Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Konektivitas Sistem Pembayaran Bank Indonesia: Memperkuat Ekonomi ASEAN Melalui Inspirasi Bisnis Suku Baduy

27 Mei 2023   19:17 Diperbarui: 27 Mei 2023   19:39 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di wilayah Banten, Indonesia, terdapat sebuah komunitas etnis yang dikenal dengan sebutan Suku Baduy. Suku ini memiliki kekhasan yang menarik, terutama dari segi kulit mereka yang kuning langsat. Mereka bukan hanya sekadar sebuah komunitas, melainkan juga cerminan dari keanekaragaman budaya Indonesia yang kaya.

Sesuai dengan peribahasa Sunda, ngindung ka waktu mibapa ka jaman begitulah masyarakat Suku Baduy. Mereka terkenal akan kemampuannya dalam mempertahankan budaya dan gaya hidup sederhana yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka. Meskipun hidup dalam kehidupan yang terisolasi, mereka tetap mengakui pentingnya beradaptasi dengan perubahan zaman. Suku Baduy menjaga tradisi mereka dengan teguh, namun juga membuka diri terhadap pengaruh luar yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan mereka.

Dalam setiap langkah kehidupan mereka, Suku Baduy senantiasa ngindung ka nilai-nilai tradisional yang telah terjaga selama bertahun-tahun. Mereka menerapkan kehidupan sederhana dengan mengandalkan pertanian, kerajinan, dan perdagangan sebagai sumber mata pencaharian utama mereka. Namun, mereka tidak melupakan pentingnya beradaptasi dengan perubahan jaman.

Dalam upaya memperluas jangkauan ekonomi mereka, Suku Baduy tidak menjadikan perubahan sebagai ancaman, melainkan sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang. Mereka menjual barang yang mereka hasilkan dengan komunitas di luar suku Baduy. Sebagai contoh, Ayah Sani, seorang pedagang madu dan kaneron dari suku Baduy, menjalankan perjalanan jauh ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Sumedang. 

Dalam perjalanan ini, Ayah Sani menghadapi berbagai tantangan dan rintangan, tetapi semangatnya tidak pernah padam. Ia menggunakan sistem pembayaran yang terintegrasi untuk menerima pembayaran dari pelanggan di luar lingkungan suku Baduy, menjual produk madu organik hasil kerja keras suku Baduy kepada masyarakat yang lebih luas.

Kekayaan Budaya dan Tradisi Suku Baduy

Suku Baduy terdiri dari dua kelompok, yaitu Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar. Mereka tetap mempertahankan tradisi dan adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka, termasuk sistem ekonomi yang sangat unik. Mata pencaharian utama mereka adalah melalui kegiatan pertanian, dengan tanaman padi sebagai sumber penghidupan mereka.

Namun, meskipun terpencil dari perkembangan teknologi dan sistem pembayaran modern, suku Baduy juga memiliki keinginan untuk terhubung dengan dunia luar dan memperluas jangkauan ekonomi mereka.

Sebagai contoh, Ayah Sani -seorang pedagang madu dan kaneron dari suku Baduy, menunjukkan tekad dan semangat yang luar biasa dalam menjalankan bisnisnya. Ia melakukan perjalanan yang jauh dan menantang ke Jakarta, Bandung, dan Sumedang dengan berjalan kaki untuk menjual madu organik hasil dari pekerjaan keras suku Baduy.

Perjalanan Ayah Sani tidaklah mudah. Ia harus melewati berbagai medan yang sulit, seperti pegunungan, hutan, sungai, dan jalan setapak. Namun, semangatnya tidak pernah padam. Dengan membawa madu unggulan suku Baduy, Ayah Sani tetap berjalan dengan penuh ketekunan dan keyakinan bahwa produknya akan diminati oleh masyarakat di luar suku Baduy.

Saat melakukan transaksi jual beli dengan konsumen di Jakarta, Bandung, dan Sumedang. Tentu saja, Ayah Sani bertransaksi dengan uang tunai. Dimana, transaksi tersebut sangat rentan dan rawan kejahatan. Semisal uang hasil transaksi yang didapat dengan susah payah tersebut, basah kehujanan dalam perjalanan dari Jakarta kembali ke Baduy? atau hilang dicuri orang?

Oleh karena itu, dalam momentum konektivitas sistem pembayaran di negara-negara ASEAN ini. Pemerintah semestinya menyadari pentingnya konektivitas sistem pembayaran yang efisien dalam perekonomian masyarakat Baduy. Agar para pedagang dari Baduy seperti Ayah Sani ini, tidak lagi harus berjalan jauh ribuan kilometer, hanya untuk memasarkan barang dagangannya. 

Umpama, buatlah toko online yang berisi pernak-pernik dan hasil karya serta kreasi masyarakat Baduy. Lalu, pasarkan di dalam dan luar negeri. Tentu saja, dengan konektivitas pembayaran yang terintegrasi tersebut di atas. Dengan adanya sistem pembayaran yang terintegrasi, masyarakat Suku Baduy dapat menerima pembayaran dengan mudah dari pelanggan di Jakarta, Bandung, dan Sumedang. Misalnya, Ayah Sani dan masyarakat Suku Baduy dapat menggunakan aplikasi pembayaran online yang terhubung dengan bank-bank di seluruh Indonesia untuk memproses pembayaran dengan cepat dan aman.

Jika pun mereka tidak mau dan tidak bisa. Karena, terhalang oleh adat istiadat. Maka, pemerintah lah yang memegang kendali melakukan pemasaran. Hasil akhirnya, masyarakat Baduy tinggal menyetorkan hasil panen dan hasil karya mereka ke toko online untuk dipasarkan. Saat itu juga, mereka bisa pulang membawa uang hasil dari penjualan barang-barang tersebut.

Kemampuan Ayah Sani untuk memperluas jangkauan ekonomi suku Baduy hingga ke Jakarta, Bandung, dan Sumedang menandakan bahwa masyarakat Baduy juga terbuka pada perubahan. Dalam hal ini, pemerintah bisa memanfaatkan momen penting ASEAN ini untuk memperluas jaringan bisnis masyarakat Baduy dan menciptakan konektivitas sistem pembayaran yang baik. Melalui jaringan yang efisien, Ayah Sani dan masyarakat Suku Baduy dapat menjual madu organik ke pasar yang lebih luas di luar komunitas mereka. Dengan demikian, suku Baduy dapat memperoleh lebih banyak peluang bisnis dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka secara keseluruhan.

Peran Konektivitas Sistem Pembayaran dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Suku Baduy

Konektivitas sistem pembayaran yang lebih terintegrasi di antara negara-negara ASEAN akan memiliki manfaat yang signifikan bagi suku Baduy dalam mendorong pertumbuhan ekonomi mereka. Dengan adanya sistem pembayaran yang efisien, suku Baduy akan lebih mudah menjual produk-produk mereka ke pasar yang lebih luas dan mengakses peluang bisnis baru.

Salah satu manfaat utama dari konektivitas sistem pembayaran adalah kemudahan dalam melakukan transaksi bisnis. Suku Baduy akan dapat menggunakan sistem pembayaran yang terintegrasi untuk menerima pembayaran dari pembeli di negara-negara ASEAN lainnya. Dengan demikian, mereka tidak perlu lagi mengandalkan pertukaran barang secara langsung atau pembayaran tunai yang rumit. Hal ini akan mempermudah proses jual-beli mereka dan meningkatkan efisiensi bisnis secara keseluruhan.

Selain itu, konektivitas sistem pembayaran juga membuka peluang baru bagi suku Baduy untuk berpartisipasi dalam perdagangan online. Dengan akses ke sistem pembayaran yang terhubung dengan negara-negara ASEAN, suku Baduy dapat memanfaatkan platform e-commerce dan menjual produk-produk mereka secara online. Ini akan membuka pasar yang lebih luas dan meningkatkan potensi penjualan mereka secara signifikan.

Kerja sama dengan mitra bisnis di negara-negara ASEAN juga merupakan peluang menarik bagi suku Baduy. Melalui konektivitas sistem pembayaran yang efisien, mereka dapat menjalin kemitraan dengan pelaku bisnis di negara-negara ASEAN untuk saling menguntungkan. Sebagai contoh, mereka dapat bekerja sama dengan produsen di negara tetangga untuk meningkatkan produksi dan distribusi produk mereka. Ini akan membantu suku Baduy dalam mengembangkan bisnis mereka dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi secara berkelanjutan.

Peran Bank Indonesia sebagai regulator sistem pembayaran

Bank Indonesia memiliki peran penting sebagai regulator sistem pembayaran di Indonesia. Dilansir dari bi.go.id dijelaskan bahwa sebagai otoritas moneternya, Bank Indonesia bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengatur seluruh aktivitas sistem pembayaran di negara ini. Tugas regulator ini termasuk mengeluarkan kebijakan dan peraturan yang mengatur infrastruktur, operasional, keamanan, dan efisiensi sistem pembayaran.

Bank Indonesia juga bertugas menjaga stabilitas sistem pembayaran agar dapat berfungsi dengan baik dan menghindari terjadinya risiko yang dapat merugikan perekonomian. Selain itu, Bank Indonesia berperan dalam melindungi kepentingan konsumen dan memastikan adanya perlindungan terhadap penggunaan sistem pembayaran yang adil dan transparan.

Langkah-langkah yang diambil oleh Bank Indonesia dalam memperkuat konektivitas sistem pembayaran di ASEAN

Bank Indonesia telah mengambil beberapa langkah strategis dalam memperkuat konektivitas sistem pembayaran di ASEAN. Beberapa langkah tersebut antara lain:

Mendorong adopsi teknologi digital

Bank Indonesia telah mendorong adopsi teknologi digital dalam sistem pembayaran untuk meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas. Misalnya, pengenalan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) yang menjadi standar nasional dalam pembayaran elektronik, memungkinkan interoperabilitas antara berbagai penyedia layanan pembayaran di Indonesia.

Pengembangan infrastruktur pembayaran

Bank Indonesia berkomitmen untuk memperkuat infrastruktur sistem pembayaran di ASEAN. Salah satu inisiatifnya adalah pengembangan Sistem Kliring Nasional (SKN) sebagai pusat kliring domestik yang berintegrasi dengan jaringan kliring internasional, memungkinkan pertukaran pembayaran yang lebih efisien antarnegara di ASEAN.

Kerja sama dengan lembaga keuangan dan regulator regional

Bank Indonesia aktif berkolaborasi dengan lembaga keuangan dan regulator regional dalam membangun konektivitas sistem pembayaran di ASEAN. Misalnya, melalui kerja sama dengan Bank Sentral negara-negara ASEAN dalam ASEAN Payment Connectivity Initiative (APCI), tujuan utamanya adalah meningkatkan konektivitas sistem pembayaran lintas batas di ASEAN.

Dalam upaya mencapai ekonomi ASEAN yang lebih integratif, penting bagi negara-negara ASEAN untuk bekerja sama dalam meningkatkan konektivitas sistem pembayaran. Langkah-langkah seperti standarisasi sistem pembayaran, penggunaan teknologi digital, dan peningkatan infrastruktur perlu diimplementasikan untuk mencapai tujuan ini. Dengan adanya konektivitas sistem pembayaran yang baik, suku Baduy dan komunitas di seluruh ASEAN dapat saling mendukung dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan di kawasan ini. ***

#Bank Indonesia

#ASEAN

#Sistem Pembayaran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun