Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

4 Kasus Dilema Etika yang Biasa Terjadi di Sekolah dan Solusi untuk Menyelesaikannya

5 Februari 2024   15:20 Diperbarui: 5 Februari 2024   15:21 16349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Ibu/Bapak Guru dihadapkan pada situasi sulit di mana kita harus memilih antara dua pilihan yang sama-sama tidak ideal? Situasi seperti ini disebut dilema etika, dan sering dihadapi oleh siswa, guru, dan orang tua di sekolah.

Dilema etika menghadirkan dua pilihan yang sama-sama tidak menyenangkan dan sulit untuk diputuskan. Contohnya, saat seorang siswa melihat teman berkelahi, dia ingin membantu, tapi dia juga takut dihukum. 

Atau saat guru mengetahui siswa menyontek, dilema muncul antara menegur keras atau memberikan kesempatan kedua.

Dilema etika merupakan bagian dari kehidupan di sekolah dan penting untuk dipelajari cara mengatasinya. Dengan memahami dilema etika, kita dapat belajar dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

Artikel ini akan mengulas empat contoh dilema etika yang sering terjadi di lingkungan sekolah, beserta solusi-solusi yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan tersebut.

1. Kasus Perkelahian di sekolah

Bel sekolah baru saja berbunyi, menandakan akhir jam pelajaran. Namun, suasana kelas tidak seperti biasanya. Dua orang teman, Anton dan Budi, terlibat dalam adu jotos.

Rizki yang melihat kejadian itu dilanda kebingungan. Di satu sisi, dia ingin membantu Anton yang terluka akibat didorong oleh Budi. Rasa kemanusiaan mendorongmu untuk menolongnya. Di sisi lain, rasa takut akan konsekuensi menghantui hatinya. Bayangan dimarahi guru, bahkan dikeluarkan dari sekolah, membuat Rizki ragu untuk bertindak.

Dilema etika ini membawamu pada dua pilihan sulit. Haruskah Rizki membantu Anton dan berisiko mendapatkan hukuman, atau diam dan pura-pura tidak melihat kejadian?

Pilihan apa yang akan diambil?

Solusi:

a. Berani Bertanggung Jawab: Langkah pertama adalah berani membantu teman yang terluka dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada guru. Ini merupakan wujud keberanian untuk bertanggung jawab terhadap kesejahteraan teman.

b. Terbuka dan Jujur: Siswa juga perlu bersikap terbuka dan jujur kepada guru, menjelaskan apa yang mereka saksikan, dan menunjukkan rasa penyesalan. Hal ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang aman dan mendidik.

c. Belajar dari Kesalahan: Kejadian ini dapat dijadikan pelajaran bagi semua pihak. Melalui diskusi dan pembelajaran bersama, siswa dapat memahami konsekuensi dari tindakan agresif dan bahaya adu fisik.

2. Kasus menyontek

Pak Budi, seorang guru matematika, menemukan Kevin, salah satu siswanya, menyontek saat ujian tengah semester. Dilema etika menyelimuti Pak Budi. Di satu sisi, Pak Budi ingin menegur Kevin dengan keras agar ia jera dan tidak mengulangi perbuatannya. Di sisi lain, Pak Budi juga ingin memberikan Kevin kesempatan kedua untuk belajar dari kesalahannya.

Pak Budi tahu bahwa Kevin berasal dari keluarga yang kurang mampu dan sering mengalami kesulitan belajar. Pak Budi juga melihat usaha Kevin yang meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Pak Budi tidak ingin Kevin patah semangat dan kehilangan kesempatan untuk belajar.

Setelah pertimbangan matang, Pak Budi memutuskan untuk menegur Kevin dengan tegas namun tetap bijaksana. Pak Budi menjelaskan kepada Kevin tentang konsekuensi menyontek dan pentingnya kejujuran dalam belajar. Pak Budi juga memberikan Kevin kesempatan kedua untuk mengikuti ujian ulang dengan pengawasan khusus.

Kevin menyadari kesalahannya dan berterima kasih atas kesempatan kedua yang diberikan Pak Budi. Kevin berjanji untuk belajar dengan lebih giat dan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.

Kisah ini menunjukkan bahwa dilema etika tidak selalu memiliki jawaban yang mudah. Diperlukan kebijaksanaan dan pertimbangan matang dalam mengambil keputusan agar semua pihak dapat belajar dan berkembang.

Solusi:

a. Tegas dan Adil: Guru perlu mengambil tindakan tegas dan adil dengan memberikan sanksi yang sesuai, seperti penurunan nilai dan teguran tertulis. Hal ini penting untuk menjaga integritas pendidikan.

b. Memberikan Pelajaran Berharga: Selain memberikan sanksi, guru dapat menyelenggarakan bimbingan khusus tentang integritas dan pentingnya kejujuran. Ini dapat membantu siswa memahami nilai-nilai moral dalam dunia pendidikan.

c. Kesempatan Kedua: Siswa yang melakukan kesalahan perlu diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Ujian ulang atau tugas tambahan bisa menjadi alternatif untuk memberikan kesempatan kedua tanpa mengorbankan integritas.

Kasus 3 Kebijakan Kepala Sekolah

Bu Ana, seorang guru sejarah, merasa resah dengan kebijakan baru kepala sekolah yang mewajibkan siswa mengikuti tes tambahan setiap minggu. Bu Ana yakin bahwa kebijakan ini akan menambah beban siswa dan tidak efektif dalam meningkatkan prestasi belajar.

Dilema etika menyelimuti Bu Ana. Di satu sisi, Bu Ana ingin mematuhi kebijakan kepala sekolah sebagai bentuk loyalitasnya terhadap institusi sekolah. Di sisi lain, Bu Ana merasa berkewajiban untuk menyuarakan pendapatnya demi kebaikan siswa.

Bu Ana memutuskan untuk menemui kepala sekolah secara langsung. Dengan sopan dan profesional, Bu Ana menyampaikan keraguannya terhadap kebijakan baru dan menawarkan solusi alternatif yang lebih berpihak pada siswa.

Meskipun kepala sekolah tidak langsung mengubah kebijakannya, Bu Ana merasa lega karena telah menyuarakan pendapatnya. Keberanian Bu Ana menunjukkan bahwa loyalitas tidak berarti menuruti semua kebijakan tanpa kritik, tetapi juga berani menyuarakan pendapat demi kebaikan bersama.

Solusi

a. Komunikasi Terbuka: Guru sebaiknya berkomunikasi secara terbuka dengan kepala sekolah, menyampaikan ketidaksetujuan secara profesional dan sopan. Dialog yang konstruktif dapat membuka ruang untuk perubahan.

b. Mencari Solusi Bersama: Guru dapat menawarkan solusi alternatif yang konstruktif untuk memperbaiki kebijakan yang dianggap tidak adil. Proses kolaboratif ini dapat memunculkan solusi yang lebih baik.

Kasus 4 Orang tua yang tidak puas dengan nilai raport

Bu Tuti, seorang guru SD, menerima kunjungan dari Pak Budi, orang tua salah satu siswanya. Pak Budi tampak marah dan tidak puas dengan nilai anaknya yang tertera di rapor. Pak Budi bahkan menuduh Bu Tuti tidak kompeten dalam mengajar.

Bu Tuti berusaha untuk tetap tenang dan menjelaskan kepada Pak Budi bahwa nilai yang diberikan kepada anaknya sudah sesuai dengan hasil belajarnya. Bu Tuti juga menunjukkan bukti-bukti berupa lembar kerja dan hasil ujian yang menunjukkan bahwa anaknya memang belum mencapai standar nilai yang diharapkan.

Meskipun Pak Budi masih tidak puas dengan penjelasan Bu Tuti, Bu Tuti tetap berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan orang tua muridnya. Bu Tuti menawarkan solusi untuk membantu anaknya belajar lebih giat dan meningkatkan nilainya di semester berikutnya.

Kisah ini menunjukkan bahwa menjaga hubungan baik dengan orang tua murid merupakan hal yang penting bagi seorang guru. Namun, seorang guru juga harus tetap profesional dan teguh dalam mempertahankan nilai dan prinsipnya.

Solusi:

a. Penjelasan yang Jelas: Guru seharusnya memberikan penjelasan yang jelas dan tenang kepada orang tua mengenai cara penilaian dan alasan di balik nilai yang diberikan. Transparansi adalah kunci untuk menghindari konflik.

b. Solusi dan Dukungan: Guru dapat menawarkan solusi konkret untuk membantu siswa meningkatkan prestasinya. Selain itu, memberikan dukungan dan bimbingan ekstra kepada siswa dapat memperkuat kolaborasi antara guru dan orang tua.

c. Komunikasi yang Terbuka: Untuk membangun hubungan yang harmonis, komunikasi yang terbuka perlu dijaga. Guru dan orang tua perlu berkolaborasi dalam mendukung perkembangan anak, saling memahami, dan mencari solusi bersama jika ada permasalahan.

Dilema etika di sekolah adalah bagian dari pengalaman pendidikan yang dapat membentuk karakter dan integritas seseorang. Dengan memilih solusi yang berdasarkan nilai-nilai etika, baik siswa, guru, maupun orang tua dapat membantu menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat dan produktif. 

Melalui proses pembelajaran ini, diharapkan kita dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang lebih baik, mampu menghadapi tantangan, dan memilih jalan yang benar di tengah dilema etika. Bagikan pengalaman dilema etika Anda di kolom komentar untuk memperkaya diskusi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun