Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Ingin Tampil Cantik di Media Sosial? Hati-hati, Ini Dampak Negatif Penggunaan Filter Beauty

7 Maret 2023   18:03 Diperbarui: 7 Maret 2023   18:07 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sekarang ini, siapa yang tidak tahu dengan filter beauty di media sosial? Fitur yang sedang naik daun ini memang menjadi favorit di kalangan pengguna Instagram, TikTok, dan Snapchat. Cukup dengan sekali tap, tampilan wajah kita bisa berubah menjadi lebih cantik dan sempurna. 

Namun, tahukah kamu bahwa penggunaan filter beauty bisa menimbulkan dampak negatif yang serius. Jangan sampai kamu terlalu asyik dengan filter beauty, sebelum kamu paham betul dampak negatif yang bisa timbul. Sebagaimana kita ketahui bersama, media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Snapchat memang dengan gencar terus memberikan fitur-fitur keren, salah satunya filter beauty. 

Facial Dysmorphia

Filter ini membuat penampilan kita terlihat cantik tanpa usaha lebih, namun tanpa disadari filter ini dapat menimbulkan dampak negatif yang mengerikan. Dampak negatif yang dimaksud adalah facial dysmorphia, sebuah kondisi psikologis di mana seseorang memiliki persepsi yang tidak akurat tentang penampilannya. 

Penggunaan filter beauty yang berlebihan dapat memicu kondisi ini. Selain itu, filter beauty juga dapat memicu rendahnya kepercayaan diri dan menghasilkan rasa tidak puas dengan penampilan asli kita. Salah satunya, meningkatnya pengidap facial dysmorphia yang umumnya dialami oleh pengguna media sosial rentan usia 10-an hingga 30-an.

Siswanto, A. dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul Gangguan Body Dysmorphic pada Pengguna Media Sosial menjelaskan bahwa Facial dysmorphia adalah gangguan kesehatan mental di mana penderita mengalami kecemasan berlebihan terhadap kekurangan penampilan pada wajahnya sendiri. 

Filter beauty di media sosial dapat membuat penampilan wajah terlihat lebih sempurna hingga tidak nyata, dan hal ini membuat pengguna media sosial sering membandingkan penampilan asli dengan yang sudah diedit menggunakan filter beauty.

Orang yang mengalami facial dysmorphia cenderung merasa gelisah dan malu karena menganggap penampilan wajahnya buruk. Mereka sering memegang dan menyembunyikan bagian wajah yang dianggap terdapat kekurangan, serta menyalahgunakan konsumsi obat-obatan untuk kecantikan. 

Gejala-gejala ini dapat berlanjut hingga penderita merasa cemas setiap kali berada di tempat umum, bahkan dapat menyebabkan depresi berat dan keinginan bunuh diri.

Meskipun tidak dilarang untuk menggunakan filter beauty, sebaiknya kita mengetahui batasan-batasan dan sadar bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Jangan sampai kita terjebak dalam perangkap filter beauty dan terus merasa tidak puas dengan penampilan kita yang sebenarnya. 

Yang kita butuhkan bukanlah penampilan sempurna, melainkan rasa percaya diri yang kuat dan menerima diri sendiri apa adanya. Jangan biarkan filter beauty mengontrol cara kita melihat diri sendiri. Kita bisa mencoba menghapus filter beauty dari aplikasi media sosial kita dan mulai merangkul keunikan dan keindahan dari penampilan asli kita.

Cara mencegah dampak negatif filter beauty

Siswanto, A. dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul Gangguan Body Dysmorphic pada Pengguna Media Sosial memberikan solusi epektif untuk mencegah dampak negatif filter beauty. Dengan cara kita perlu mengambil tindakan yang tepat. 

1. Kurangi penggunaan filter beauty dan mulai menerima diri sendiri apa adanya. 

2. Jangan terlalu membandingkan diri dengan orang lain yang terlihat sempurna di media sosial karena kebanyakan dari mereka juga menggunakan filter beauty. 

3. Perbanyak aktivitas yang meningkatkan kepercayaan diri seperti olahraga dan meditasi.

4. Jika merasa memiliki gejala-gejala facial dysmorphia, lebih baik periksakan diri ke psikolog atau psikiater untuk penanganan lebih lanjut. 

Dengan demikian, kita dapat terlihat cantik apa adanya sesuai dengan keunikan yang ada pada diri masing-masing. Kesimpulannya, filter beauty di media sosial memang bisa membuat kita terlihat cantik dan sempurna.

Tapi jangan sampai kita terjebak dalam perangkap dan lupa menerima diri sendiri apa adanya. Semoga artikel ini dapat membantu kita memahami dampak negatif filter beauty dan mengambil tindakan yang tepat untuk menghindarinya. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun