempuan Jawa keturunan Priyayi. 

Kartini tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan tradisi Jawa yang patriarkis, di mana perempuan dianggap harus tunduk pada aturan-aturan yang ditetapkan oleh masyarakat.

Kartini memiliki keinginan besar untuk belajar, namun pada masanya, wanita tidak diizinkan untuk melanjutkan pendidikan setinggi yang diinginkannya. Meskipun demikian, Kartini tetap gigih dalam mengejar ilmu pengetahuan melalui membaca buku-buku yang dapat diaksesnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun