Kedua, ileisme juga dapat dilakukan untuk menonjolkan identitas diri atau merasa lebih penting dalam percakapan. Ketiga, ileisme juga bisa digunakan untuk memperkuat pesan yang disampaikan atau menekankan bahwa pembicara sedang berbicara tentang dirinya sendiri.Â
Namun, terlalu sering melakukan ileisme dapat membuat percakapan terasa terlalu fokus pada diri sendiri dan memengaruhi dinamika interaksi sosial dengan orang lain.Â
Masih dilansir dari liputan6.com, ternyata ada dampak positif dan negatifnya lho, saat seseorang melakukan ileisme dalam berkomunikasi. Apa saja tuh?Â
Dampak positif dari ileisme adalah dapat membantu pembicara dalam memperjelas bahwa pesan yang disampaikan berkaitan dengan dirinya sendiri dan dapat memperkuat identitas diri. Selain itu, ileisme juga dapat membantu orang lain untuk lebih mudah mengingat nama pembicara, terutama jika mereka jarang bertemu.
Namun, dampak negatif dari ileisme lebih banyak terjadi. Terlalu sering menggunakan ileisme dapat membuat percakapan terasa terlalu fokus pada diri sendiri dan membuat pembicara terlihat sombong atau terlalu egosentris. Hal ini dapat mengganggu dinamika interaksi sosial dengan orang lain dan membuat orang lain merasa tidak nyaman saat berbicara dengan pembicara yang sering menggunakan ileisme.Â
Selain itu, ileisme juga dapat membuat pesan yang disampaikan menjadi kurang efektif dan sulit dipahami oleh orang lain, karena terlalu banyak memfokuskan pada diri sendiri. Oleh karena itu, penggunaan ileisme harus disesuaikan dengan situasi dan audiens yang berbeda untuk menghindari dampak negatif yang mungkin timbul.
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perilaku ileisme yang terjadi pada seseorang dalam berkomunikasi:
1. Menyadari adanya kebiasaan ileisme
Langkah pertama dalam mengatasi ileisme adalah menyadari kebiasaan tersebut. Pembicara perlu menyadari bahwa ia sering menggunakan nama dirinya sendiri dalam berbicara dan menyadari dampak yang ditimbulkan. Dengan menyadari kebiasaan ileisme, pembicara dapat lebih memperhatikan cara berbicara dan memperbaiki kebiasaan tersebut.
2. Mengurangi penggunaan ileisme
Pembicara perlu mengurangi penggunaan ileisme dengan menyadari kapan dan di mana penggunaan ileisme diperlukan. Ia perlu menghindari penggunaan ileisme secara berlebihan, terutama dalam situasi formal dan dengan audiens yang belum terlalu akrab. Dengan mengurangi penggunaan ileisme, pembicara dapat menghindari kesan terlalu fokus pada diri sendiri dan memperbaiki dinamika interaksi sosial dengan orang lain.