Untuk lebih memahami konflik dengan anak remaja, berikut ini adalah contoh kasus nyata yang pernah terjadi. Misalnya, ada seorang remaja yang merasa terlalu ditekan oleh orang tuanya untuk meraih prestasi akademik yang tinggi.Â
Orang tua yang terlalu memaksakan kehendak tersebut sering kali memperburuk konflik dengan menyalahkan anak mereka jika prestasi akademiknya menurun.Â
Sebaliknya, remaja tersebut merasa terbebani dan merasa kurang dihargai oleh orang tuanya. Konflik semacam ini dapat memicu rasa tidak percaya diri pada anak dan membuat hubungan orang tua dan anak semakin tegang.
Mengenali tanda-tanda konflik dengan anak remaja dan mengetahui penyebab konflik tersebut sangat penting untuk mengatasi masalah sejak dini. Saya menambahkan saran dari Dr. Michele Borba, pakar parenting terkenal, bahwa orang tua perlu berbicara dengan anak mereka secara teratur dan membuka diri untuk mendengarkan keluhan anak.Â
Dalam bukunya yang berjudul "The Big Book of Parenting Solutions: 101 Answers to Your Everyday Challenges and Wildest Worries", Dr. Borba mengungkapkan bahwa ketika orang tua membangun hubungan yang baik dengan anak mereka, anak akan lebih terbuka dan lebih mudah berbicara tentang perasaan mereka, sehingga konflik dapat dihindari.Â
Selain itu, Dr. Borba juga menyarankan agar orang tua memahami karakteristik perkembangan remaja dan menetapkan batasan yang jelas dalam hal perilaku dan tindakan yang tidak dapat diterima.
Strategi Mengatasi Konflik dengan Anak Remaja
Mengatasi konflik dengan anak remaja dapat menjadi tugas yang sulit bagi orang tua. Namun, ada beberapa strategi yang dapat membantu mengurangi konflik dan memperkuat hubungan antara saya sebagai orang tua dan anak.Â
Pertama-tama, saya harus mendengarkan dengan empati dan tanpa menghakimi. Dalam buku "How to Talk So Teens Will Listen and Listen So Teens Will Talk" oleh Adele Faber dan Elaine Mazlish, disebutkan betapa pentingnya mendengarkan dengan empati, yaitu dengan memberikan perhatian penuh dan berusaha memahami perasaan anak.Â
Kedua, saya harus menghindari kritik dan penghakiman yang dapat membuat anak merasa tidak dihargai dan konflik semakin besar. Ketiga, mendorong anak untuk berbicara tentang perasaannya dapat membantu mengurangi konflik dan meningkatkan pemahaman saya tentang kebutuhan anak.Â
Keempat, menemukan solusi bersama juga dapat membantu mengatasi konflik dan memperkuat hubungan antara saya dan anak. Terakhir, memberikan penghargaan dan penguatan positif kepada anak dapat meningkatkan kepercayaan diri dan memperkuat hubungan kami sebagai orang tua dan anak.
Contoh kasus nyata penggunaan strategi ini dapat terjadi ketika seorang remaja merasa kesepian dan cemas di sekolah karena sulit beradaptasi dengan lingkungan baru. Sebagai orang tua, saya dapat menggunakan strategi-strategi di atas untuk membantu anak mengatasi masalah tersebut.Â