Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.4 Budaya Positif - Praktik Penerapan Segitiga Restitusi

8 Oktober 2023   20:53 Diperbarui: 8 Oktober 2023   20:53 7496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi segitiga restitusi (Dok.Pribadi

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh saya Isur Suryati calon guru penggerak angkatan 9dari SMP Negeri 1 Sumedang, Kabupaten Sumedang.  Artikel ini adalah praktik penerapan segitiga restitusi untuk menyelesaikan permasalahan siswa di sekolah saya.


Sebagai informasi segitiga restitusi adalah suatu proses dialog yang dijalankan guru atau orang tua agar dapat menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggung jawab. Terdapat 3 tahapan segitiga restitusi yaitu: 1. Menstabilkan identitas 2. validasi tindakan yang salah dan 3. Menanyakan keyakinan.

Ilustrasi segitiga restitusi (Dok.Pribadi
Ilustrasi segitiga restitusi (Dok.Pribadi

Pada tahap menstabilkan identitas dilakukan berdasarkan prinsip 1. Membuat kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran yang nantinya akan 2. Menggeser identitas gagal ke identitas sukses. 

Selanjutnya tahap validasi tindakan yang salah dilakukan dengan berdasarkan prinsip 1. Setiap perilaku berupaya memenuhi suatu kebutuhan tertentu.  2. Guru akan bergeser dari pemikiran stimulus respon menjadi proaktif sehingga dengan mengenali dan mengakui kebutuhan murid akan memperbaiki hubungan dengan murid.

Tahap terakhir adalah menanyakan keyakinan, pada tahap ini 1. Murid akan diberi pertanyaan-pertanyaan bermakna untuk memunculkan motivasi secara intrinsik sehingga 2. Mampu mengaitkan keyakinannya dengan tindakan yang salah.


Kasus 1. Kecanduan Gadget dan Media Sosial


Annisa, siswa SMP kelas 8-H, dia mulai terlihat kecanduan gadget dan media sosial. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain game online, mengejar likes dan komentar di platform media sosial, dan mengesampingkan tugas sekolah serta interaksi sosial di dunia nyata.


Permasalahan ini mulai terungkap ketika orang tua dan guru menyadari bahwa prestasi Anisa semakin menurun, padahal sebelumnya Maria selalu juara kelas. Selain itu, di rumah Maria minim berinteraksi secara fisik dengan keluarga, begitu pun di sekolah Maria mulai acuh dan tak peduli pada teman-temannya, karena sibuk terus dengan gadgetnya.


Langkah Segitiga Restitusi


1.Menstabilkan Identitas


Guru: Selamat pagi, Annisa. Ibu ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang Ibu perhatikan belakangan ini. Ibu juga mendengar laporan dari beberapa orang guru,  dari orang tua dan teman-teman bahwa kamu telah menghabiskan banyak waktu di gadget dan media sosial selama pelajaran,  di rumah, dan saat istirahat. Betulkah hal tersebut?


Annisa: Selamat pagi, Bu Guru. Iya, saya mengakui saya terlalu sering menggunakan ponsel saya selama di rumah dan saat pelajaran.


2.Validasi Tindakan yang Salah


Guru: Iya, Ibu maklum. Ibu juga pernah mengalami masalah seperti itu, kok. Memang sangat menyenangkan, bermain ponsel dan scroll media sosial. Nah, sekarang Ibu ingin tahu apa alasan yang membuatmu begitu tertarik pada gadget dan media sosial sehingga kamu merasa perlu menggunakan alat tersebut selama pelajaran.


Annisa: Terkadang, Bu Guru, saya merasa bosan selama pelajaran. Gadget dan media sosial memberikan hiburan dan interaksi sosial yang membuat saya merasa lebih nyaman.


3.Menanyakan keyakinan


Guru: Ibu paham perasaan kamu, Annisa. Tapi perlu kamu ingat bahwa fokus selama pelajaran sangat penting untuk pembelajaranmu. Kamu juga harus menyadari prestasimu semakin menurun, akibat dari bermain gadget itu. Bagaimana menurutmu, dengan cara apa kita bisa mengatasi masalah ini?


Annisa: Saya akan mencoba lebih fokus selama pelajaran, Bu! dan meninggalkan ponsel saya di tas. Mungkin juga saya bisa mencari kegiatan lain yang menyenangkan bersama teman-teman, untuk mengisi waktu luang di luar jam pelajaran.


Guru: Menurut Ibu, itu adalah langkah yang baik, Annisa. Selain itu, jika kamu merasa kesulitan mengendalikan penggunaan gadget, jangan ragu untuk meminta bantuan dari orang tua atau Ibu/Bapak Guru di sekolah. Kami di sini untuk mendukungmu.


Annisa: Terima kasih, Bu Guru. Saya akan mencoba yang terbaik untuk lebih fokus di sekolah.


Guru: Itu sangat bagus, Annisa. Ingatlah bahwa pendidikan adalah investasi untuk masa depanmu. Jika kamu butuh bantuan atau ada masalah lain yang ingin kamu diskusikan, jangan ragu untuk berbicara dengan Ibu, ya. Ibu selalu siap membantu.


Kasus 2. Stres Akademik yang Berlebihan


Rizki seorang siswa SMP mulai merasakan stres akademik yang berlebihan karena tekanan untuk mencapai prestasi tinggi di sekolah. Ia mengikuti berbagai perlombaan, kegiatan ekstrakurikuler, kursus tambahan, bimbingan belajar, dan les privat yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan Rizki merasa kelelahan fisik dan emosional.


Kasus ini terungkap ketika Rizki mulai menunjukkan gejala stres seperti kecemasan, gangguan tidur, dan penurunan semangat belajar. Orang tua Rizki dengan cepat menyadari hal ini, mereka pun meminta bantuan  guru untuk menangani masalah ini, termasuk berdiskusi mengurangi beban akademik yang berlebihan pada Rizki dan membantu menemukan keseimbangan antara pembelajaran dan istirahat yang diperlukan.


Langkah Segitiga Restitusi


1.Menstabilkan tindakan


Guru: Selamat pagi, Rizki. Ibu ingin berbicara denganmu tentang masalah yang telah kita bahas beberapa kali terkait stres akademik yang kamu alami.


Rizki: Selamat pagi, Bu Guru. Iya, saya merasa stres karena semua tugas dan ujian yang harus saya hadapi.


2.Validasi tindakan yang salah


Guru: Ibu sangat paham dengan perasaanmu, pasti semua kegiatan yang kamu ikuti tersebut menguras energi, baik fisik maupun psikis kamu.  Tapi Ibu ingin tahu, apa yang membuatmu merasa stres?


Rizki: Saya merasa terlalu banyak tugas, banyak lomba yang harus saya ikuti dan ujian, Bu Guru. Orang tua dan guru selalu berharap saya mendapatkan nilai tinggi, dan itu membuat saya merasa tertekan.


3.Menanyakan keyakinan


Guru: Ibu mengerti perasaanmu, Rizki. Tekanan akademik dan harapan orang tua bisa menjadi beban yang berat. Bagaimana menurutmu kita bisa membantu mengatasi stres ini?


Rizki: Mungkin Saya bisa memiliki lebih banyak waktu untuk belajar, dan jika mungkin, sedikit pengurangan jumlah tugas dan ujian. Saya juga perlu belajar cara mengatur waktu dengan lebih baik.


Guru: Betul sekali, Rizki. Ibu pikir itu adalah usulan yang masuk akal. Ibu akan mencoba bekerja sama dengan guru lain untuk mengurangi jumlah tugas dan ujian, sekaligus memberikan panduan tentang manajemen waktu yang efektif.


Rizki: Terima kasih, Bu Guru. Saya akan berusaha lebih baik dalam mengelola waktu dan berusaha sebaik mungkin.


Guru: Itu adalah langkah yang baik, Rizki. Selain itu, ingatlah bahwa Ibu di sini untuk membantumu. Jika kamu merasa tertekan atau butuh bantuan, jangan ragu untuk berbicara dengan Ibu, ya.


Rizki: Terima kasih,  Bu Guru. Saya akan mencoba yang terbaik dan berbicara jika ada masalah.


Guru: Bagus sekali, Rizki. Ingatlah bahwa Guru-guru peduli terhadap perkembanganmu dan kesejahteraanmu. Jangan ragu untuk berbicara dengan kami kapan saja kamu membutuhkan dukungan atau nasihat.

Tanggapan Annisa

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, nama saya Annisa. Saya merupakan siswi dari kelas 8H. Saya sangat bersyukur dan senang sekali atas kesempatan ini, karena saya diajak untuk berdiskusi dengan Ibu Guru tentang cara mengendalikan penggunaan gadget dan media sosial dalam hidup saya. Perilaku ini telah memberikan banyak dampak dalam kehidupan sehari-hari saya. Saya berkomitmen mengurangi penggunaan ponsel selama pelajaran dan meninggalkannya di tas. Saya ingin lebih interaksi dengan keluarga dan teman-teman. Terima kasih Ibu Guru."

Tanggapan Rizki

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, nama saya Rizki Adlan Waafy. Saya merupakan siswa dari kelas 8G. Saya sangat bersyukur dan senang sekali atas kesempatan ini, karena saya diajak untuk berdiskusi dengan Ibu Guru tentang cara mengendalikan tekanan stres terkait beban akademik. Hal ini telah memberikan banyak dampak dalam kehidupan sehari-hari saya. Saya berkomitmen untuk mengatur waktu dengan lebih baik, dan mengalokasikan lebih banyak waktu untuk belajar, saya juga meminta keringanan agar jangan terlalu banyak tugas dan ujian, Terima kasih Ibu Guru."


Baiklah terima kasih sudah membaca artikel ini. Salam guru penggerak bergerak bergerak menggerakkan wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun