Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Eksplorasi Konsep Modul 1.1 - Mandiri tentang Potret Pendidikan Indonesia dari Zaman Kolonial hingga Kini

18 Maret 2024   18:49 Diperbarui: 18 Maret 2024   18:52 6090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi/FB Isur Suryati 

Potret Pendidikan Indonesia: Dari Zaman Kolonial hingga Kini

Pendidikan di Indonesia telah mengalami perjalanan panjang sejak masa kolonial hingga saat ini. 

Menilik kembali sejarah pendidikan Indonesia memberikan gambaran yang jelas tentang transformasi yang telah terjadi dan tantangan yang masih dihadapi. 

Sebagai seorang Calon Guru Penggerak (CGP), memahami perjalanan ini adalah langkah awal yang penting untuk merancang pendidikan yang lebih inklusif, merdeka, dan berkualitas.

Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Indonesia

Video "Pendidikan Zaman Kolonial" membawa saya pada perjalanan menyelami masa lalu pendidikan Indonesia. Masa kolonialisme menandai awal sistem pendidikan yang tidak merata dan diskriminatif. 

Pendidikan pada saat itu lebih diperuntukkan bagi kaum elit dan penjajah, dengan tujuan utama untuk menciptakan kelas pekerja murah yang mendukung kepentingan kolonial.

Murid dididik untuk patuh dan tidak kritis, serta kurikulum dan metode pembelajaran sangat terbatas.

Bagian yang Menarik dan Alasannya

Bagian yang paling menarik bagi saya adalah kisah perjuangan Ki Hadjar Dewantara dalam mendirikan Taman Siswa. 

Taman Siswa menjadi simbol perlawanan terhadap sistem pendidikan kolonial yang menindas dan membatasi. Semangat KHD dalam mencerdaskan rakyat melalui pendidikan menjadi inspirasi bagi saya sebagai pendidik Indonesia modern.

Tujuan Pendidikan Zaman Kolonial

Pendidikan pada masa kolonial memiliki tujuan yang jelas, yaitu menciptakan kelas pekerja murah yang mendukung kepentingan kolonialisme, menyebarkan ideologi dan budaya penjajah, serta melemahkan identitas dan budaya lokal.

Hal ini tercermin dalam kurikulum yang bersifat mengekang dan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada hafalan daripada pemahaman.

Persamaan dan Perbedaan Proses Pembelajaran

Meskipun ada perbedaan signifikan antara pendidikan zaman kolonial dan pendidikan saat ini, terdapat pula persamaan dalam peran guru dalam proses pembelajaran. 

Namun, pendidikan saat ini lebih berfokus pada murid, dengan mengedepankan partisipasi aktif, kreativitas, dan pemikiran kritis.

Pendidikan di Sekolah Saya

Sekolah tempat saya mengajar menunjukkan kemajuan yang signifikan dibandingkan dengan masa kolonial.

Namun, masih ada tantangan yang perlu diatasi, seperti kesenjangan akses pendidikan dan stigma terhadap pendidikan yang perlu diubah. 

Sebagai CGP, saya berkomitmen untuk terus berjuang demi mewujudkan pendidikan yang lebih inklusif dan berkualitas.

Pertanyaan Refleksi

1. Apa yang dapat saya lakukan sebagai CGP untuk berkontribusi dalam mewujudkan pendidikan yang ideal di Indonesia?
   
   Sebagai CGP, saya dapat memperjuangkan akses pendidikan yang merata dan berkualitas untuk semua, berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, serta terus mengembangkan diri dalam mempraktikkan metode pembelajaran yang inovatif dan efektif.

2. Bagaimana saya dapat menerapkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam proses pembelajaran di sekolah saya?

   Saya dapat menerapkan prinsip-prinsip pendidikan KHD dengan mengutamakan pendekatan berpusat pada murid, memfasilitasi pembelajaran yang inklusif dan berorientasi pada pembangunan karakter, serta menginspirasi murid untuk menjadi pribadi yang kritis, kreatif, dan mandiri.

3. Bagaimana saya dapat bekerja sama dengan pemangku kepentingan lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia?

   Saya dapat aktif berpartisipasi dalam forum diskusi, seminar, atau kegiatan kolaboratif lainnya dengan pemangku kepentingan lainnya, seperti pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil, untuk mendiskusikan dan merancang kebijakan serta program-program yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh.

Melalui pemahaman yang mendalam tentang sejarah pendidikan Indonesia, saya sebagai CGP memiliki landasan yang kuat untuk menjadi agen perubahan dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik di Indonesia. 

Dengan semangat perjuangan para pendidik terdahulu, saya yakin bahwa kita dapat bersama-sama menciptakan masa depan pendidikan yang lebih cerah dan inklusif bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun