Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Cara Jitu Mengatasi Konflik dengan Anak Remaja Menurut Pakar Parenting

9 Mei 2023   11:43 Diperbarui: 9 Mei 2023   11:49 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak remaja bersama ibunya (Pexels.com/Julia M. Cameron)

Anak remaja seringkali menjadi tantangan bagi orang tua dalam membangun hubungan yang baik. Terjadinya konflik dalam hubungan orang tua dan anak remaja bisa berdampak buruk pada kesejahteraan anak dan hubungan keluarga yang erat. Karenanya, penting bagi orang tua untuk mempelajari cara mengatasi konflik dengan anak remaja dengan tepat.

Artikel ini bertujuan untuk memberikan strategi praktis dan pemahaman tentang cara mengatasi konflik dengan anak remaja. Saya ingin mengajak para orang tua untuk memahami kondisi anak remaja dan tanda-tanda konflik yang mungkin terjadi serta bagaimana cara mengatasinya dengan efektif.

Mengatasi konflik dengan anak remaja sangat penting untuk membangun hubungan yang kuat dan saling percaya. Anak remaja membutuhkan dukungan dan bimbingan, namun juga ingin merasa dihargai dan didengar. 

Orang tua dapat membantu anak remaja mengatasi masalah dengan cara yang positif dan mengembangkan keterampilan sosial dan emosionalnya dengan mengatasi konflik dengan baik.

Artikel ini membahas berbagai strategi, seperti mendengarkan dengan empati, menghindari kritik dan penghakiman, mendorong anak untuk berbicara tentang perasaan mereka, menemukan solusi bersama, dan memberikan penghargaan dan penguatan positif.

Selain itu, artikel ini juga membahas cara mencegah konflik dengan anak remaja, seperti membangun hubungan yang kuat dan saling percaya, menjalin komunikasi yang terbuka, memberikan batasan dan aturan yang jelas, serta mempertimbangkan kebutuhan dan perasaan anak remaja.

Mengenali Konflik dengan Anak Remaja

Anak remaja adalah masa transisi yang sulit bagi sebagian orang tua. Konflik seringkali terjadi dalam hubungan orang tua dan anak remaja, baik itu konflik kecil seperti perdebatan kecil, hingga konflik besar yang memerlukan penanganan serius. 

Menurut penelitian, konflik antara orang tua dan anak remaja umumnya disebabkan oleh perbedaan pandangan dan nilai, kurangnya komunikasi, serta perbedaan ekspektasi. Selain itu, faktor lain seperti tekanan sosial, masalah emosional, dan perubahan hormon pada anak remaja juga dapat memperburuk konflik yang terjadi.

Saya menekankan pentingnya bagi orang tua untuk mengidentifikasi tanda-tanda konflik dengan anak remaja sejak dini agar dapat mengatasi dan mencegah konflik tersebut dari membesar. 

Beberapa tanda-tanda konflik antara orang tua dan anak remaja meliputi: perubahan perilaku anak, seperti menghindari interaksi dengan orang tua atau menjadi lebih mudah marah; perubahan pola tidur atau makan; menunjukkan sikap tidak sabar atau tidak tertarik saat berbicara dengan orang tua; dan sering bertengkar dengan orang tua.

Untuk lebih memahami konflik dengan anak remaja, berikut ini adalah contoh kasus nyata yang pernah terjadi. Misalnya, ada seorang remaja yang merasa terlalu ditekan oleh orang tuanya untuk meraih prestasi akademik yang tinggi. 

Orang tua yang terlalu memaksakan kehendak tersebut sering kali memperburuk konflik dengan menyalahkan anak mereka jika prestasi akademiknya menurun. 

Sebaliknya, remaja tersebut merasa terbebani dan merasa kurang dihargai oleh orang tuanya. Konflik semacam ini dapat memicu rasa tidak percaya diri pada anak dan membuat hubungan orang tua dan anak semakin tegang.

Mengenali tanda-tanda konflik dengan anak remaja dan mengetahui penyebab konflik tersebut sangat penting untuk mengatasi masalah sejak dini. Saya menambahkan saran dari Dr. Michele Borba, pakar parenting terkenal, bahwa orang tua perlu berbicara dengan anak mereka secara teratur dan membuka diri untuk mendengarkan keluhan anak. 

Dalam bukunya yang berjudul "The Big Book of Parenting Solutions: 101 Answers to Your Everyday Challenges and Wildest Worries", Dr. Borba mengungkapkan bahwa ketika orang tua membangun hubungan yang baik dengan anak mereka, anak akan lebih terbuka dan lebih mudah berbicara tentang perasaan mereka, sehingga konflik dapat dihindari. 

Selain itu, Dr. Borba juga menyarankan agar orang tua memahami karakteristik perkembangan remaja dan menetapkan batasan yang jelas dalam hal perilaku dan tindakan yang tidak dapat diterima.

Strategi Mengatasi Konflik dengan Anak Remaja

Mengatasi konflik dengan anak remaja dapat menjadi tugas yang sulit bagi orang tua. Namun, ada beberapa strategi yang dapat membantu mengurangi konflik dan memperkuat hubungan antara saya sebagai orang tua dan anak. 

Pertama-tama, saya harus mendengarkan dengan empati dan tanpa menghakimi. Dalam buku "How to Talk So Teens Will Listen and Listen So Teens Will Talk" oleh Adele Faber dan Elaine Mazlish, disebutkan betapa pentingnya mendengarkan dengan empati, yaitu dengan memberikan perhatian penuh dan berusaha memahami perasaan anak. 

Kedua, saya harus menghindari kritik dan penghakiman yang dapat membuat anak merasa tidak dihargai dan konflik semakin besar. Ketiga, mendorong anak untuk berbicara tentang perasaannya dapat membantu mengurangi konflik dan meningkatkan pemahaman saya tentang kebutuhan anak. 

Keempat, menemukan solusi bersama juga dapat membantu mengatasi konflik dan memperkuat hubungan antara saya dan anak. Terakhir, memberikan penghargaan dan penguatan positif kepada anak dapat meningkatkan kepercayaan diri dan memperkuat hubungan kami sebagai orang tua dan anak.

Contoh kasus nyata penggunaan strategi ini dapat terjadi ketika seorang remaja merasa kesepian dan cemas di sekolah karena sulit beradaptasi dengan lingkungan baru. Sebagai orang tua, saya dapat menggunakan strategi-strategi di atas untuk membantu anak mengatasi masalah tersebut. 

Misalnya, saya dapat mendengarkan keluhan anak dengan empati, tanpa menghakimi atau memberikan kritik. Selanjutnya, saya dapat mendorong anak untuk berbicara tentang perasaannya dan mencari solusi bersama untuk mengatasi masalah tersebut. 

Saya juga dapat memberikan penghargaan dan penguatan positif ketika anak berhasil mengatasi tantangan yang dihadapi. Dengan cara ini, anak akan merasa didengar, dihargai, dan didukung oleh saya sebagai orang tua, sehingga konflik dapat diatasi dan hubungan kami semakin kuat.

Cara mencegah konflik dari sudut pandang anak remaja

Menjadi seorang remaja merupakan masa perkembangan yang penuh dengan tantangan dan konflik. Oleh karena itu, sebagai orang tua, saya menyadari bahwa penting untuk mencegah konflik agar hubungan dengan anak tetap harmonis dan saling mendukung. Salah satu cara yang saya temukan untuk mencegah konflik dengan anak pertama saya yang memasuki usia remaja adalah dengan membangun hubungan yang kuat dan saling percaya. 

Menurut si sulung, "Saya merasa sangat dihargai ketika orang tua mendengarkan saya secara aktif, menghargai pendapat saya, dan memberikan dukungan emosional."

Selain itu, kata dia : "Saya juga merasa bahwa menjalin komunikasi yang terbuka sangat penting dalam mencegah konflik dengan saya sebagai anak remaja."

Dalam buku "Parenting Teens with Love and Logic", Foster Cline dan Jim Fay menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak remaja. 

Anak remaja berkata, "Saya merasa senang ketika orang tua saya menunjukkan minat dan ketertarikan pada kegiatan dan hobi saya. Saya juga merasa nyaman ketika orang tua saya membuka ruang untuk diskusi dan mendengarkan pendapat saya, sehingga saya merasa didengar dan dihargai."

Memberikan batasan dan aturan yang jelas juga membantu anak remaja untuk menghindari konflik dengan orang tua. Orang tua menetapkan batasan yang masuk akal dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga anak dapat memahami apa yang diharapkan dari dirinya dan memperkuat tanggung jawab serta kemandirian anak.

Terakhir, penting bagi orang tua untuk mempertimbangkan kebutuhan dan perasaan anak remaja. Karena, remaja mengalami masa perubahan yang signifikan dalam hidup mereka, dan orang tua perlu memahami hal ini. 

Dalam buku "The 7 Habits of Highly Effective Teens", Sean Covey menekankan pentingnya memahami kebutuhan dan perasaan anak remaja. Orang tua dapat meminta masukan dari anak mengenai kebutuhan mereka, sehingga anak remaja merasa didengar dan dihargai.

Contoh kasus nyata penerapan cara ini adalah ketika anak ingin pergi ke pesta malam bersama teman-teman mereka. Orang tua membahas batasan dan aturan yang jelas, seperti waktu pulang dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan. 

Orang tua  juga mempertimbangkan kebutuhan dan perasaan anak, seperti memberikan ruang bagi mereka untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan rasa percaya diri pada anak. Dengan cara ini, konflik dapat dihindari dan hubungan antara orang tua dan anak  remaja semakin harmonis dan saling mendukung. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun