Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah yang Menyenangkan dan Berpusat pada Murid

5 Juli 2023   17:05 Diperbarui: 6 Juli 2023   07:37 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah siswa-siswi baru mengikuti upacara di SMAN 2 Bekasi di Jawa Barat, Senin (13/7/2020) yang merupakan rangkaian kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) selama tiga hari.(ANTARA FOTO/FAKHRI HERMANSYAH)

Sebagai guru, saya melihat bahwa masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) adalah batu loncatan yang tak bisa diabaikan dalam membentuk adaptasi dan pertumbuhan murid baru di lingkungan sekolah. Kenapa? 

Karena, MPLS memberikan peluang emas bagi para murid baru untuk memahami dinamika sekolah, membangun jaringan sosial yang erat, serta menemukan hasrat dan minat mereka yang sebenarnya. 

Melalui serangkaian kegiatan beragam, MPLS mampu memengaruhi sikap dan memotivasi semangat belajar para murid. Dengan MPLS hadir di sisinya, mereka akan merasa didukung, termotivasi, dan siap menghadapi tantangan akademik yang menghampiri.

Inilah fondasi berharga yang tak hanya sekadar pengenalan, melainkan fondasi kokoh untuk mendorong kemajuan mereka dalam perjalanan pendidikan yang luar biasa.

Menyusun rencana MPLS yang menyenangkan

Menyusun rencana MPLS yang menghadirkan pengalaman seru dan tak terlupakan merupakan sebuah tantangan yang menarik. Bagaimana tidak?

Dalam proses perencanaannya, melibatkan siswa secara aktif sangatlah penting. Mendengarkan aspirasi mereka, serta mempertimbangkan minat dan preferensi individu, menjadi kunci utama dalam merancang MPLS yang sesuai.

Oleh karena itu, Ibu/Bapak Guru yang budiman, salah satu cara yang dapat dilakukan agar rencana MPLS ini menyenangkan bagi peserta didik adalah dengan mengadakan sesi brainstorming bersama siswa, di mana mereka dapat berbagi ide-ide kreatif mengenai kegiatan dan acara yang ingin mereka ikuti selama MPLS. Dengan melibatkan siswa dalam proses perencanaan, akan tercipta pengalaman yang lebih personal dan sesuai dengan harapan mereka.

Selain itu, memasukkan kegiatan berbasis tim, permainan, dan tantangan dalam rencana MPLS juga akan memberikan kesenangan dan melibatkan semua siswa secara aktif. 

Misalnya, mengadakan kompetisi olahraga, permainan yang melatih kecerdasan, atau aktivitas kolaboratif yang mendorong siswa untuk mencapai tujuan bersama. Semua ini akan membangkitkan semangat persatuan dan memperkuat rasa kebersamaan di antara siswa.

Jangan sampai lupa untuk mengakomodasi minat dan bakat individu siswa. Mengadakan workshop atau demonstrasi dalam bidang seni, musik, atau sains akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi minat mereka dan menunjukkan bakat yang dimiliki. 

Hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri mereka dan menjadikan MPLS sebagai waktu yang berarti untuk mengeksplorasi passion mereka.

Ilustrasi Murid mengikuti proses MPLS (Pexels.com/RDNE Stock Project)
Ilustrasi Murid mengikuti proses MPLS (Pexels.com/RDNE Stock Project)

Berpusat pada murid

Pendekatan berpusat pada murid merupakan metode pendidikan yang menempatkan fokus pada kebutuhan, minat, dan kemampuan individu siswa. Dalam konteks Masa Perkenalan dan Latihan Siswa (MPLS), pendekatan ini memiliki peran penting dalam menciptakan pengalaman pembelajaran yang bermakna dan personal bagi para siswa.

Dunne, D., & Harland, T. (2017). Dalam bukunya yang berjudul Menuju pedagogi berpusat pada murid dalam pendidikan jasmani: Studi kasus pengembangan profesional di Hong Kong, menjelaskan bahwa dalam MPLS, penting untuk mengenali kepentingan, minat, dan kebutuhan siswa agar kegiatan yang dirancang dapat relevan dengan mereka. 

Observasi, wawancara, dan kuesioner adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi berharga tentang preferensi siswa, bakat yang dimiliki, serta hal-hal yang memotivasi mereka. Dengan memahami keunikan setiap siswa, rencana MPLS dapat disesuaikan agar sesuai dengan kebutuhan mereka.

Selain itu, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkontribusi dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan MPLS menjadi prinsip penting dalam pendekatan berpusat pada murid. 

Siswa dapat diajak untuk memberikan masukan, mengusulkan ide, atau bahkan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Hal ini akan memberikan rasa memiliki dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

Penting untuk dicatat ya Ibu/Bapak guru, bahwa pendekatan berpusat pada murid juga mendorong pembelajaran kolaboratif antar siswa. Metode pembelajaran kelompok atau proyek bersama dapat diterapkan, di mana siswa bekerja sama, berbagi pengetahuan, dan belajar dari pengalaman satu sama lain. Hal ini akan meningkatkan keterlibatan siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.

Membangun koneksi dan hubungan

Membangun koneksi dan hubungan yang positif antara siswa baru, teman sekelas, dan guru adalah faktor krusial dalam Masa Perkenalan dan Latihan Siswa (MPLS). 

Hubungan yang baik antara siswa dan guru tidak hanya menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, tetapi juga membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah mereka.

Selama MPLS, kita sebagai guru dapat menggunakan strategi untuk membangun kerja sama dan mengatasi rasa canggung di antara siswa baru. Misalnya, guru dapat melaksanakan kegiatan ice-breaking seperti permainan perkenalan, diskusi kelompok kecil, atau proyek kolaboratif. Dengan cara ini, siswa baru dapat saling mengenal, berbagi pengalaman, dan merasa lebih dekat satu sama lain.

Selain itu, guru juga dapat berperan sebagai mentor atau pembimbing bagi siswa baru. Guru dapat meluangkan waktu untuk berbicara secara individu dengan siswa baru, mendengarkan kekhawatiran mereka, dan memberikan dukungan serta bimbingan. Hal ini akan membantu siswa merasa diperhatikan, didengar, dan dihargai oleh guru.

Tak kalah pentingnya adalah mengadakan kegiatan yang mendorong interaksi sosial dan kolaborasi antara siswa. Contohnya, guru dapat mengatur kegiatan seperti proyek kelompok, permainan tim, atau eksplorasi bersama di sekitar lingkungan sekolah. Melalui kegiatan ini, siswa memiliki kesempatan untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan membangun hubungan yang kuat dengan teman sekelas dan guru.

Dalam hubungan siswa dan guru yang ideal selama MPLS, guru perlu bersikap ramah, empati, dan mendukung. Mereka harus memberikan ruang bagi siswa baru untuk berbicara dan berbagi pengalaman mereka, serta memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif. Selain itu, guru juga perlu menciptakan lingkungan inklusif, di mana setiap siswa merasa diterima dan dihormati.

Stop pelaksanaan MPLS yang ribet dan berbiaya mahal serta berujung perpeloncoan

Menghentikan MPLS yang memberikan beban kepada orangtua dengan memaksa mereka untuk membeli barang atau makanan dengan nama yang aneh-aneh adalah masalah yang perlu diperhatikan. 

Beberapa sekolah masih melaksanakan praktik semacam itu dalam MPLS mereka, yang membuat orangtua merasa terbebani secara finansial dan menghadapi tekanan untuk memenuhi permintaan tersebut.

Selain itu, praktik menggunakan aksesoris yang mahal dan membutuhkan waktu untuk membuatnya juga dapat menjadi beban bagi orangtua. Mereka mungkin harus mengeluarkan uang tambahan untuk membeli aksesoris yang mungkin hanya akan digunakan dalam acara MPLS. Selain itu, persiapan aksesoris yang rumit dan memakan waktu juga dapat mengganggu rutinitas harian orang tua yang sibuk.

Lebih lanjut, MPLS yang memaksa siswa untuk menggunakan aksesoris atau pakaian yang berlebihan dan norak dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman atau malu pada beberapa siswa. Hal ini dapat dianggap sebagai bentuk perundungan atau pelecehan yang merugikan kesejahteraan emosional dan psikologis siswa.

Penting untuk memahami bahwa MPLS seharusnya menjadi pengalaman yang positif dan inklusif bagi semua siswa dan orangtua. Menghormati keterbatasan finansial dan waktu orang tua serta menjaga agar kegiatan MPLS tidak digunakan sebagai alat untuk mempertontonkan status sosial atau memicu perpecahan di antara siswa harus menjadi perhatian utama.

Sekolah dan pihak terkait perlu merenungkan kembali praktik-praktik MPLS yang tidak memberikan manfaat dan memberikan tekanan kepada orangtua dan siswa. Mereka dapat mencari alternatif yang lebih hemat biaya, sederhana, dan inklusif, seperti mengutamakan kegiatan yang berfokus pada pembentukan hubungan sosial, peningkatan adaptasi siswa, dan pengenalan lingkungan sekolah yang positif.

Dalam hal ini, peran sekolah, orangtua, dan komunitas pendidikan sangat penting untuk berkomunikasi dan bekerja sama dalam mengubah paradigma MPLS yang merepotkan menjadi pengalaman yang bermakna, mendukung, dan menyenangkan bagi semua pihak yang terlibat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun